PERSILANGAN TEBU
Kegiatan
persilangan tebu secara umum dibagi menjadi tiga bagian antara lain :
1.
Kegiatan sebelum persilangan
2.
Kegiatan persilangan
3.
Kegiatan setelah persilangan
1.
KEGIATAN SEBELUM PERSILANGAN
Kegiatan sebelum
persilangan meliputi persiapan tetua, pengamatan primoridia bunga, pencangkokan, opname bunga, pemeriksaan
polen, dan emaskulasi.
1.1. Persiapan Tetua
Untuk persiapan tetua ini,
harus mempunyai kategori tertentu yang mampu beradaptasi, lokal, universal dan
mempunyai sifat-sifat kusus, seperti ketahanan hama penyakit, diameter besar,
rendemen tinggi dll. Karena hal ini merupakan bagian penting dalam pemuliaan
untuk mendapatkan keturunan yang baik, dengan pertimbangan antara lain :
- Klon mana yang seharusnya ditanam dikoleksi tetua.
- Klon mana yang seharusnya dipilih sebagai tetua
betina dan tetua jantan
1.2. Pengamatan
Primoridia Bunga.
Pengamatan primoridia bunga
dilakukan pada klon-klon yang akan disilangkan, tujuan dari pengamatan
primoridia bunga adalah untuk mempersiapkan cangkok, agar tidak terlambat. Status primadia ada dua jenis yaitu:
Primoridia awal dan Bunting.
Tanda-tanda primoridia awal,
terjadi pemanjangan ruas bagian ujung, untuk lebih jelasnya potong dibagian
bawah cincin batang pelepah paling ujung, kemudian belah pada bagian ruas yang
memanjang dan disitulah terlihat bakal bunga (primoridia). Jika sudah terlihat
tanda-tanda seperti diatas maka klon tersebut siap dicangkok.
Sebagai kelanjutan
primoridia awal adalah fase bunting, yang dibagi menjadi dua bagian, bunting
muda dan bunting tua. Fase bunting muda ditandai dengan keluarnya daun bendera,
tetapi pelepah daun bendera tersebut belum memanjang. Pada fase bunting muda
ini tebu paling ideal untuk dicangkok. Fase bunting tua ditandai dengan telah
memanjangnya daun bendera dan pelepah kelihatan mengembung. Pada fase ini tebu
telah terlambat dicangkok karena tidak cukup waktu berkembangnya akar pada
pencangkokan untuk dapat menyerap unsur hara guna memenuhi nutrisi bila
cangkokan dipotong.
1.3. Pencangkokan
Tujuan dari pencangkokan
adalah untuk mempersiapkan batang tebu agar tetap dapat mempertahankan
kesegarannya setelah dilakukan pemotongan pada masa persilangan. Pencangkokan
tebu dilakukan setelah diketahui batang tebu dalam fase premordia awal.
Alat yang diperlukan :
cangkul, ember, plastik gelap uk 50x50x 0,02 cm, gayung, tali rafia, tanah top
soil yang sudah diaduk dengan air. Setelah klon yang keluar primoridianya
ditandai dengan tali rafia maka siap dilakukan pencangkokan .
Cara melakukan pencangkokan
:
- Tentukan batang tebu yang siap dicangkok.
- Lilitkan selembar plastik ukuran 50x50x0.02 cm,
sebanyak dua lilitan pada ruas yang telah
ditentukan (dua ruas) ikat dengan tali rafia pada bagian bawahnya .
- Setelah tanah siap (sudah jadi adonan) masukkan
kedalam lilitan plastik tersebut sampai penuh dan kemudian diikat pada
bagian atasnya. Setelah cangkok berumur tiga minggu sistem perakaran sudah
berkembang baik. Adapun kriteria cangkokan yang siap dipotong yaitu bila
bunga pada batang telah mulai keluar. Cangkokan dipotong dengan sabit yang
tajam untuk mengurangi guncangan pada bunga yang dapat menyebabkan tangkai
patah, atau bunga rusak.
- Pencangkokan dilakukan pada bagian batang yang muda
dengan tujuan untuk mempercepat pertumbuhan akar pada cangkokan.
Setelah batang
tebu dipotong kemudian dibawa ke bangsal penerimaan untuk diberi label dan
dipelihara sampai siap untuk dikawinkan. Pada saat diterima dibangsal daun tebu
dibuang dan disisakan 3-2 helai saja dan setiap hari disiram pagi dan sore.
