Sabar – part 1
Allah
Ta'ala berfirman:
"Hai sekalian orang yang beriman,
bersabarlah dan cukupkanlah kesabaran itu." (ali-lmran: 200)
Allah
Ta'ala berfirman pula:
"Niscayalah Kami akan memberikan cobaan
sedikit kepadamu semua seperti ketakutan, ketaparan, kekurangan harta, jiwa dan
buah-buahan, kemudian sampaikaniah berita gembira kepada orang-orang yang
sabar." (al-Baqarah: 155)
Lagi
Allah Ta'ala berfirman:
"Sesungguhnya orang-orang yang bersabar
itu akan dipenuhi pahala mereka dengan tiada hitungannya - kerana amat
banyaknya." (az-Zumar: 10)
Juga
Allah Ta'ala berfirman:
"Orang yang bersabar dan suka memaafkan,
sesungguhnya hal yang demikian itu niscayalah termasuk pekerjaan yang dilakukan
dengan hati yang teguh." (as-Syura:
43)
Allah
Ta'ala berfirman pula:
"Mintalah pertolongan dengan sabar dan
mengerjakan shalat sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar." (al-Baqarah: 153)
Lagi
Allah Ta'ala berfirman:
"Dan sesungguhnya Kami hendak menguji
kepadamu semua, sehingga Kami dapat mengetahui siapa di antara engkau semua itu
yang benar-benar berjihad dan siapa pula orang-orang yang bersabar." (Muhammad: 31)
Ayat-ayat
yang mengandung perintah untuk bersabar dan yang menerangkan keutamaan sabar
itu amat banyak sekali dan dapat dimaklumi.
1.
Dari Abu Malik al-Harits bin Ashim al-Asy'ari r.a. berkata: Rasulullah s.a.w.
bersabda:
"Bersuci
adalah separuh keimanan dan Alhamdulillah itu memenuhi imbangan, Subhanallah dan
Alhamdulillah itu dapat memenuhi atau mengisi penuh apa-apa yang ada di antara
langit-langit dan bumi. Shalat adalah cahaya, sedekah adalah sebagai tanda -
keimanan bagi yang memberikannya - sabar adalah merupakan cahaya pula, al-Quran
adalah merupakan hujjah untuk kebahagiaanmu - jikalau mengikuti
perintah-perintahnya dan menjauhi larangan-larangannya - dan dapat pula sebagai
hujjah atas kemalanganmu – jikalau tidak mengikuti perintah-perintahnya dan
suka melanggar larangan-larangannya. Setiap orang itu berpagi-pagi, maka ada
yang menjual dirinya - kepada Allah - berarti ia memerdekakan dirinya sendiri -
dari siksa Allah Ta'ala itu - dan ada yang merusakkan dirinya sendiri pula -
kerana tidak menginginkan keridhaan Allah Ta'ala." (Riwayat Muslim)
Keterangan:
Hal-hal
yang perlu diperhatikan dalam Hadis ini ialah:
(a)
Bersuci yakni menyucikan diri dari hadas dan kotoran.
(b)
Memenuhi neraca kerana sangat besar pahalanya, hingga neraca akhirat penuh
dengan ucapan itu saja.
(c)
Artinya andaikata pahalanya itu dibentuk menjadi jisim yang tampak, pasti dapat
memenuhi langit dan bumi.
(d)
Shalat adalah cahaya yakni cahaya yang menerangi kita ke jalan yang diridhai
Allah. Sebab orang yang tidak suka bersembahyang pasti hati nuraninya tertutup
daripada kebenaran yang sesungguh-sungguhnya.
(e)
Sedekah yang sunnah atau wajib (zakat) itu merupakan kenyataan yang menunjukkan
bahwa orang itu benar-benar telah melakukan perintah Allah.
(f)
Al-Quran itu hujjah (keterangan) bagimu yakni membela dirimu kalau engkau suka
melakukan isinya. Atau juga keterangan atasmu yakni mencelakakan dirimu yaitu
kalau engkau menyalahi apa-apa yang menjadi perintah Allah.
