Berlaku Sedang Dalam Beribadah
Terkadang
kita melihat ada orang yang sangat tekun beribadah, sehingga urusan yang lain
di tinggalkan begitu saja. Sebenarnya apakah beribadah yang terlalu tekun
tersebut baik dan memberikan manfaat bagi kita sekalian? Sebaiknya kita pahami
dahulu beberapa riwayat hadits mengenai bagaimana beribadah yang benar.
Allah
Ta'ala berfirman:
"Tidaklah Kami turunkan al-Quran itu
padamu - hai Muhammad agar engkau mendapat celaka." (Thaha: 1-2)
Allah
Ta'ala berfirman lagi:
"Allah menghendaki kemudahan padamu semua
dan tidak menghendaki kesukaran untukmu semua." (al-Baqarah: 185)
1.
Dari Aisyah radhiallahu 'anha bahwasanya Nabi s.a.w. memasuki rumahnya dan di
sisi Aisyah itu ada seorang wanita. Beliau s.a.w. bertanya: "Siapakah ini?"
Aisyah menjawab: "Ini adalah si Anu." Aisyah menyebutkan perihal
shalatnya wanita tadi – yang sangat luar biasa tekunnya.
Beliau
s.a.w. bersabda: "Jangan demikian, hendaklah engkau semua berbuat sesuai
dengan kekuatanmu semua saja. Sebab demi Allah, Allah itu tidak bosan - memberi
pahala - sehingga engkau semua bosan - melaksanakan amalan itu. Adalah cara
melakukan agama yang paling dicintai oleh Allah itu ialah apa-apa yang
dikekalkan melakukannya oleh orangnya itu - yakni tidak perlu banyak-banyak asalkan
langsung terus." (Muttafaq 'alaih)
2.
Dari Anas r.a., katanya: Ada tiga macam orang datang ke rumah isteri-isteri
Nabi s.a.w. menanyakan tentang hal bagaimana ibadahnya Nabi s.a.w. Kemudian
setelah mereka diberitahu lalu seolah-olah mereka menganggap amat sedikit saja
ibadah beliau. s.a.w. itu. Mereka lalu berkata: "Ah, di manakah kita ini -
maksudnya: Kita ini jauh perbedaannya kalau dibandingkan - dari Nabi s.a.w.
sedangkan beliau itu telah diampuni segala dosanya yang lampau dan yang kemudian."
Seorang
dari mereka itu berkata: "Adapun saya ini, maka saya bersembahyang semalam
suntuk selama-lamanya." Yang lainnya berkata: "Adapun saya, maka saya
berpuasa sepanjang tahun dan tidak pernah saya berbuka." Yang seorang lagi
berkata: "Adapun saya, maka saya menjauhi para wanita, maka sayapun tidak
akan kawin selama-lamanya."
Rasulullah
s.a.w. kemudian mendatangi mereka lalu bersabda: "Engkau semuakah yang
mengatakan demikian, demikian? Wahai, demi Allah, sesungguhnya saya ini adalah
orang yang tertaqwa di antara engkau semua kepada Allah dan tertakut kepadaNya,
tetapi saya juga berpuasa dan juga berbuka, sayapun bersembahyang tetapi juga
tidur, juga saya suka kawin dengan para wanita. Maka barangsiapa yang enggan
pada cara perjalananku, maka ia bukanlah termasuk dalam golonganku."
(Muttafaq 'alaih)
146.
Dari Anas r.a., katanya: "Nabi s.a.w. masuk ke dalam masjid, tiba-tiba
tampak di situ ada seutas tali yang memanjang antara dua tiang.1
Beliau s.a.w. bertanya: "Tali apakah ini?" Orang-orang menjawab:
"Ini adalah kepunyaan Zainab, jikalau ia sudah malas - lelah
bersembahyang, ia menggantung di situ." Nabi s.a.w. lalu bersabda:
"Lepaskan sajalah. Baiklah seseorang itu melakukan shalat di waktu ia
sedang bersemangat, maka jikalau ia telah merasa malas, baiklah ia tidur
saja." (Muttafaq 'alaih)
147.
Dari Aisyah radhiallahu 'anha bahwasanya Rasulullah s.a.w. bersabda:
"Jikalau seseorang dari engkau semua mengantuk dan ia sedang
bersembahyang, maka baiklah ia tidur dulu, sehingga hilanglah kantuk tidurnya.
Sebab sesungguhnya seseorang dari engkau semua itu jikalau bersembahyang sedang
ia mengantuk, maka ia tidak tahu, barangkali ia memulai memohonkan pengampunan
- kepada Allah, tetapi ia lalu mencaci maki dirinya sendiri." (Muttafaq
'alaih)
148.
Dari Abu Abdillah, yaitu Jabir bin Samurah radhiallahu 'anhuma, katanya:
"Saya pernah bersembahyang dengan Nabi s.a.w. beberapa shalatan, maka
keadaan shalat beliau s.a.w. itu adalah sedang dan khutbahnyapun sedang
pula." (Riwayat Muslim)
150.
Dari Abu Muhammad, yaitu Abdullah bin al-'Ash radhiallahu 'anhuma, katanya: "Nabi
s.a.w. diberitahu bahwasanya saya berkata: Demi Allah, niscayalah saya akan
berpuasa pada pagi hari dan berdiri bersembahyang di waktu malam - maksudnya
setiap hari, siangnya berpuasa dan malamnya bersembahyang sunnah, selama
hidupku." Rasulullah s.a.w. lalu bersabda: "Apakah engkau yang
berkata sedemikian itu?" Saya menjawab kepadanya: "Sungguh saya
berkata demikian itu, bi-abi anta wa ummi, ya Rasulullah."
Beliau.bersabda:
"Sesungguhnya engkau tidak kuat melaksanakan itu, maka dari itu berpuasalah,
berbukalah, tidurlah dan juga berdirilah - bersembahyang malam. Dalam sebulan
itu berpuasalah tiga hari, sebab sesungguhnya kebaikan itu dibalas dengan
sepuluh kali lipatnya. Jadi tiga hari sebulan itu sama dengan berpuasa setahun
penuh." Saya berkata: "Saya masih kuat beramal yang lebih utama dari
itu." Beliau s.a.w, bersabda: "Kalau begitu berpuasalah sehari dan
berbukalah dua hari." Saya berkata lagi: "Saya masih kuat beramal yang
lebih utama dari itu." Beliau s.a.w. bersabda: "Kalau begitu
berpuasalah sehari dan berbukalah sehari pula. Yang sedemikian itu adalah
puasanya Nabi Dawud a.s. dan inilah sesedang-sedangnya berpuasa." Dalam
riwayat lain disebutkan: "Yang sedemikian itu adalah seutama-utamanya berpuasa."
Saya berkata pula: "Saya masih kuat beramal yang lebih utama dari
itu." Rasulullah s.a.w. lalu bersabda: "Tidak ada yang lebih utama
daripada puasa - seperti Nabi Dawud a.s. itu." Sebenamya andaikata saya
menerima saja tiga hari yang disabdakan oleh Rasulullah s.a.w. -pertama kali -
itu adalah lebih kucintai daripada seluruh keluarga dan hartaku."
Kesimpulannya adalah seyogyanya dalam beribadah cukup mengambil
amalan itu sekuat tenaga saja yang sekiranya akan tetap dapat selalu (kekal)
kita lakukan agar pahala serta keutamaannya tetap atas diri kita semua.
1 Dua tiang yang dimaksudkan di sini
ialah dari beberapa tiang yang ada di masjid.
Sumber
: Riyadhus Shalihin, Bab Berlaku Sedang
Dalam Beribadat
Comments