Opname Bunga (Pengamatan bunga siap kawin).
Opname dilakukan untuk menentukan
semua klon yang sudah siap kawin, dilakukan setiap pagi selama pelaksanaan
persilangan. Adapun kriteria opname bunga sebagai berikut:
M (mulai) : bunga mulai antesis
.
¼ : ¼ bunga telah antesis.
½ : ½ bagian bunga telah
antesis.
Dari seluruh
opname itu semua dicatat jumlahnya untuk program persilangan selanjutnya. Bunga
yang sudah diperiksa polennya dan sudah diketahui masuk kriteria jantan atau
betina, didaftar untuk dipasangkan pada hari opname. Untuk bunga betina,
kriteria yang dipakai adalah bunga yang masih fase M dan ¼, untuk bunga jantan yang
dipakai adalah bunga fase ¼ dan ½.
1.5. Pemeriksaan Polen
Pemeriksaan polen/kelamin bertujuan untuk melihat
viabilitas tiap klon yang siap kawin atau untuk menentukan mana yang sebagai
tetua jantan atau tetua betina. Adapun alat dan bahan yang digunakan adalah :
Mikroskup, Cahaya lampu TL, pisau skalpel kaca obyek, kaca penutup, hand
counter, kalium iodida (KI), tepung polen.
Cara pengamatan
polen, berdasarkan opname hari sebelumnya, klon tebu yang belum di periksa
kelaminnya, polen dikumpulkan untuk di uji. Adapun metode pengamatannya sebagai
berikut :
- Siapkan bunga tebu, yang diambil pada pagi hari
sebelum matahari terbit.
- Jemur di atas map plastik sampai kotak sari pecah
sehingga polen rontok, dan mudah dikumpulkan dan diuji (polen berwarna
kuning).
- Hasil polen letakkan diatas kaca objek, kemudian
ditetesi Kalium iodida (KI) + 2 tetes, setelah itu tutup
dengan kaca penutup, kemudian diperiksa dibawah mikroskop. Jika terlihat
bulatan-bulatan berwarna gelap dianggap jantan, dan bulatan berwarna
terang dianggap sebagai betina.
- Kemudian dihitung persentasenya, jika klon dengan
persentase polen lebih besar dari 40% dimasukkan dalam kelompok jantan,
jika persen polen viabel kurang
dari 40% digunakan sebagai betina .
Pada jenis tebu
yang kotak sarinya tidak mau pecah walaupun dijemur/kena sinar matahari, kotak
sari tersebut dikumpulkan dan dicacah halus dengan pisau skalpel kemudian
tetesi dengan Kalium iodida (KI) dan diamati seperti tersebut diatas.
Secara umum klon
tebu yang memiliki kotak sari tidak mau pecah termasuk jenis betina.
1.6.
Emaskulasi
Tujuan dari
emaskulasi adalah agar betina mandul sehingga tidak dapat menyerbuk sendiri.
Emaskulasi ini hanya dipergunakan pada persilangan-persilangan bangsal. Cara
emaskulasi sebagai berikut :
- Siapkan tetua betina yang bunganya keluar sampai
lebih dari ½ helai.
- Bunga yang telah anthesis (membuka),
dipotong/dibuang.
- Rendam dalam alkohol (etanol) 63% selama 9 menit
seluruh bagian bunga terendam
- Setelah 9 menit diangkat dan dicuci dengan air yang
mengalir dalam bak selama 5 menit kemudian tiriskan sampai bunga kering,
setelah itu bunga betina yang selesai diemaskulasi siap disilangkan.
2. KEGIATAN PERSILANGAN
Setelah persiapan persilangan selesai, kemudian dilakukan
penyilangan. Persilangan berdasarkan tempat dilakukan persilangan, dibedakan
menjadi dua yaitu : Persilangan kebun dan persilangan bangsal.
2.1.
Persilangan kebun
Metode
persilangan kebun juga disebut persilangan Jawa, karena pertama kali dilakukan
di jawa. Disebut persilangan kebun karena tetua betina berada dikebun, tidak
berada dibangsal perkawinan .
Cara melakukan persilangan kebun.
