DEMAM TIFOID (TYPHOID FEVER)
DEMAM TYPHOID
DEFINISI
Demam tifoid pada masyarakat dengan standar hidup dan kebersihan rendah, cenderung meningkat dan terjadi secara endemis. Biasanya angka kejadian tinggi pada daerah tropik dibandingkan daerah berhawa dingin. Sumber penularan penyakit demam tifoid adalah penderita yang aktif, penderita dalam fase konvalesen, dan kronik karier.. Demam Tifoid juga dikenali dengan nama lain yaitu Typhus Abdominalis,Typhoid fever atau Enteric fever. Demam tifoid adalah penyakit sistemik yang akut yang mempunyai karakteritik demam, sakit kepala dan ketidakenakan abdomen berlangsung lebih kurang 3 minggu yang juga disertai gejala-gejala perut pembesaran limpa dan erupsi kulit. Demam tifoid (termasuk para-tifoid) disebabkan oleh kuman Salmonella typhi, S paratyphi A, S paratyphi B dan S paratyphi C. Jika penyebabnya adalah S paratyphi, gejalanya lebih ringan dibanding dengan yang disebabkan oleh S typhi.
PENYEBAB
Demam tifoid pada masyarakat dengan standar hidup dan kebersihan rendah, cenderung meningkat dan terjadi secara endemis. Biasanya angka kejadian tinggi pada daerah tropik dibandingkan daerah berhawa dingin. Sumber penularan penyakit demam tifoid adalah penderita yang aktif, penderita dalam fase konvalesen, dan kronik karier.. Demam Tifoid juga dikenali dengan nama lain yaitu Typhus Abdominalis,Typhoid fever atau Enteric fever. Demam tifoid adalah penyakit sistemik yang akut yang mempunyai karakteritik demam, sakit kepala dan ketidakenakan abdomen berlangsung lebih kurang 3 minggu yang juga disertai gejala-gejala perut pembesaran limpa dan erupsi kulit. Demam tifoid (termasuk para-tifoid) disebabkan oleh kuman Salmonella typhi, S paratyphi A, S paratyphi B dan S paratyphi C. Jika penyebabnya adalah S paratyphi, gejalanya lebih ringan dibanding dengan yang disebabkan oleh S typhi.
PENYEBAB
Demam typhoid timbul akibat dari infeksi oleh
bakteri golongan Salmonella yang memasuki tubuh penderita melalui saluran
pencernaan. Sumber utama yang terinfeksi adalah manusia yang selalu
mengeluarkan mikroorganisme penyebab penyakit,baik ketika ia sedang sakit atau
sedang dalam masa penyembuhan.Pada masa penyembuhan, penderita pada masih
mengandung Salmonella spp didalam kandung empedu atau di dalam ginjal. Sebanyak
5% penderita demam tifoid kelak akan menjadi karier sementara, sedang 2 % yang
lain akan menjadi karier yang menahun.Sebagian besar dari karier tersebut
merupakan karier intestinal (intestinal type) sedang yang lain termasuk urinary
type. Kekambuhan yang yang ringan pada karier demam tifoid,terutama pada karier
jenis intestinal,sukar diketahui karena gejala dan keluhannya tidak jelas.
PENYEBARAN KUMAN
Demam tifoid adalah penyakit yang
penyebarannya melalui saluran cerna (mulut, esofagus, lambung, usus 12 jari,
usus halus, usus besar, dstnya). S typhi masuk ke tubuh manusia bersama bahan
makanan atau minuman yang tercemar. Cara penyebarannya melalui muntahan, urin,
dan kotoran dari penderita yang kemudian secara pasif terbawa oleh lalat
(kaki-kaki lalat). Lalat itu mengontaminasi makanan, minuman, sayuran, maupun
buah-buahan segar. Saat kuman masuk ke saluran pencernaan manusia, sebagian
kuman mati oleh asam lambung dan sebagian kuman masuk ke usus halus. Dari usus
halus itulah kuman beraksi sehingga bisa ” menjebol” usus halus. Setelah
berhasil melampaui usus halus, kuman masuk ke kelenjar getah bening, ke
pembuluh darah, dan ke seluruh tubuh (terutama pada organ hati, empedu, dan
lain-lain).Jika demikian keadaannya, kotoran dan air seni penderita bisa
mengandung kuman S typhi yang siap menginfeksi manusia lain melalui makanan
atau pun minuman yang dicemari. Pada penderita yang tergolong carrier (pengidap
kuman ini namun tidak menampakkan gejala sakit), kuman Salmonella bisa ada
terus menerus di kotoran dan air seni sampai bertahun-tahun. S. thypi hanya
berumah di dalam tubuh manusia. Oleh kerana itu, demam tifoid sering ditemui di
tempat-tempat di mana penduduknya kurang mengamalkan membasuh tangan manakala airnya
mungkin tercemar dengan sisa kumbahan.