(g)
Kita di dunia ini ibarat orang yang sedang dalam bepergian ke lain tempat yang
hanya terbatas sekali waktunya. Di tempat itu kita menjual diri yakni
memperjuangkan nasib untuk hari depan seterusnya yang kekal yaitu di akhirat.
Tetapi di dalam memperjuangkan itu, ada di antara kita yang memerdekakan diri
sendiri yakni melakukan semua amat baik dan perintah-perintah Allah, sehingga
diri kita merdeka nanti di syurga. Tetapi ada pula yang merusak dirinya sendiri
kerana melakukan larangan-larangan Allah hingga rusaklah akhirnya nanti di
dalam neraka, amat pedih siksa yang ditemuinya.
2.
Dari Abu Said yaitu Sa'ad bin Malik bin Sinan al-Khudri radhiallahu 'anhuma
bahwasanya ada beberapa orang dari kaum Anshar meminta - sedekah - kepada
Rasulullah s.a.w., lalu beliau memberikan sesuatu pada mereka itu, kemudian
mereka meminta lagi dan beliau pun memberinya pula sehingga habislah harta yang
ada di sisinya, kemudian setelah habis membelanjakan segala sesuatu dengan
tangannya itu beliau bersabda: "Apa saja kebaikan - yakni harta - yang ada
di sisiku, maka tidak sekali-kali akan kusimpan sehingga tidak kuberikan padamu
semua, tetapi oleh sebab sudah habis, maka tidak ada yang dapat diberikan.
Barangsiapa yang menjaga diri - dari meminta-minta pada orang lain, maka akan
diberi rezeki kepuasan oleh Allah dan barangsiapa yang merasa dirinya cukup
maka akan diberi kekayaan oleh Allah - kaya hati dan jiwa - dan barangsiapa
yang berlaku sabar maka akan dikarunia kesabaran oleh Allah. Tiada seorangpun
yang dikaruniai suatu pemberian yang lebih baik serta lebih luas – kegunaannya
– daripada karunia kesabaran itu." (Muttafaq 'alaih)
3.
Dari Abu Yahya, yaitu Shuhaib bin Sinan r.a., katanya: Rasulullah s.a.w.
bersabda: "Amat mengherankan sekali keadaan orang mu'min itu, sesungguhnya
semua keadaannya itu adalah merupakan kebaikan baginya dan kebaikan yang
sedemikian itu tidak akan ada lagi seseorangpun melainkan hanya untuk orang
mu'min itu belaka, yaitu apabila ia mendapatkan kelapangan hidup, iapun
bersyukur, maka hal itu adalah kebaikan baginya,sedang apabila ia ditimpa oleh
kesukaran - yakni yang merupakan bencana – iapun bersabar dan hal inipun adalah
merupakan kebaikan baginya." (Riwayat Muslim)
4.
Dari Anas r.a. katanya: "Ketika Nabi s.a.w. sudah berat sakitnya, maka
beliaupun diliputi oleh kedukaan - kerana menghadapi sakratulmaut, kemudian
Fathimah radhiallahu 'anha berkata: ''Aduhai kesukaran yang dihadapi
ayahanda." Beliau s.a.w. lalu bersabda: "Ayahmu tidak akan memperoleh
kesukaran lagi sesudah hari ini." Selanjutnya setelah beliau s.a.w. wafat,
Fathimah berkata: "Aduhai ayahanda, beliau telah memenuhi panggilan
Tuhannya. Aduhai ayahanda, syurga Firdaus adalah tempat kediamannya. Aduhai
ayahanda, kepada Jibril kita sampaikan berita wafatnya."
Kemudian
setelah beliau dikebumikan, Fathimah radhiallahuanha berkata pula: "Hai
Anas, mengapa hatimu semua merasa tenang dengan menyebarkan tanah di atas makam
Rasulullah s.a.w itu?"
Maksudnya:
Melihat betapa besar kecintaan para sahabat kepada beliau s.a.w. itu tentunya
akan merasa tidak sampai hati mereka untuk menutupi makam Rasulullah s.a.w.
dengan tanah. Mendengar ucapan Fathimah radhiallahu 'anha ini, Anas r.a. diam
belaka dan tentunya dalam hati ia berkata: "Hati memang tidak sampai
berbuat demikian, tetapi sudah demikian itulah yang diperintahkan oleh beliau
s.a.w. sendiri." (Riwayat Bukhari)
5.