Alat dan bahan
yang diperlukan adalah :
- Tetua jantan dan betina dari hasil opname pada hari
sebelumnya.
- Ander-ander (tiang penyangga yang panjangnya
melebihi bunga).
- Tugal
- Bumbungan berupa seruas bambu yang dilubangi bagian
atasnya .
- Sabit, Tali rafia
- Kertas label
- Larutan Hawaii
yang dibuat campuran dengan perbandingan 300 ppm SO2,
100 ppm, H3PO4, 75 ppm H2 SO4, 75 ppm HNO3
Setelah semuanya
siap, tetua betina yang digunakan bunga pada fase mulai atau 1/4 bagian telah
antesis.
- Pasang ander-ander dekat dengan tetua betina, dengan
cara membuat lubang pada tanah dengan tugal yang berdiameter + 13
cm sedalam 30 cm .
- setelah siap, ambil bunga jantan dengan cara
memotong batang tebu dengan sabit yang tajam untuk menghindari guncangan
pada bunga
- Batang tebu (bunga jantan) dimasukkan pada bumbungan
yang telah diisi dengan larutan Hawaii yang berfungsi untuk menjaga
kesegaran bunga dalam beberapa hari .
- Setelah itu kegiatan persilangan siap dilakukan
dengan menempatkan bunga jantan sedemikian rupa sehingga bunga jantan
lebih tinggi sedikit dari pada bunga betina. Untuk satu kombinasi
persilangan kebun dibutuhkan dua jantan sehingga cara meletakkan posisinya
mengapit bunga betina, bertujuan agar penyebaran polen merata.
- Selanjutnya bunga betina dan jantan diikatkan pada
tiang (ander-ander).
·
Pada saat pemasangan pejantan, label diikatkan pada
batang tetua, baik pada bunga jantan maupun betina, label untuk bunga betina
berukuran lebih besar berjumlah dua buah yang telah dilapisi parafin untuk
melindungi serangan dari siput yang dipasang di dekat bunga dan pada batang
tebu. Label tetua jantan berukuran lebih kecil dan hanya satu yang dipasang
pada batang tebu. Label tetua jantan akan diganti bila ada pergantian bunga
jantan dengan label yang baru.
·
persilangan diamati setiap hari, terutama bunga
jantannya, apakah perlu diganti atau tidak
sampai saat pengerodongan tiba, pengerodongan dilakukan setelah bunga
klaar (selesai kawin) 3-4 minggu
masing-masing tergantung varietasnya
·
Setelah persilangan selesai (klaar) dilakukan pemanenan
bunga, tanda-tanda bunga siap dipanen (bila 90%) atau lebih biji telah masak
yang ditandai dengan rontoknya fuzz atau paling lambat 35 hari setelah
polinasi.
2.2. Persilangan bangsal
Persilangan bangsal dibagi
menjadi dua yaitu persilangan biparental, dan persilangan melting pot (polycross)
2.2.1. Persilangan Biparental
Persilangan biparental bangsal bisa
dimulai dari pengambilan bunga cangkokan (baik jantan atau betina) dari kebun
dengan cara memotong bagian bawah cangkokan dengan sabit yang tajam untuk
menghindari kerusakan bunga. Kemudian cangkokan tersebut ditempatkan dibangsal
penerimaan, sebelum disilangkan bunga betina diemaskulasi (adapun cara kerja
emaskulasi sudah diterangkan sebelumnya).
Setelah siap semuanya dilakukan
persilangan seperti halnya dikebun, betina yang diemaskulasi, dipasangkan (dua
jantan satu betina) dengan posisi mengapit dan diatur sedemikian rupa sehingga
jantan lebih tinggi dari betinanya. Kemudian diberi label sesuai dengan
varietas yang disilangkan. Setelah bunganya terpasang, dilakukan pengrodongan
dengan tujuan agar tidak terkontaminasi dengan polen asing.
Kemudian diamati tiap hari jika
diperlukan bunga jantan diganti mengingat periode antesis setiap varietas
berlainan, selain itu juga dilakukan penyiraman. Setelah bunga kelaar 35 hari
(4-5 minggu) dilakukan pemanenan seperti halnya persilangan kebun.