Sekali bakteria S. thypi dimakan atau
diminum, ia akan membahagi dan merebak ke dalam saluran darah dan badan akan
bertindak balas dengan menunjukkan beberapa gejala seperti demam. Pembuangan
najis di merata-rata tempat dan hinggapan lalat (lipas dan tikus) yang akan
menyebabkan demam tifoid.
PATOLOGI
HCL (asam lambung) dalam lambung berperan
sebagai penghambat masuknya Salmonella spp dan lain-lain bakteri usus. Jika
Salmonella spp masuk bersama-sama cairan, maka terjadi pengenceran HCL yang
mengurangi daya hambat terhadap mikroorganisme penyebab penyakit yang masuk.
Daya hambat HCL ini akan menurun pada waktu terjadi pengosongan lamung,
sehingga Salmonella spp dapat masuk ke dalam usus penderita dengan lebih senang.
Salmonella spp seterusnya memasuki folikel-folikel limfe yang terdapat di dalam
lapisan mukosa atau submukosa usus, bereplikasi dengan cepat untuk menghasilkan
lebih banyak Salmonella spp. Setelah itu, Salmonella spp memasuki saluran limfe
dan akhirnya mencapai aliran darah. Dengan demikian terjadilah bakteremia pada
penderita. Dengan melewati kapiler-kapiler yang terdapat dalam dinding kandung
empedu atau secara tidak langsung melalui kapiler-kapiler hati dan kanalikuli
empedu, maka bakteria dapat mencapai empedu yang larut disana. Melalui empedu
yang infektif terjadilah invasi kedalam usus untuk kedua kalinya yang lebih
berat daripada invasi tahap pertama. Invasi tahap kedua ini menimbulkan lesi
yang luas pada jaringan limfe usus kecil sehingga gejala-gejala klinik menjadi
jelas. Demam tifoid merupakan salah satu bekteremia yang disertai oleh infeksi
menyeluruh dan toksemia yang dalam. Berbagai macam organ mengalami kelainan,
contohnya sistem hematopoietik yang membentuk darah, terutama jaringan limfoid
usus kecil, kelenjar limfe abdomen, limpa dan sumsum tulang. Kelainan utama
terjadi pada usus kecil, hanya kadang-kadang pada kolon bagian atas, maka
Salmonella paratyphi B dapat menimbulkan lesi pada seluruh bagian kolon dan
lambung.
Pada awal minggu kedua dari penyakit demam
tifoid terjadi nekrosis superfisial yang disebabkan oleh toksin bakteri atau
yang lebih utama disebabkan oleh pembuntuan pembuluh-pembuluh darah kecil oleh
hiperplasia sel limfoid (disebut sel tifoid). Mukosa yang nekrotik kemudian membentuk
kerak, yang dalam minggu ketiga akan lepas sehingga terbentuk ulkus yang
berbentuk bulat atau lonjong tak teratur dengan sumbu panjang ulkus sejajar
dengan sumbu usus. Pada umumnya ulkus tidak dalam meskipun tidak jarang jika
submukosa terkena, dasar ulkus dapat mencapai dinding otot dari usus bahkan
dapat mencapai membran serosa.
