Usaha Pemuliaan Tanaman Tebu (Saccharum officinarum)
I. PENDAHULUAN
Tanaman tebu dapat diperbanyak secara
generatif (biji) dan secara vegetatif
(stek). Pada umumnya orang mengenal bahwa tanaman tebu hanya dapat diperbanyak
secara vegetatif (stek).
Perbanyakan tebu secara generatif (biji)
tujuannya hanya untuk keperluan dalam
seleksi, sehingga nantinya akan diperoleh varietas unggul baru.
Pemuliaan (Breeding) bertujuan untuk
mencari atau menghasilkan varietas baru
dengan jalan menggabungkan Klon satu dengan Klon yang lain, daya gabung ini digunakan
untuk mencirikan sesuatu yang menghasilkan keturunan dengan rata-ratanya yang
lebih baik dari pada tetuanya.
II. PEMULIAAN (BREEDING) TEBU
Pada dasarnya metode pemuliaan berlangsung
melalui beberapa tahap yaitu:
1. Tahap Persilangan
2. Tahap Penyemaian
3. Tahap Transplanting Semai (Tebu Pot)
4. Tahap Seleksi
1. Tahap Persilangan
Biasanya tanaman tebu berbunga pada bulan
April sampai Juni, karena itu pekerjaan persilangan dilakukan pada bulan April
sampai Juni pula. Sebelum melakukan pekerjaan persilangan, terlebih dahulu
harus disiapkan alat dan bahan persilangan.
1.1. Kerangka Lampion dan Kerudung
Kerangka lampion ini dibuat dari kawat
berdiameter 3 mm, dengan tinggi kerangka 105 cm (gb.1), guna dari kerangka ini
untuk melindungi bunga dari terik matahari dan hujan atau untuk mengoptimalkan
proses penyerbukan bunga. Seandainya bunga yang disilangkan tidak dibungkus
dikhawatirkan ada angin kencang benang sari dari bunga jantan jatuh tidak
beraturan, sehingga akan mempengaruhi proses penyerbukan.
Kerangka ini dibungkus kain mori dengan
panjang 135 cm, lebar 90 cm, untuk satu kerudung biasanya 2 potong, potongan
kain dijahit hingga menyerupai sarung, bagian bawah dan atas diberi ikatan tali
(lihat gambar 1).
1.2. Cangkok dan Larutan
Tebu yang dicangkok digunakan untuk tetua
jantan, tanda-tanda tebu siap dicangkok terdapat pemanjangan pada ruas pertama
(lihat gambar 2&3). Pilih batang yang sehat, untuk mendapatkan hasil
cangkokan yang baik diambil 2-3 ruas (30-40 cm dari permukaan tanah), dengan
kata lain buku (ruas) belum ada yang keluar akar.
Mata tunas dihilangkan, dengan tujuan
supaya tidak berkecambah/tumbuh kemudian batang dibalut dengan tanah / rumput
air (ganggang) dan dibungkus plastik, diikat dengan tali rafia. Akar
keluar/tumbuh + 5-7 hari setelah pencangkokan, biasanya pada umur 2-3
minggu cangkokan ini menyusut (ganggang menyusut), namun akar sudah tumbuh
banyak.
Larutan yang digunakan SO2, H3PO4
dan HNO3 dengan konsentrasi sebagai berikut : SO2 = 20
ml, H3PO4 = 15 ml, HNO3 = 3.5 ml ketiga
larutan ini diaduk dan dicampur dalam 100 liter air.
1.3. Persilangan
Persilangan dilakukan pada bulan April
sampai bulan Juni, sebelum melakukan persilangan terlebih dahulu harus
ditentukan bunga jantan dan bunga betina, untuk melihat binga jantan dan betina
dengan menggunakan Mikroskop. Caranya diambil sebagian bunga dari masing-masing
varietas, ambil satu butir (biji) yang bernas dari bunga tersebut, dibelah atau
dipecah kemudian lihat di mikroskop, maka akan terlihat warna dari benang sari,
biasanya warna dari benang sari terlihat coklat atau merah jambu, hijau
kekuningan pertanda (jantan), kuning (betina).
Selain itu dapat berpedoman dengan
syarat-syarat sebagai berikut:
Jantan ;
a.
Kadar gula tinggi
b.
Pertumbuhan tegak lurus
c.
Tahan kering
Betina ;
a.
Jumlah anakan banyak
b.