2.2.2. Persilangan Melting Pot (polycross)
Adalah
persilangan polly cross dimana sebagian besar malai, baik yang
tergolong jantan atau betina dikumpulkan dalam satu isolasi untuk
disaling-silangkan. Persilangan melting pot ada dua Melting pot cangkokan dan
Melting pot larutan.
v Melting pot
cangkokan, dalam sistem ini diperlukan cangkokan bunga jantan dan betina
sebanyaknya. Cangkokan tersebut setelah siap kawin diambil dengan cara memotong
dengan sabit yang tajam untuk menghindari kerusakan bunga, setelah itu
ditempatkan dibangsal penerimaan dan diberi label yang terdiri dari nama
persilangan, nomor kombinasi, nama tetua dan tanggal pemasangan. Kemudian
dipindah di rak melting pot secara acak dan bunga dibiarkan menyerbuk silang
dengan bebas dan dilakukan pemindahan tempat setiap dua hari sekali sampai
proses perkawinan selesai. Setelah
penyerbukan klaar (4-5 minggu) dipindahkan untuk pemasakan biji dan
pengerodongan. Untuk sistem melting pot ini tidak memerlukan pergantian jantan.
v Melting pot larutan
Persilangan
ini masih dalam taraf uji coba sehingga pelaksanaannya masih jauh dari
sempurna. Alat dan bahan yang diperlukan adalah : ember delapan buah, selang
(pipa plastik) ukuran ¼ dm, pompa
aquarium, plastik ukuran 50x50cm sebanyak 7 lembar, batu bata, dan larutan
hawai secukupnya. Pemasangan alat menggunakan sistem aliran gravitasi, sehingga
pemasangan ember berjenjang dan dihubungkan dengan pipa plastik. Ember dipakai
untuk menempatkan batang tebu sebanyak enam buah sisanya sebagai tempat pompa
dam penampungan. Setelah alat siap untuk digunakan, larutan dimasukkan kedalam
ember dan ditunggu beberapa saat sampai aliran larutan stabil. Setelah aliran
larutan stabil ember ditutup dengan plastik yang telah disiapkan yang bertujuan
untuk mengurangi penguapan SO2 dan supaya tetap bersih dari kotoran.
Kemudian setiap hari ditambahkan larutan SO2 untuk mempertahankan
konsentrasi SO2 tetap 300 ppm atau setiap hari terjadi penguapan +
1 liter air. Batang tebu betina yang telah siap diberdirikan dalam ember dengan
sistem bulk dan diikat pada tiang-tiang bangsal.
Tetua jantan diperlakukan seperti pada persilangan
kebun dengan memakai bumbungan sebagai tempat larutan. Pejantan disusun
sedemikian rupa disekitar tetua betina sehingga dapat menyerbuk secara merata.
Tiap hari dilakukan pengecekan, pejantan yang polennya habis diganti dengan
yang baru apabila ada betina yang belum selesai anthesis. Jika penyerbukan sudah selesai (klaar) dilakukan
pengerodongan sampai saat panen tiba.
3. KEGIATAN SETELAH PERSILANGAN
Kegiatan umum
setelah persilangan antara lain pengerodongan, panen, penjemuran, defuzzing,
dan penyimpanan.
3.1. Pengerodongan
Tujuan dari pengerodongan adalah
untuk menampung fuzz (biji tebu) yang rontok atau telah masak untuk persilangan
kebun dan menjaga kontaminasi dari polen asing untuk persilangan bangsal,
melting pot dan biparental bangsal. Kain yang digunakan untuk pengerodongan
yaitu kain anti polen (polen proof) berdiameter 50 cm dan panjang 1 m,
adapun bentuk kerodong tercantum pada gambar persilangan .
Pengerodongan dilakukan setelah
terjadi pembuahan pada bunga betina (selesai kawin/klaar) untuk persilangan
kebun dan melting pot, saat pemasangan kombinasi pada biparental bangsal. Cara
pemasangan untuk tiap-tiap persilangan sama kerodong digantung pada ander-ander
atau pada tiang-tiang bangsal (untuk persilangan selain kebun) sedemikian rupa
sehingga bunga dapat masuk kedalam kerodong tanpa menimbulkan kerusakan pada
bunga, kemudian bagian bawah kerodong ditutup dengan mengikat tali bagian bawah
kerodong, sebelumnya label persilangan harus dimasukkan ke dalam kerodong.