Pada waktu kerak lepas dari mukosa yang nekrotik dan terbentuk ulkus, maka perdarahan yang hebat dapat terjadi atau juga perforasi dari usus. Kedua komplikasi tersebut yaitu perdarahan hebat dan perforasi merupakan penyebab yang paling sering menimbulkan kematian pada penderita demam tifoid. Meskipun demikian, beratnya penyakit demam tifoid tidak selalu sesuai dengan beratnya ulserasi. Toksemia yang hebat akan menimbulkan demam tifoid yang berat sedangkan terjadinya perdarahan usus dan perforasi menunjukkan bahwa telah terjadi ulserasi yang berat. Sedangkan perdarahan usus dan perforasi menunjukkan bahwa telah terjadi ulserasi yang berat. Pada serangan demam tifoid yang ringan dapat terjadi baik perdarahan maupun perforasi.
Pada waktu kerak lepas dari mukosa yang nekrotik dan terbentuk ulkus, maka perdarahan yang hebat dapat terjadi atau juga perforasi dari usus. Kedua komplikasi tersebut yaitu perdarahan hebat dan perforasi merupakan penyebab yang paling sering menimbulkan kematian pada penderita demam tifoid. Meskipun demikian, beratnya penyakit demam tifoid tidak selalu sesuai dengan beratnya ulserasi. Toksemia yang hebat akan menimbulkan demam tifoid yang berat sedangkan terjadinya perdarahan usus dan perforasi menunjukkan bahwa telah terjadi ulserasi yang berat. Sedangkan perdarahan usus dan perforasi menunjukkan bahwa telah terjadi ulserasi yang berat. Pada serangan demam tifoid yang ringan dapat terjadi baik perdarahan maupun perforasi.
Pada stadium akhir dari demam tifoid, ginjal
kadang-kadang masih tetap mengandung kuman Salmonella spp sehingga terjadi
bakteriuria. Maka penderita merupakan urinary karier penyakit tersebut.
Akibatnya terjadi miokarditis toksik, otot
jantung membesar dan melunak. Anak-anak dapat mengalami perikarditis tetapi
jarang terjadi endokaritis. Tromboflebitis, periostitis dan nekrosis tulang dan
juga bronkhitis serta meningitis kadang-kadang dapat terjadi pada demam tifoid.
GAMBARAN KLINIK
Masa Inkubasi
Masa inkubasi dapat berlangsung 7-21 hari,
walaupun pada umumnya adalah 10-12 hari. Pada awal penyakit keluhan dan gejala
penyakit tidaklah khas, berupa :
- ~
anoreksia
- ~
rasa malas
- ~
sakit kepala bagian depan
- ~
nyeri otot
- ~
lidah kotor
- ~
gangguan perut (perut meragam dan sakit)
Gambaran klasik demam tifoid (Gejala Khas)
Biasanya jika gejala khas itu yang tampak,
diagnosis kerja pun bisa langsung ditegakkan. Yang termasuk gejala khas Demam
tifoid adalah sebagai berikut.
~Minggu Pertama (awal terinfeksi)
Setelah melewati masa inkubasi 10-14 hari,
gejala penyakit itu pada awalnya sama dengan penyakit infeksi akut yang lain,
seperti demam tinggi yang berpanjangan yaitu setinggi 39ºc hingga 40ºc, sakit
kepala, pusing, pegal-pegal, anoreksia, mual, muntah, batuk, dengan nadi antara
80-100 kali permenit, denyut lemah, pernapasan semakin cepat dengan gambaran
bronkitis kataral, perut kembung dan merasa tak enak,sedangkan diare dan
sembelit silih berganti. Pada akhir minggu pertama,diare lebih sering terjadi.
Khas lidah pada penderita adalah kotor di tengah, tepi dan ujung merah serta
bergetar atau tremor. Episteksis dapat dialami oleh penderita sedangkan
tenggorokan terasa kering dan beradang. Jika penderita ke dokter pada periode
tersebut, akan menemukan demam dengan gejala-gejala di atas yang bisa saja
terjadi pada penyakit-penyakit lain juga. Ruam kulit (rash) umumnya terjadi
pada hari ketujuh dan terbatas pada abdomen disalah satu sisi dan tidak merata,
bercak-bercak ros (roseola) berlangsung 3-5 hari, kemudian hilang dengan
sempurna. Roseola terjadi terutama pada penderita golongan kulit putih yaitu
berupa makula merah tua ukuran 2-4 mm, berkelompok, timbul paling sering pada
kulit perut, lengan atas atau dada bagian bawah, kelihatan memucat bila
ditekan. Pada infeksi yang berat, purpura kulit yang difus dapat dijumpai.