Dari Abu Zaid, yaitu Usamah bin Zaid bin Haritsah, sahaya Rasulullah s.a.w.
serta kekasihnya serta putera kekasihnya pula radhiallahu 'anhuma, katanya:
"Puteri Nabi s.a.w. mengirimkan berita kepada Nabi s.a.w. -bahwa anakku
sudah hampir meninggal dunia, maka dari itu diminta supaya menyaksikan keadaan
kita." Kita: yakni yang akan meninggal serta yang sedang menungguinya.
Beliau lalu mengirimkan kabar sambil menyampaikan salam, katanya:
"Sesungguhnya bagi Allah adalah apa yang Dia ambil dan bagiNya pula apa
yang Dia berikan dan segala sesuatu di sampingnya itu adalah dengan ajal yang
telah ditentukan, maka hendaklah bersabar dan berniat mencari keridhaan
Allah." Puteri Nabi s.a.w. mengirimkan berita lagi serta bersumpah nadanya
supaya beliau suka mendatanginya dengan sungguh-sungguh. Beliau s.a.w. lalu
berdiri dan disertai oleh Sa'ad bin Ubadah, Mu'az bin Jabal, Ubai bin Ka'ab dan
Zaid bin Tsabit dan beberapa orang lelaki lain radhiallahu 'anhum.
Anak
kecil itu lalu disampaikan kepada Rasulullah s.a.w., kemudian diletakkannya di
atas pangkuannya sedang nafas anak itu terengah-engah. Kemudian melelehlah
airmata dari kedua mata beliau s.a.w. itu. Sa'ad berkata: "Hai Rasulullah,
apakah itu?" Beliau s.a.w. menjawab: "Airmata ini adalah sebagai
kesan dari kerahmatan Allah Ta'ala dalam hati para hambaNya."
Dalam
riwayat lain disebutkan: "Dalam hati siapa saja yang disukai olehNya
daripada hambaNya. Hanya saja Allah itu merah-mati dari golongan hamba-hambaNya
yakni orang-orang yang menaruh belas kasihan - pada sesamanya." (Muttafaq
'alaih)
6.
Dari Shuhaib r.a. bahwasanya Rasulullah s.a.w. bersabda: "Dahulu ada
seorang raja dari golongan ummat yang sebelum engkau semua, ia mempunyai
seorang ahli sihir. Setelah penyihir itu tua, ia berkata kepada raja:
"Sesungguhnya saya ini telah tua, maka itu kirimkanlah padaku seorang anak
yang akan saya beri pelajaran ilmu sihir." Kemudian raja itu mengirimkan
padanya seorang anak untuk diajarinya. Anak ini di tengah perjalanannya apabila
seseorang rahib -pendeta Nasrani - berjalan di situ, iapun duduklah padanya dan
mendengarkan ucapan-ucapannya. Apabila ia telah datang ditempat penyihir -
yakni dari pelajarannya, iapun melalui tempat rahib tadi dan terus duduk di
situ - untuk mendengarkan ajaran-ajaranTuhan yang disampaikan olehnya.
Selanjutnya apabila datang di tempat penyihir, iapun dipukul olehnya - kerana
kelambatandatangnya. Hal yang sedemikian itu diadukan oleh anak itu kepada
rahib, lalu rahib berkata: "Jikalau engkau takut pada penyihir itu,
katakanlah bahwa engkau ditahan oleh keluargamu dan jikalau engkau takut pada
keluargamu, maka katakanlah bahwa engkau ditahan oleh penyihir."
