Sabar – part 5
1.
Dari Abu Hurariah r.a. bahwasanya Rasulullah s.a.w. bersabda: "Bukanlah
orang yang keras - kuat - itu dengan banyaknya berkelahi, hanyasanya
orang-orang yang keras - kuat - ialah orang yang dapat menguasai dirinya di
waktu sedang marah-marah." (Muttafaq 'alaih)
2.
Dari Sulaiman bin Shurad r.a., katanya: "Saya duduk bersama Nabi s.a.w.
dan di situ ada dua orang yang saling bermaki-makian antara seorang dengan
kawannya. Salah seorang dari keduanya itu telah merah padam mukanya dan
membesarlah urat lehernya, kemudian Rasulullah s.a.w. bersabda:
"Sesungguhnya
saja niscayalah mengetahui suatu kalimat yang apabila diucapkannya, tentulah
hilang apa yang ditemuinya -kemarahannya, yaitu andaikata ia mengucapkan:
"A'udzu
billahi minasy syaithanir rajim," tentulah lenyap apa yang ditemuinya itu.
Orang-orang lalu berkata padanya - orang yang merah padam mukanya tadi:
"Sesungguhnya Nabi s.a.w. bersabda: "Mohonlah perlindungan kepada
Allah dari syaitan yang direjam."(Muttafaq 'alaih)
3.
Dari Mu'az bin Anas r.a. bahwasanya Nabi s.a.w. bersabda: "Barangsiapa
yang menahan marahnya padahal ia kuasa untuk meneruskannya - melaksanakannya –
maka Allah Subhanahu wa Ta'ala mengundangnya di hadapan kepala - yakni
disaksikan –sekalian makhluk pada hari kiamat, sehingga disuruhnya orang itu
memilih bidadari-bidadari yang membelalak matanya dengan sesuka hatinya."
4.
Dari Abu Hurairah r.a. bahwasanya ada seorang lelaki berkata kepada Nabi
s.a.w.:
"Berilah
wasiat padaku." Beliau s.a.w. bersabda: "Jangan marah." Orang
itu mengutanginya berkali-kali tetapi beliau s.a.w. tetap bersabda:
"janganlah marah." (Riwayat Bukhari)
Keterangan:
Yang
perlu dijelaskan sehubungan dengan Hadis ini ialah:
(a)
Orang yang bertanya itu menurut riwayat ada yang mengatakan dia itu ialah Ibnu
Umar, ada yang mengatakan Haritsah atau Abuddarda'. Mungkin juga memang banyak yang
bertanya demikian itu.
(b)
Kita dilarang marah ini apabila berhubungan dengan sesuatu yang hanya mengenai
hak diri kita sendiri atau hawa nafsu. Tetapi kalau berhubungan dengan hak-hak Allah,
maka wajib kita pertahankan sekeras-kerasnya, misalnya agama Allah dihina
orang, al-Quran diinjak-injak atau dikencingi, alim ulama diolok-olok padahal
tidak bersalah dan lain-lain sebagainya.
(c)
Yang bertanya itu mengulangi berkali-kali seolah-olah meminta wasiat yang lebih
penting, namun beliau tidak menambah apa-apa. Hal ini kerana menahan marah itu sangat
besar manfaat dan faedahnya. Cobalah kalau kita ingat-ingat, bahwa timbulnya
semua kerusakan di dunia ini sebagian besar ialah kerana manusia ini tidak
dapat mengekang hawa nafsu dan syahwatnya, tidak suka menahan marah, sehingga
menimbulkan darah mendidih dan akhirnya ingin menghantam dan membalas dendam.
5.
Dari Abu Hurairah r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Tidak
henti-hentinya bencana - bala' - itu mengenai seseorang mu'min, lelaki atau
perempuan, baik dalam dirinya sendiri, anaknya ataupun hartanya, sehingga ia
menemui Allah Ta'ala dan di atasnya tidak ada lagi sesuatu kesalahanpun."
6.
Dari ibnu Abbas radhiallahu 'anhuma, katanya: 'Uyainah bin Hishn datang – di Madinah,
kemudian turun - sebagai tamu - pada anak saudaranya - sepupunya - yaitu Alhur bin
Qais. Alhur 'Adalah salah seorang dari sekian banyak orang-orang yang
didekat-kan oleh Umar r.a. - yakni dianggap sebagai orang dekat dan sering
diajak bermusyawarah, kerana para ahli baca al-Quran - yang pandai maknanya -
adalah menjadi sahabat-sahabat yang menetap di majlis Umar r.a. serta
orang-orang yang diajak bermusyawarah olehnya, baik orang-orang tua maupun yang
masih muda-muda usianya.
