Pengalaman Mengendarai Mobil Daihatsu Ayla
Daihatsu Ayla merupakan salah satu mobil LCGC (Low Cost
Green Car) yang di canangkan oleh pemerintah. Saya sendiri masih bingung kenapa
pemerintah malah membuat mobil murah dengan mengurangi pajak atas mobil tersebut.
Tapi apa daya, pemerintah sudah menyediakan, saya hanya tinggal memanfaatkan.
Pertama kali saya mengendarai Daihatsu Ayla ini di Lampung,
dengan rute GPM (Lampung Tengah) ke Purbolinggo (Lampung Timur) kemudian
kembali ke Bandar Jaya (Lampung Tengah). Kebetulan transmisi mobil yang di
kendarai adalah metik, sehingga perlu sedikit adaptasi untuk menaklukkannya.
Pada waktu itu, muatan 4 orang dewasa dan 1 bayi, perjalanan tetap nyaman.
Tidak ada istilah mobil menjadi oleng atau limbung, walaupun di tikungan dengan
kecepatan tinggi.
Mari kita mulai saja. Keluar dari site, harus melewati jalan
tanah yang banyak lubang. Walaupun jarak terendah bodi mobil ke tanah cukup
rendah, tidak pernah terdengar benturan antara bodi dan tanah. Kecuali, bemper
depan yang sering menggerus tanah, karena memang ada karet hitam yang sangat
dekat dengan tanah. Karet ini sangat elastis namun alot, sehingga tidak masalah
jika mengenai tanah atau aspal sekalipun.
Masuk ke jalan aspal, saya mulai geber mobil tersebut.
Dengan menggunakan 4D, saya mulai mencoba kecepatan yang optimum sehingga
indikator eco tetap hidup. Ternyata di kecepatan 110 kpj, indikator eco tetap
menyala. Saya pikir, hebat sekali ini mobil, walaupun 1000 cc, tetap hemat di
kecepatan tinggi.
Beberapa saat kemudian, saya memasuki tikungan yang sangat
lebar (bukan tikungan tajam). Kecepatan saya pertahankan di 100 kpj. Dan
ajaibnya, mobil masih stabil. Tidak oleng. Untuk suara mesin sendiri, saya
dengar masih senyap walaupun kecepatan tinggi. Yah, saya kira, namanya juga
mobil baru. Oiya, tipe yang saya kendarai adalah Daihatsu Ayla tipe X AT.
Dalam perjalanan pulang, waktu sudah petang. Saatnya mencoba
kemampuan pencahayaan. Dan ternyata cukup terang. Untuk tipe ini, di lengkapi
dengan fog lamp. Ya, lumayan utuk mobil murah (katanya).
Minggu lalu, saya kembali mencoba mobil tersebut dalam
perjalanan pulang dari Jakarta menuju ke Tegal (Jawa Tengah). Barang bawaan
saya cukup banyak, ada baju-baju anak saya, sepeda roda 3, helm, oleh-oleh dan
berbagai macam benda yang harus di bawa. Bagasi yang luas membuat saya menjadi
bebas membawa apa aja. Anak saya saya tempatkan tidur di jok belakang bersama
ibunya. Aman, nyaman dan lega.
Saya berangkat dari Tangerang pukul 16.00 dengan kondisi
lumayan lancar. Sebelum memasuki jalan tol, saya terlebih dahulu mengisi bahan bakar
di SPBU biasa. Cukup isi premium saja. 145.000 rupiah, tangki sudah tidak muat
lagi. Setelah itu, saya mulai melaju di jalan tol, hingga keluar di gerbang
Cikampek. Cukup lancar lah saya bilang. Saya mencoba mengetes keekonomisan
mobil ini. Kebetulan, muatannya hanya 2 dewasa dan 1 bayi. Awalnya, tarikannya
memang berat. Saya kira wajar untuk ukuran mobil matic, jika di bandingkan
dengan manual. Saya kebut hingga kecepatan 120 kpj, dan indikator eco masih
menyala. Saya pikir, wah, hebat sekali ini mobil. Mobil masih anteng, tidak ada
perasaan limbung. Jika saya membawa dou kembar, maka perasaan melayang akan
sangat terasa. Setir akan sangat ringan. Tetapi, Daihatsu Ayla tidak. Setir
ikut berat seiring dengan kecepatan.
Bagian kabin cukup senyap, walaupun suara angin sepertinya
ada yang masuk dari pintu belakang. Saya menghidupkan musik dengan volume
pelan, masih terdengar (kalau keras-keras, anak saya terbangun). Di ujung tol
Cikampek, terdapat tikungan panjang, dan disana tampat terlihat bahwa mobil ini
tetap stabil.
Tidak banyak yang bisa saya ceritakan, karena memang
durasinya hanya 6 jam. Saya sampai rumah pukul 22.30, setelah sebelumnya makan
soto sedap malam dahulu. Saya lebih cepat sampai karena saya menguntit di
belakang bis, dan selalu mengejar bis di depannya. Kebetulan, waktu itu ada bis
PO Haryanto yang cukup kencang. Saya kira ini bis tidak di pasang limiter di
mesin, sehingga bisa mencapai kecepatan 110 kpj lebih.
Untuk kejar-kejaran, memang mobil ini sangat lemah. Kenaikan
kecepatannya sangat lambat, dan wajar untuk mobil matic. Tetapi setelah di
putaran atas, maka mobil ini tarikannya sangat enak. Kabin yang senyap dan
goncangan yang halus membuat anak saya tertidur dari Tangerang hingga Tegal
(kecuali sewaktu berhenti solat Magrib dan Isya, dan ketika makan soto).
Paginya, bahan bahar saya isi sebanyak 100.000, dan indikator minyak
menunjukkan penuh. Lain kali akan saya ukur konsumsi bahan bakarnya.
Mobil ini sangat cocok untuk keluarga muda dengan jumlah
anak 2-3 orang. Cocok juga bagi orang yang sedang belajar mobil, karena
dimensinya yang mungil. Apalagi jika di gunakan di kota, akan lebih enak
lagi. Mobil ini adalah pilihan terbaik
keluarga muda dengan harga yang terjangkau.
Comments