Pada
suatu ketika di waktu ia dalam keadaan yang sedemikian itu, lalu tibalah ia di
suatu tempat dan di situ ada seekor binatang yang besar dan menghalang-halangi
orang banyak - untuk berlalu di jalanan itu. Anak itu lalu berkata: "Pada
hari ini saya akan mengetahui, apakah penyihir itu yang lebih baik ataukah
pendeta itu yang lebih baik?" Iapun lalu mengambil sebuah batu kemudian
berkata: "Ya Allah, apabila perkara pendeta itu lebih dicintai di sisiMu
daripada perkara penyihir, maka bunuhlah binatang ini sehingga orang-orang
banyak dapat berlalu." Selanjutnya binatang itu dilemparnya dengan batu
tadi, kemudian dibunuhnya dan orang-orang pun berlalulah. Ia lalu mendatangi
rahib dan memberitahukan hal tersebut. Rahib itupun berkata: "Hai anakku,
engkau sekarang adalah lebih mulia daripadaku sendiri. Keadaanmu sudah sampai
di suatu tingkat yang saya sendiri dapat memakluminya. Sesungguhnya engkau akan
terkena cobaan, maka jikalau engkau terkena cobaan itu, janganlah menunjuk
kepadaku."
Anak
itu lalu dapat menyembuhkan orang buta dan berpenyakit lepra serta dapat mengobati
orang banyak dari segala macam penyakit. Hal itu didengar oleh kawan seduduk -
yakni sahabat karib - raja yang telah menjadi buta. Ia datang pada anak itu
dengan membawa beberapa hadiah yang banyak jumlahnya, kemudian berkata:
"Apa saja yang ada di sisimu ini adalah menjadi milikmu, apabila engkau
dapat menyembuhkan aku." Anak itu berkata: "Sesungguhnya saya tidak
dapat menyembuhkan siapapun, hanyasanya Allah Ta'ala yang dapat
menyembuhkannya. Maka jikalau Tuan suka beriman kepada Allah Ta'ala, saya akan
berdoa kepada Allah, semoga Dia suka menyembuhkan Tuan. Kawan raja itu lalu beriman
kepada Allah Ta'ala, kemudian Allah menyembuhkannya. Ia lalu mendatangi raja terus
duduk di dekatnya sebagaimana duduknya yang sudah-sudah. Raja kemudian bertanya:
"Siapakah yang mengembalikan penglihatanmu itu?" Maksudnya: Siapakah
yang menyembuhkan butamu itu? Kawannya itu menjawab: "Tuhanku." Raja
bertanya: "Adakah engkau mempunyai Tuhan lain lagi selain dari
diriku?" Ia menjawab: "Tuhanku dan Tuhanmu adalah Allah."
Kawannya itu lalu ditindak oleh raja tadi dan terus-menerus diberikan siksaan
padanya, sehingga kawannya itu menunjuk kepada anak yang menyebabkan
kesembuhannya. Anak itupun didatangkan. Raja berkata padanya: "Hai anakku,
kiranya sihirmu sudah sampai ke tingkat dapat menyembuhkan orang buta dan yang
berpenyakit lepra dan engkau dapat melakukan ini dan dapat pula melakukan
itu."
Anak
itu berkata: "Sesungguhnya saya tidak dapat menyembuhkan seseorangpun, hanyasanya
Allah Ta'ala jualah yang menyembuhkannya." Anak itupun ditindaknya, dan terus-menerus
diberikan siksaan padanya, sehingga ia menunjuk kepada pendeta. Pendetapun
didatangkan, kemudian kepadanya dikatakan: "Kembalilah dari agamamu!"
Maksudnya
supaya meninggalkan agama Nasrani dan beralih menyembah raja dan patung-patung.
Pendeta itu enggan mengikuti perintahnya. Raja meminta supaya diberi gergaji, kemudian
diletakkanlah gergaji itu di tengah kepalanya. Kepala itu dibelahnya sehingga jatuhlah
kedua belahan kepala tersebut. Selanjutnya didatangkan pula kawan seduduk raja dahulu
itu, lalu kepadanya dikatakan: "Kembalilah dari agamamu itu!" Iapun
enggan menuruti perintahnya. Kemudian diletakkan pulalah gergaji itu di tengah
kepalanya lalu dibelahnya, sehingga jatuhlah kedua belahannya itu. Seterusnya
didatangkan pulalah anak itu. Kepadanya dikatakan: "Kembalilah dari
agamamu." lapun menolak ajakannya. Kemudian anak itu diberikan kepada sekeIompok
sahabatnya lalu berkata: "Pergilah membawa anak ini ke gunung ini atau
itu, naiklah dengannya ke gunung itu. Jikalau engkau semua telah sampai di
puncaknya, maka apabila anak ini kembali dari agamanya, bolehlah engkau
lepaskan, tetapi jika tidak, maka lemparkanlah ia dari atas gunung itu."