Tahan hama penyakit terutama penyakit daun
Bunga yang akan disilangkan harus diperhatikan
bunga kelar (mekar), untuk betina bunga kelar 1/4 sampai kelar 1/2, sedang
untuk jantan bunga kelar 1/2 sampai 3/4 dari panjang bunga.
1.3.1. Posisi Bunga
Untuk bunga jantan posisi bunga di atas
bunga betina, tujuannya supaya benang sari dari bunga jantan jatuh pada bunga
betina, sehingga akan terjadi proses penyerbukan dengan sempurna.
1.3.2. Pasang Lampion dan Persilangan
Bunga betina di ambil dari tanaman tebu di areal, pada saat bunga siap
disilangkan, maka pemasangan lampion dilakukan. Lampion diikat pada tiang bambu
setinggi bunga yang akan disilangkan, di sebelah bunga betina yang akan
disilangkan dibuat lubang untuk tiang lampion, kedalaman + 30-40 cm atau
tergantung keadaan dari tiang lampion supaya tidak mudah roboh, bagian atas
lampion diberi tutup Capeng (topi tani) atau bahan lain , asal dapat melindungi
bunga dari hujan atau gangguan lainnya.
Setelah tiang lampion dipasang, bunga betina berada di ruang lampion, maka
diambil bunga jantan yang dicangkok, potong tepat di bawah cangkokan, kemudian
dimasukkan ke dalam larutan yang telah dicampur sebanyak 1 - 1,5 liter/batang
(dan cangkokan posisi terendam air larutan), tempat air larutan bisa
menggunakan kantong plastik volume 2 kg.
Bunga
jantan dimasukkan dalam ruang lampion dan diatur posisinya perlahan-lahan,
batang bunga jantan diikat pada tiang lampion dan posisinya diatas bunga
betina. Apabila stock cangkokan untuk bunga jantan tidak ada, maka dapat
diambil batang tebu lain yang memenuhi syarat diatas, kemudian dipotong
langsung dimasukkan ke dalam air larutan.
1.3.3. Proses Penyerbukan
Sifat tebu umumnya dapat melakukan proses
penyerbukan sendiri yaitu dengan bantuan angin, untuk mengoptimalkan proses
penyerbukan, maka dapat dibantu secara manual. Caranya batang bunga jantan yang
disilangkan digoyang perlahan-lahan, sehingga benag sari dari bunga jantan akan
rontok atau jatuh pada bunga betina sehingga dapat terjadi penyerbukan dengan
sempurna, cara ini bisa dilakukan setiap hari pukul 06.00 sampai pukul 08.00.
Bunga jantan biasanya tidak bisa bertahan
lama, atau selang waktu 3-4 hari bunga akan layu, namun dengan menggunakan
cangkokan ganggang yang direndam air larutan bisa bertahan agak lama 7-10 hari.
Bunga yang layu harus segera diganti, bunga jantan diganti 3-4 kali. Proses
penyerbukan berlangsung selama 14 hari sampai 21 hari atau bisa 10-14 hari bila
keadaan memungkinkan.
1.3.4. Proses Penuaan Biji dan Panen
Persilangan pada umur 14-21 hari, dalam
hal ini proses penyerbukan dihentikan, kerangka lampion dilepas, bunga jantan
dibuang, kemudian bunga betina dibungkus dengan kantong kain yang berukuran
panjang 70 cm dan lebar 45 cm. Pada waktu lampion dibongkar, tiang bambu jangan
dicabut tujuannya untuk mengikat bunga betina dalam kantong tersebut.
Panen dilakukan setelah persilangan
berumur 3-4 minggu setelah tanggal persilangan atau ditandai dengan tangkai
bunga sudah keluar dari pelepah daun. Tangkai bunga dipotong, simpan dalam
gudang + 1 minggu bertujuan untuk dikeringanginkan, setelah itu biji
dipisahkan dari tangkai bunga, untuk menunggu biji siap disebar, maka biji
harus disimpan dalam kulkas (almari es).
1. Rak Pesemaian
2. Kotak Semai
3. Media Tanam (tanah + blotong + pasir)
4. Tutup Rak/Naungan
5. Sebar Biji
2.1. Rak Persemaian
Rak persemaian untuk permanen bisa dibuat
dari plat besi, untuk rak sementara (bongkar pasang) bisa dibuat dari kayu
dengan panjang 450 cm lebar 135 cm atau disesuaikan dengan panjang dan lebar kotak semai,
sehingga kalau mengatur posisi kotak semai bisa tepat, atas rak dibuat segitiga
kemiringan guna untuk naungan pesemain, sehingga kalau ada hujan air bisa
langsung turun. Tinggi rak disesuaikan (50-70 cm).