Limpa menjadi teraba dan abdomen mengalami distensi.
~ Minggu Kedua
Jika pada minggu pertama, suhu tubuh
berangsur-angsur meningkat setiap hari, yang biasanya menurun pada pagi hari
kemudian meningkat pada sore atau malam hari. Karena itu, pada minggu kedua
suhu tubuh penderita terus menerus dalam keadaan tinggi (demam). Suhu badan
yang tinggi, dengan penurunan sedikit pada pagi hari berlangsung. Terjadi
perlambatan relatif nadi penderita. Yang semestinya nadi meningkat bersama
dengan peningkatan suhu, saat ini relatif nadi lebih lambat dibandingkan
peningkatan suhu tubuh. Gejala toksemia semakin berat yang ditandai dengan
keadaan penderita yang mengalami delirium. Gangguan pendengaran umumnya
terjadi. Lidah tampak kering,merah mengkilat. Nadi semakin cepat sedangkan
tekanan darah menurun, sedangkan diare menjadi lebih sering yang kadang-kadang
berwarna gelap akibat terjadi perdarahan. Pembesaran hati dan limpa. Perut
kembung dan sering berbunyi. Gangguan kesadaran. Mengantuk terus menerus, mulai
kacau jika berkomunikasi dan lain-lain.
~ Minggu Ketiga
Suhu tubuh berangsung-angsur turun dan normal
kembali di akhir minggu. Hal itu jika terjadi tanpa komplikasi atau berhasil
diobati. Bila keadaan membaik, gejala-gejala akan berkurang dan temperatur
mulai turun. Meskipun demikian justru pada saat ini komplikasi perdarahan dan
perforasi cenderung untuk terjadi, akibat lepasnya kerak dari ulkus. Sebaliknya
jika keadaan makin memburuk, dimana toksemia memberat dengan terjadinya
tanda-tanda khas berupa delirium atau stupor,otot-otot bergerak terus,
inkontinensia alvi dan inkontinensia urin. Meteorisme dan timpani masih
terjadi, juga tekanan abdomen sangat meningkat diikuti dengan nyeri perut.
Penderita kemudian mengalami kolaps. Jika denyut nadi sangat meningkat disertai
oleh peritonitis lokal maupun umum, maka hal ini menunjukkan telah terjadinya
perforasi usus sedangkan keringat dingin,gelisah,sukar bernapas dan kolaps dari
nadi yang teraba denyutnya memberi gambaran adanya perdarahan. Degenerasi
miokardial toksik merupakan penyebab umum dari terjadinya kematian penderita
demam tifoid pada minggu ketiga.
~ Minggu keempat
Merupakan stadium penyembuhan meskipun pada
awal minggu ini dapat dijumpai adanya pneumonia lobar atau tromboflebitis vena
femoralis.
Relaps
Pada mereka yang mendapatkan infeksi ringan dengan demikia juga hanya menghasilkan kekebalan yang lemah,kekambuhan dapat terjadi dan berlangsung dalam waktu yang pendek.Kekambuhan dapat lebih ringan dari serangan primer tetapi dapat menimbulkan gejala lebih berat daripada infeksi primer tersebut.Sepuluh persen dari demam tifoid yang tidak diobati akan mengakibatkan timbulnya relaps.
Pada mereka yang mendapatkan infeksi ringan dengan demikia juga hanya menghasilkan kekebalan yang lemah,kekambuhan dapat terjadi dan berlangsung dalam waktu yang pendek.Kekambuhan dapat lebih ringan dari serangan primer tetapi dapat menimbulkan gejala lebih berat daripada infeksi primer tersebut.Sepuluh persen dari demam tifoid yang tidak diobati akan mengakibatkan timbulnya relaps.
DIAGNOSIS
Diagnosis pasti ditegakkan dengan cara
menguji sampel najis atau darah bagi mengesan kehadiran bakteri Salmonella spp
dalam darah penderita, dengan membiakkan darah pada hari 14 yang pertama dari
penyakit.