'Uyainah
berkata kepada sepupunya: "Hai anak saudaraku engkau mempunyai wajah -
banyak diperhatikan - di sisi Amirul mu'minin ini. Cobalah meminta izin padanya
supaya aku dapat menemuinya. Saudaranya itu memintakan izin untuk 'Uyainah lalu
Umarpun mengizinkannya. Setelah 'Uyainah masuk, lalu ia berkata:
"Hati-hatilah,hai putera Alkhaththab - yaitu Umar, demi Allah, tuan tidak
memberikan banyak pemberian - kelapangan hidup - pada kita dan tidak pula tuan
memerintah di kalangan kita dengan keadilan." Umar r.a. marah sehingga
hampir-hampir saja akan menjatuhkan hukuman padanya. Alhur kemudian berkata:
"Ya Amirul mu'minin, sesungguhnya Allah Ta'ala berfirman kepada NabiNya
s.a.w. - yang artinya: "Berilah maaf, perintahlah kebaikan dan
berpalinglah - jangan menghiraukan - padaorang-orang yang bodoh."
Dan
ini - yakni 'Uyainah - adalah termasuk golongan orang-orang yang bodoh. Demi
Allah, Umar tidak pernah melaluinya - melanggarnya - di waktu Alhur membacakan
itu. Umar adalah seorang yang banyak berhentinya - amat mematuhi - di sisi Kitabullah
Ta'ala. (Riwayat Bukhari)
7.
Dari Ibnu Mas'ud r.a. bahwasanya Rasulullah s.a.w. bersabda:
"Sesungguhnya
saja akan terjadi sesudahku nanti cara mementingkan diri sendiri - sedang orang
lain lebih berhak untuk memperolehnya - dan juga beberapa perkara yang engkau
semua akan mengingkarinya. Orang-orang semua berkata: "Ya Rasulullah, maka
apakah yang akan Tuan perintahkan pada kita - kaum Muslimin. Beliau s.a.w.
bersabda:
"Supaya
engkau semua menunaikan hak yang menjadi kewajibanmu untuk dilaksanakan dan
mohonlah kepada Allah akan hak yang memang menjadi milikmu semua." (Muttafaq
'alaih)
8.
Dari Abu Ibrahim, yaitu Abdullah bin Abu Aufa radhiallahu 'anhuma bahwa Rasulullah
s.a.w. pada suatu hari di waktu beliau itu bertemu dengan musuh, beliau menantikan
sehingga matahari condong - hendak terbenam - beliau lalu berdiri di muka orang
banyak kemudian bersabda:
"Hai
sekalian manusia, janganlah engkau semua mengharap-harapkan bertemu musuh dan
mohonlah kepada Allah akan keselamatan. Tetapi jikalau engkau semua menemui
musuh itu, maka bersabarlah. Ketahuilah olehmu semua bahwasanya syurga itu ada
di bawah naungan pedang."
Selanjutnya
Nabi s.a.w. bersabda:
"Ya
Allah yang menurunkan kitab, yang menjalankan awan, Yang menghancur-leburkan
gabungan pasukan musuh. Hancur leburkanlah mereka itu dan berilah kita semua
kemenangan atas mereka." (Muttafaq 'alaih)
Keterangan:
Dalam
mengulas sabda Rasulullah s.a.w. yang berbunyi:
"Syurga
itu ada di bawah naungan pedang." Imam al-Qurthubi berkata:
"Ucapan
itu adalah suatu pertanda betapa indahnya susunan kalimat yang digunakan oleh
Rasulullah s.a.w. Sedikit kata-katanya, tetapi luas pengertiannya. Maksudnya
ialah bahwa letak syurga itu dengan memberikan perlawanan kepada musuh,
manakala mereka telah memulai menyerang kedudukan kita. Jika sudah dalam
keadaan terjepit dan musuh sudah menyerbu dekat sekali dengan tempat pertahanan
kita, maka tiada jalan lain, kecuali dengan beradu kekuatan, yakni pedanglah
yang wajib digunakan untuk penyelesaian, menang atau kalah. Jika pedang kaum
Muslimin sudah beradu dengan pedang musuh, masing-masing pihak menangkis
serangan musuhnya, pedang meninggi dan merendah, sampai-sampai bayangannya
tampak jelas. Naungan pedang itulah yang menyebabkan kaum Muslimin akan
memperoleh kebahagiaan dalam dua keadaan:
(a)
Jika kalah dan mati, gugurlah sebagai pejuang syahid dan pasti masuk syurga tanpa
dihisab. Di kalangan ummatpun menjadi harum namanya.
b)
Jika menang dan selamat sampai dapat kembali ke rumah ia juga akan merasakan kenikmatan
syurga dunia, hidup dalam keluhuran dan kejayaan.
Sumber
: Riyadhus Shalihin, Bab Sabar
Comments