Kusus untuk persilangan kebun, bunga jantan yang tidak dipakai dibuang sebelum
pengerodongan.
Adapun waktu pemasangan untuk
tiap-tiap persilangan tidak sama. Persilangan kebun dan melting pot dipasang
setelah selesai kawin dan biparental bangsal dipasang pada saat pemasangan
kombinasi (dari awal persilangan), setelah selesai kawin bunga jantan dibuang.
Setelah pemasangan selesai bunga dibiarkan sampai semua biji masak dan siap
untuk di penen. Untuk persilangan Melting Pot caranya dengan memindahkan bunga
yang telah selesai kawin di rak persilangan ke bangsal persilangan .
3.2. Panen
Kriteria pemanenan biji yang sudah
masak 90% ditandai dengan rontoknya fuzz. Cara melakukan pemanenan dengan
mengambil kerodong tanpa melepas ikatan bawah kerodong sehingga fuzz dan label
masih tetap. Panen kebun dilakukan dengan memotong batang tebu dan mencabut ander-ander
bekas persilangan dan dibawa kembali ke bangsal untuk dikumpulkan.
Untuk pemanenan dibangsal lebih
mudah dengan cara menggunakan galah yang telah dipasang pisau atau sabit yang
tajam untuk memotong tali penggantung sehingga kerodong jatuh dengan
sendirinya, tangkai malai dipotong tepat dibagian bawah kerodong dan batang
tebu yang telah dipanen dikumpulkan dan dibuang. Setelah kerodong berrisi fuzz
(biji tebu) diambil kemudian dijemur sampai benar-benar kering supaya
mempermudah dalam proses defuzzing. Penjemuran dilakukan dengan menggantung
kerodong pada tiang-tiang bangsal + 5-7 hari jika cuaca memungkinkan.
3.3. Defuzzing
Adalah proses perontokan bulu-bulu
yang menempel pada biji. Fuzz yang sudah kering kemudian dipindahkan pada
kantong kertas (amplop) untuk mempermudah proses penyimpanan sementera dan
mempermudah pengambilan biji. Kemudian defuzzing dilakukan dengan memakai
karpet yang tebal dan agak kasar permukaannya yang berfungsi untuk menempelkan bulu-bulu
fuzz.
Fuzz yang telah
kering pada penyimpanan sementara kemudian dituang ke karpet burukuran 50x50cm
kemudian digosok dengan gerak memutar (diuyek, jawa) sampai bulu biji
bersih.
Biji yang telah bersih dimasukkan ke
dalam kantong kertas beserta label untuk disimpan sementara dalam lemari es.
Bila biji akan disimpan dalam waktu yang realtif lebih lama, sebaiknya
disimpan/dimasukkan dalam alluminium foil secara permanen.
Untuk menghindari bulu biji agar
tidak masuk ke saluran pernafasan pekerja harus menggunakan masker pengaman.
Karpet yang dipakai untuk mendefuzzing tidak boleh untuk mendefuzzing biji lain
sebelum dibersihkan dengan vacum cleaner atau dengan cara disapu.
3.4. Penyimpanan biji
Untuk di Sempalwadak, penyimpanan
biji secara permanen dilakukan di kantor P3GI Pasuruan. Benih yang dibawa dari
Sempalwadak Malang, ditimbang dan disisakan 0,25 gr untuk masing-masing
persilangan sebagai bahan pengujian perkecambahan dan bahan seleksi. Benih yang
telah ditimbang kemudian dimasukkan ke dalam kantong alumunium foil kemudian
tutup dengan cara dipress. sebelum dilakukan pengepresan dimasukkan benlate
untuk mencegah serangan cendawan. Kantong alumunium foil dibagi dua, satu
bagian untuk 0,25 gr dan satu bagian lagi untuk sisanya. Setelah diproses
kantong alumunium foil diberi label yang tercantum nama kombinasi dan tahun
persilangan (misal, KB 00-Q 01). Kemudian disimpan dalam freezer dengan
suhu + 10 0C
PERSEMAIAN
Tujuan dari penyemaian adalah
menguji daya kecambah dan untuk melakukan seleksi tahap I dari kombinasi yang
baru selesai dibuat. Benih yang digunakan yang sudah ditimbang 0,25 gr, dengan
kisaran 300-800 biji. Wadah semai berupa nampan plastik ukuran 40x25x7cm, dan
untuk setiap kotak dipisahkan dengan bilahan bambu, sehingga satu nampan untuk
4 kombinasi. Sebelum melakukan penyemaian dilakukan persiapan alat dan
bahan antara lain : tanah, pupuk
kandang, formalin, drum untuk fumigasi, plastik tebal untuk penutup, sekop,
cangkul, ayak halus, nampan plastik berlubang-lubang dan rak untuk
meletakkan nampan semai. Media semai berupa campuran antara tanah
dengan pupuk kandang dengan perbandingan 2:1, diayak terlebih dahulu supaya
mudah diratakan dan tidak mengganggu perkecambahan.