Selain itu tes widal (O dah H agglutinin)
mulai posotif pada hari kesepuluh dan titer akan semakin meningkat sampai
berakhirnya penyakit. Pengulangan tes widal selang 2 hari menunjukkan
peningkatan progresif dari titer agglutinin (diatas 1:200) menunjukkkan
diagnosis positif dari infeksi aktif demam tifoid.
Biakan tinja dilakukan pada minggu kedua dan
ketiga serta biakan urin pada minggu ketiga dan keempat dapat mendukung
diagnosis dengan ditemukannya Salmonella.
Gambaran darah juga dapat membantu menentukan diagnosis. Jika terdapat lekopeni polimorfonuklear dengan limfositosis yang relatif pada hari kesepuluh dari demam, maka arah demam tifoid menjadi jelas. Sebaliknya jika terjadi lekositosis polimorfonuklear, maka berarti terdapat infeksi sekunder bakteri di dalam lesi usus. Peningkatan yang cepat dari lekositosis polimorfonuklear ini mengharuskan kita waspada akan terjadinya perforasi dari usus penderita. Tidak selalu mudah mendiagnosis karena gejala yang ditimbulkan oleh penyakit itu tidak selalu khas seperti di atas. Bisa ditemukan gejala- gejala yang tidak khas. Ada orang yang setelah terpapar dengan kuman S typhi, hanya mengalami demam sedikit kemudian sembuh tanpa diberi obat. Hal itu bisa terjadi karena tidak semua penderita yang secara tidak sengaja menelan kuman ini langsung menjadi sakit. Tergantung banyaknya jumlah kuman dan tingkat kekebalan seseorang dan daya tahannya, termasuk apakah sudah imun atau kebal. Bila jumlah kuman hanya sedikit yang masuk ke saluran cerna, bisa saja langsung dimatikan oleh sistem pelindung tubuh manusia. Namun demikian, penyakit ini tidak bisa dianggap enteng, misalnya nanti juga sembuh sendiri.
Gambaran darah juga dapat membantu menentukan diagnosis. Jika terdapat lekopeni polimorfonuklear dengan limfositosis yang relatif pada hari kesepuluh dari demam, maka arah demam tifoid menjadi jelas. Sebaliknya jika terjadi lekositosis polimorfonuklear, maka berarti terdapat infeksi sekunder bakteri di dalam lesi usus. Peningkatan yang cepat dari lekositosis polimorfonuklear ini mengharuskan kita waspada akan terjadinya perforasi dari usus penderita. Tidak selalu mudah mendiagnosis karena gejala yang ditimbulkan oleh penyakit itu tidak selalu khas seperti di atas. Bisa ditemukan gejala- gejala yang tidak khas. Ada orang yang setelah terpapar dengan kuman S typhi, hanya mengalami demam sedikit kemudian sembuh tanpa diberi obat. Hal itu bisa terjadi karena tidak semua penderita yang secara tidak sengaja menelan kuman ini langsung menjadi sakit. Tergantung banyaknya jumlah kuman dan tingkat kekebalan seseorang dan daya tahannya, termasuk apakah sudah imun atau kebal. Bila jumlah kuman hanya sedikit yang masuk ke saluran cerna, bisa saja langsung dimatikan oleh sistem pelindung tubuh manusia. Namun demikian, penyakit ini tidak bisa dianggap enteng, misalnya nanti juga sembuh sendiri.
KOMPLIKASI
1. Komplikasi Intestinal
- ~
Perdarahan usus
- ~
Perforasi usus
- ~
Ileus paralitik
2. Komplikasi Ekstra –Intestinal
~ Komplikasi Kardiovaskuler : kegagalan
sirkulasi perifer (renjatan septik), miokarditis,trombosis dan tromboflebitis
~ Komplikasi darah : anemia hemolitik
,trombositopenia, dan /atau Disseminated Intravascular Coagulation (DIC) dan Sindrom uremia
hemolitik
~ Komplikasi paru : Pneumonia,empiema,dan
pleuritis
~ Komplikasi hepar dan kandung empedu :
hepatitis dan kolesistitis
~ Komplikasi ginjal :
glomerulonefritis,pielonefritis, dan perinefritis
~ Komplikasi tulang :
osteomielitis,periostitis,spondilitisdan Artritis
~ Komplikasi Neuropsikiatrik : Delirium,
meningismus, meningitis, polyneuritis perifer,
sindrom guillain-barre, psikosis dan sindrom katatonia
PENGOBATAN
1.