Sahabat-sahabatnya itu pergi membawanya, kemudian menaiki gunung, lalu anak itu
berkata: "Ya Allah, lepaskanlah hamba dari orang-orang ini dengan
kehendakMu." Kemudian gunung itupun bergerak keras dan orang-orang itu
jatuhlah semuanya. Anak itu lalu berjalan menuju ke tempat raja. Raja berkata:
"Apa yang dilakukan oleh kawan-kawanmu?" Ia menjawab: "Allah
Ta'ala telah melepaskan aku dari tindakan mereka. Anak tersebut terus diberikan
kepada sekelompok sahabat-sahabatnya yang lain lagi dan berkata: "Pergilah
dengan membawa anak ini daiam sebuah tongkang dan berlayarlah sampai di tengah
lautan. Jikalau ia kembali dari agamanya - maka lepaskanlah ia, tetapi jika
tidak, maka lemparkanlah ke lautan itu." Orang-orang bersama-sama pergi
membawanya, lalu anak itu berkata: "Ya Allah, lepaskanlah hamba dari
orang-orang ini dengan kehendakMu." Tiba-tiba tongkang itu terbalik, maka
tenggelamlah semuanya. Anak itu sekali lagi berjalan ke tempat raja. Rajapun berkatalah:
"Apakah yang dikerjakan oleh kawan-kawanmu?" Ia menjawab: "Allah
Ta'ala telah melepaskan aku dari tindakan mereka." Selanjutnya ia berkata
pula pada raja: "Tuan tidak dapat membunuh saya, sehingga Tuan suka
melakukan apa yang kuperintahkan." Raja bertanya: "Apakah itu?"
Ia menjawab: "Tuan kumpulkan semua orang di lapangan menjadi satu dan Tuan
salibkan saya di batang pohon, kemudian ambillah sebatang anak panah dari tempat
panahku ini, lalu letakkanlah anak panah itu pada busurnya, lalu ucapkanlah:
"Dengan
nama Allah, Tuhan anak ini," terus lemparkanlah anak panah itu.
Sesungguhnya apabila Tuan mengerjakan semua itu, tentu Tuan dapat
membunuhku."
Raja
mengumpulkan semua orang di suatu padang luas. Anak itu disalibkan pada sebatang
pohon, kemudian mengambil sebuah anak panah dari tempat panahnya, lalu meletakkan
anak panah di busur, terus mengucapkan: "Dengan nama Allah, Tuhan anak
ini." Anak panah dilemparkan dan jatuhlah anak panah itu pada pelipis anak
tersebut. Anak itu meletakkan tangannya di pelipisnya, kemudian meninggal
dunia. Orang-orang yang berkumpul itu sama berkata: "Kita semua beriman
kepada Tuhannya anak ini." Raja didatangi dan kepadanya dikatakan:
"Adakah Tuan mengetahui apa yang selama ini Tuan takutkan? Benar-benar,
demi Allah, apa yang Tuan takutkan itu telah tiba - yakni tentang keimanan
seluruh rakyatnya. Orang-orang semuanya telah beriman."
Raja
memerintahkan supaya orang-orang itu digiring di celah-celah bumi – yang bertebing
dua kanan-kiri - yaitu di pintu lorong jalan. Celah-celah itu dibelahkan dan dinyalakan
api di situ, Ia berkata: "Barangsiapa yang tidak kembali dari agamanya,
maka lemparkanlah ke dalam celah-celah itu," atau dikatakan: "Supaya
melemparkan dirinya sendiri ke dalamnya." Orang banyak melakukan yang
sedemikian itu - sebab tidak ingin kembali menjadi kafir dan musyrik lagi,
sehingga ada seorang wanita yang datang dengan membawa bayinya. Wanita ini
agaknya ketakutan hendak menceburkan diri ke dalamnya. Bayinya itu lalu
berkata: "Hai ibunda, bersabarlah, kerana sesungguhnya ibu adalah menetapi
atas kebenaran." (Riwayat Muslim)
Sumber
: Riyadhus Shalihin, Bab Sabar
Comments