Kemudian disterilisasi menggunakan
formalin dengan dossis 10 ml/kg tanah. Cara sterillisasi dengan memasukkan
campuran tanah dengan pupuk kandang
kedalam drum setengah bagian, kemudian disiram formalin setengah bagian.
Kemudian masukkan isi tanah lagi setengah bagian dan masukkan formalin setengah
bagian. Setelah penuh drum ditutup dengan plastik tebal selama dua hari supaya
formalin dapat bekerja dengan baik. Setelah dua hari drum dibuka dan media
dijemur supaya bau formalin hilang dan
media siap digunakan. Media yang telah siap, kemudian ditempatkan pada nampan
plastik dan dipasang bilahan bambu sebagai pembatas sehingga satu nampan bisa
berisi empat kombinasi. Sebelum biji disebar media disiram terlebih dahulu
secukupnya, kemudian biji di sebar secara merata dan ditutup kembali dengan
tanah supaya biji tidak terbang dan disiram lagi secukupnya, persemaian disiram
sehari dua kali, pagi dan sore.
Untuk mengurangi penguapan rak semai
ditutup dengan plastik dan untuk menghindari serangan semut persemaian ditabur
furadan. Setelah 2-3 hari benih sudah mulai berkecambah gulma yang tumbuh
disiangi sehingga selalu bersih. Pada hari ke 10 atau ke 12 setelah semai,
dihitung jumlah benih yang berkecambah untuk mengetahui persentase kecambah.
Pemupukan dilakukan setelah berumur + 3 minggu dengan pupuk ZA (Amonium
Sulfat) untuk merangsang pertumbuhan vegetatib. Setelah umur 6 minggu bibit
dipindahkan ke polybag, sambil dilakukan seleksi tahap pertama terhadap hasil
persilangan.
KOLEKSI PLASMANUTFAH
Koleksi plasmanutfah yang dikelola
P3GI digunakan sebagai koleksi dan sumber tetua persilangan dibagi menjadi dua
yaitu plasmanutfah koleksi utama yang berada di Pasuruan, dan kebun persilangan
Sempal wadak Malang. Koleksi utama mengelola 5900 klon beserta kerabatnya, cara
pengelolaan tiap klon dipertahankan dilapangan hanya 2 musim yaitu RC untuk
tahun pertama, R1 untuk tahun kedua kemudian diganti dengan RC lagi. Hal
tersebut dilakukan agar tidak terjadi kemunduran genetik pada klon yang
ditanam.
Sistim penanaman dengan
panjang juringan 7m yang dibagi menjadi dua sehingga satu klon menempati 3m
juringan dan satu meter lagi sebagai jalan tengah untuk mempermudah
pengontrolan. Pada musim tanam 1999/2000 hanya menanam 680 klon yang terdiri
atas 229 klon proven dan 451 trial yang ditanam seluas 3 ha dengan kategori RC.
Untuk klon trial ditanam sebanyak satu juringan yang berada diluar areal
sebagai cover, juringan untuk tiap-tiap klon sepanjang 5m dengan tujuan untuk
mempermudah pengelolaan dan pengamatan bunga. Penanaman diurut berdasarkan abjad
dan jenis (misal, PO ditempatkan di blok PO, dan CP ditempatkan di blok CP
dsb). Pengaturan berdasarkan umur berbunga tidak dilakukan karena masing-masing
klon sangat berbeda-beda. Untuk sinkronisasi pembungaan dilakukan dengan
perubahan lingkungan tumbuh misal dengan pemangkasan daun. Tanaman tebu yang
telah selesai dipakai untuk persilangan diserahkan ke PG Kebon Agung untuk
ditebang giling.
Comments