Perawatan
umum
Pasien demam tifoid perlu dirawat dirumah
sakit untuk isolasi, observasi dan pengobatan. Paasien harus tirah baring
absolut sampai minimal 7 hari bebas demam atau kurang lebih selama 14 hari.
Maksud tirah baring adalah untuk mencegah terjadinya komplikasi perdarahan usus
atau perforasi usus. Mobilisasi pesien harus dilakukan secara bertahap,sesuai
dengan pulihnya kekuatan pasien.
Pasien dengan kesadaran menurun, posisi
tubuhnya harus diubah-ubah pada waktu-waktu tertentu untuk menghindari
komplikasi pneumonia hipostatik dan dekubitus.
Defekasi dan buang air kecil harus dperhatikan karena kadang-kadang terjadi obstipasi dan retensi air kemih. Pengobatan simtomik diberikan untuk menekan gejala-gejala simtomatik yang dijumpai seperti demam, diare, sembelit, mual, muntah, dan meteorismus. Sembelit bila lebih dari 3 hari perlu dibantu dengan paraffin atau lavase dengan glistering. Obat bentuk laksan ataupun enema tidak dianjurkan karena dapat memberikan akibat perdarahan maupun perforasi intestinal.
Defekasi dan buang air kecil harus dperhatikan karena kadang-kadang terjadi obstipasi dan retensi air kemih. Pengobatan simtomik diberikan untuk menekan gejala-gejala simtomatik yang dijumpai seperti demam, diare, sembelit, mual, muntah, dan meteorismus. Sembelit bila lebih dari 3 hari perlu dibantu dengan paraffin atau lavase dengan glistering. Obat bentuk laksan ataupun enema tidak dianjurkan karena dapat memberikan akibat perdarahan maupun perforasi intestinal.
Pengobatan suportif dimaksudkan untuk
memperbaiki keadaan penderita, misalnya pemberian cairan, elektrolit, bila
terjadi gangguan keseimbangan cairan, vitamin, dan mineral yang dibutuhkan oleh
tubuh dan kortikosteroid untuk mempercepat penurunan demam.
2.
Diet
Di masa lampau, pasien demam tifoid diberi
bubur saring, kemudian bubur kasar dan akhirnya diberi nasi. Beberapa peneliti
menunjukkan bahwa pemberian makanan padat dini,yaitu nasi dengan lauk pauk
rendah selulosa (pantang sayuran dengan serat kasar) dapat diberikan dengan
aman pada pasien demam tifoid.
3. Obat
Obat-obat antimikroba yang sering digunakan
adalah :
- ?
Kloramfenikol : Kloramfenikol masih merupakan obat pilihan utama pada
pasien demam tifoid.Dosis untuk orang dewasa adalah 4 kali 500 mg perhari
oral atau intravena,sampai 7 hari bebas demam.Penyuntikan kloramfenikol
siuksinat intramuskuler tidak dianurkan karena hidrolisis ester ini tidak
dapat diramalkan dan tempat suntikan terasa nyeri.Dengan
kloramfenikol,demam pada demam tifoid dapat turun rata 5 hari.
? Tiamfenikol : Dosis dan efektivitas
tiamfenikol pada demam tifoid sama dengan kloramfenikol.Komplikasi hematologis
pada penggunaan tiamfenikol lebih jarang daripada klloramfenikol. Dengan
penggunaan tiamfenikol demam pada demam tiofoid dapat turun rata-rata 5-6 hari
- ?
Ko-trimoksazol (Kombinasi Trimetoprim dan Sulfametoksazol) : Efektivitas
ko-trimoksazol kurang lebih sama dengan kloramfenikol,Dosis untuk orang
dewasa,2 kali 2 tablet sehari,digunakan sampai 7 hari bebas demam (1
tablet mengandung 80 mg trimetoprim dan 400 mg sulfametoksazol).dengan
ko-trimoksazol demam rata-rata turun d setelah 5-6 hari.
- ?
Ampislin dan Amoksisilin : Dalam hal kemampuan menurunkan
demam,efektivitas ampisilin dan amoksisilin lebih kecil dibandingkan
dengan kloramfenikol.Indikasi mutlak penggunannnya adalah pasien demam
tifoid dengan leukopenia.Dosis yang dianjurkan berkisar antara 75-150
mg/kgBB sehari,digunakan sampai 7 hari bebas demam.Dengan Amoksisilin dan
Ampisilin,demam rata-rata turun 7-9 hari.
- ?
Sefalosporin generasi ketiga : Beberapa uji klinis menunjukkan bahwa
sefalosporin generasi ketiga antara lain Sefoperazon,seftriakson, dan
sefotaksim efektif untuk demam tifoidtetapi dosis dan lama pemberian yang
optimal belum diketahui dengan pasti.
- ?
Fluorokinolon : Fluorokinolon efektif untuk demam tifoidtetapi dosis dan
lama pemberian belum diketahui dengan pasti.
- ?
Furazolidon.
EPIDEMIOLOGI DAN PENCEGAHAN
EPIDEMIOLOGI
Demam tifoid yang tersebar di seluruh dunia tidak tergantung pada iklim. Kebersihan perorangan yang buruk merupakan sumber dari penyakit ini meskipun lingkungan hidup umumnya adalah baik. Perbaikan sanitasi dan penyediaan sarana air yang baik dapat mengurangi penyebaran penyakit ini.
Demam tifoid yang tersebar di seluruh dunia tidak tergantung pada iklim. Kebersihan perorangan yang buruk merupakan sumber dari penyakit ini meskipun lingkungan hidup umumnya adalah baik. Perbaikan sanitasi dan penyediaan sarana air yang baik dapat mengurangi penyebaran penyakit ini.
Penyebaran Geografis dan Musim
Kasus-kasus demam tifoid terdapat hampir di
seluruh bagian dunia. Penyebarannya tidak bergantung pada iklim maupun musim.
Penyakit itu sering merebak di daerah yang kebersihan lingkungan dan pribadi
kurang diperhatikan.
Penyebaran Usia dan Jenis Kelamin
Siapa saja bisa terkena penyakit itu tidak
ada perbedaan antara jenis kelamin lelaki atau perempuan. Umumnya penyakit itu
lebih sering diderita anak-anak. Orang dewasa sering mengalami dengan gejala
yang tidak khas, kemudian menghilang atau sembuh sendiri. Persentase penderita
dengan usia di atas 12 tahun seperti bisa dilihat pada tabel di bawah ini.
Usia Persentase
Usia Persentase
12 – 29 tahun 70 – 80 %
30 – 39 tahun 10 – 20 %
> 40 tahun 5 – 10 %
30 – 39 tahun 10 – 20 %
> 40 tahun 5 – 10 %
Langkah-langkah pencegahan
Vaksinasi dengan menggunakan vaksin T.A.B
(mengandung basil tifoid dan paratifoid A dan B yang dimatikan ) yang diberikan
subkutan 2 atau 3 kali pemberian dengan interval 10 hari merupakan tindakan
yang praktis untuk mencegah penularan demam tifoid Jumlah kasus penyakit itu di
Indonesia cukup tinggi, yaitu sekitar 358-810 kasus per 100.000 penduduk per
tahun. Suntikan imunisasi tifoid boleh dilakukan setiap dua tahun manakala
vaksin oral diambil setiap lima tahun. Bagaimanapun, vaksinasi tidak memberikan
jaminan perlindungan 100 peratus.
Minum air yang telah dimasak sahaja. Masak
air sekurang-kurangnya lima minit penuh (apabila air sudah masak, biarkan ia
selama lima minit lagi).
Buat air batu menggunakan air yang dimasak.
Sekiranya sedang dalam perjalanan, gunakan
air botol atau minuman berdesis berkarbonat tanpa ais. Anda hendaklah lebih
berhati-hati dengan ais kacang atau air batu campur yang menggunakan ais
hancur, terutama sekali dalam keadaan sekarang.
Makan makanan yang baru dimasak. Jika
terpaksa makan di kedai, pastikan makanan yang dipesan khas dan berada dalam
keadaan `berasap’ kerana baru diangkat dari dapur.
Tudung semua makanan dan minuman agar tidak dihinggapi lalat. Letakkan makanan di tempat tinggi.
Tudung semua makanan dan minuman agar tidak dihinggapi lalat. Letakkan makanan di tempat tinggi.
Gunakan penyepit, senduk, sudu atau garpu
bersih untuk mengambil makanan.
Buah-buahan hendaklah dikupas dan dibilas
sebelum dimakan.
Cuci tangan dengan sabun dan air bersih
sebelum menyedia atau memakan makanan, membuang sampah sarap, memegang bahan
mentah atau selepas membuang air besar.
Anda akan mendapati insiden tifoid
berkurangan dengan amalan ini yang sepatutnya menjadi tabiat seharian dan bukan
hanya musim wabak.
Pilih gerai dan pengendali makanan yang
bersih.
Dalam keadaan sekarang, adalah baik sekiranya
orang ramai mengelak daripada membeli makanan atau minuman daripada penjaja
jalanan terutamanya yang menjual minuman sejuk.
Hapuskan tempat pembiakan lalat-lalat bagi mengelakkan pembiakan.
Hapuskan tempat pembiakan lalat-lalat bagi mengelakkan pembiakan.
Gunakan tandas yang sempurna.
Segeralah berjumpa doktor jika mengalami
tanda-tanda dijangkiti tifoid.
Pusat Kawalan Penyakit Amerika Syarikat mencadangkan dua tindakan asas bagi melindungi diri anda daripada demam tifoid:
Pusat Kawalan Penyakit Amerika Syarikat mencadangkan dua tindakan asas bagi melindungi diri anda daripada demam tifoid:
1.
Rebus,
masak, kupas atau lupakan sahaja.
Elakkan makanan serta minuman yang berisiko.
Ini mungkin mengejutkan anda tetapi melihat apa yang anda makan dan minum
terutamanya semasa dalam perjalanan adalah sama pentingnya seperti anda
mendapat pelalian.
Dengan menghindari makanan berisiko juga
mampu melindungi diri anda daripada lain-lain penyakit seperti cirit-birit,
kolera/taun, disenteri dan hepatitis A.
2.
Dapatkan
pemvaksinan.
Jika anda menetap atau dalam perjalanan
menuju ke negara yang biasa diserang wabak demam kepialu, anda perlu
menimbangkan pemvaksinan menentang demam kepialu. Berjumpalah dengan doktor
untuk mengetahui lebih lanjut tentang pilihan vaksin anda.
Pada pria lebih banyak terpapar dengan kuman
S. typhi dibandingkan wanita karena aktivitas di luar rumah lebih banyak. Semua
kelompok umur dapat tertular penyakit tifoid, tetapi yang banyak adalah
golongan umur dewasa tua. Angka kejadian demam tifoid tidak dipengaruhi musim,
tetapi pada daerah-daerah yang terjadi endemik demam tifoid, angka kejadian
meningkat pada bulan-bulan tertentu. Di Indonesia, angka kejadian demam tifoid
meningkat pada musim kemarau panjang atau awal musim hujan. Hal ini banyak
dihubungkan dengan meningkatnya populasi lalat pada musim tersebut dan
penyediaan air bersih yang kurang memuaskan.
Demam tifoid masih merupakan masalah besar di
Indonesia. Penyakit ini di Indonesia bersifat sporadik endemik dan timbul
sepanjang tahun. Kasus demam tifoid di Indonesia, masih cukup tinggi berkisar
antara 354-810 / 100.000 penduduk pertahun. Di Palembang dari penelitian
retrospektif selama periode 5 tahun ( 1990-1994) didapatkan sebanyak 83 kasus (
21,5 %) penderita demam tifoid dengan hasil biakan darah salmonella positif
dari penderita yang dirawat dengan klinis demam tifoid. Demam tifoid adalah
penyakit yang umum di Indonesia.
Referensi
- www.medscape.com
- www.emedicine.com
- www.merck.com
- Ranjan
L.Fernando et al. Tropical Infectious Diseases Epidemiology,
Investigation, Diagnosis and Management, London, 2001;45:270-272
- Braunwald.
Harrison’s Principles of Internal Medicine. 16th Edition, New York, 2005.
Comments