2.2. Kotak Semai / Nampan Plastik
Kotak semai dapat dibuat dari papan kayu
dengan panjang 60 cm, lebar 40 cm dan tinggi 10 cm atau ada juga nampan kotak
plastik yang siap dipakai dengan ukuran panjang 40 cm, lebar 30 cm, tinggi 10
cm.
|
|||
2.3. Media Tanam
Media untuk penyemaian biji harus
disterilkan, medianya berasal dari tanah liat, pupuk kandang (blotong), pasir
(kalau tanah sudah mengandung pasir maka pasir tidak perlu digunakan), tanah,
pupuk kandang dan pasir diayak, dengan ukuran ayakan 20 mesh ayakan tanah,
pupuk kandang atau pasir dicampur dengan perbandingan 1:1:1 atau 2:1:1.
Steril tanah ada dua macam, yaitu:
a.
Tanah campuran dimasak dalam air panas
b.
Dengan menggunakan Formalin 36-40%
Dalam hal ini steril yang dilakukan dengan
air panas, pelaksanaannya kurang efektif dan efisien, dengan formalin sangat
mudah dilaksanakan, campuran tanah tersebut dimasukkkan ke dalam drum, kemudian
formalin disiramkan merata sebanyak 1200-1600 ml.
Untuk pemberian formalin tidak sekaligus
diberikan, tetapi formalin diberikan secara bertahap, bisa dilakukan 3 tahap
atau 6 tahap (lihat gambar). Setelah drum penuh tanah campuran dan formalin,
kemudian ditutup rapat dengan plastik dan diikat dibiarkan selama 48 jam. Dalam
hal ini drum dan plastik jangan sampai ada lubang (rongga udara), karena akan
terjadi penguapan dan mempengaruhi proses Fumigasi.
Proses Fumigasi berlangsung selama 48 jam,
kemudian tanah dalam drum dikeluarkan dan dijemur. Tanah steril ini dapat
dipakai kalau bau formalin habis (+ 7 hari), setelah bau formalin habis
tanah steril diayak dengan ayakan halus
2.4. Tutup Rak/Naungan
Atap rak pesemain dapat dibuat dari karung
pupuk atau sejenisnya, tujuan naungan ini untuk melindungi biji yang disebar
dari penyinaran matahari langsung (panas) dan Hujan.
2.5. Sebar Biji (Penyemain)
Biji hasil persilangan disebarkan dalam
kotak-kotak persemain, kotak diisi tanah steril, lapisan bawah diisi lapisan
tanah steril kasar (sisa ayakan halus) setebal + 1/4 tinggi kotak,
lapisan atas diisi tanah steril halus, permukaan diratakan, kemudian disiram.
Setelah permukaan tanah rata dan disiram,
kemudian biji disebar rata, tutup dengan tanah steril halus tipis-tipis (biji
sampai tidak kelihatan), siram lagi sampai keadaan lembab. Apabila setelah
disiram biji masih ada yang muncul, maka di tutup lagi dengan tanah halus.
Setelah penyemaian selesai, rak harus
segera ditutup, berikutnya pembukaan naungan dibuka secara bertahap sampai
semai tahan sinar matahari.
Misalnya: Hari pertama dibuka jam 06.30,
setelah siram ditutup + 07.00. Hari kedua dibuka 07.30 ditutup 08.00,
begitu seterusnya.
5.1. Perawatan Semai
Biji yang sudah disemaikan harus disiram
2 kali sehari (pagi dan sore), 3-4 hari setelah biji disemaikan,
biasanya biji sudah tumbuh, maka semai perlu dipupuk guna merangsang
pertumbuhan, pupuk yang diberikan adalah pupuk Za.
Jadwal pemberian pupuk pada pada tanaman semai sebagai berikut :
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Pupuk I II III IV dst
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Umur 5-7
hr 10-14 hr 20 hr 30
hr dst
Konsentrasi 5,5
gr/lt 11 gr/lt 14,6gr/lt 14,6 gr/lt dst
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Biasanya semai dipupuk 2 kali sudah cukup,
apabila pertumbuhan semai kurang baik, maka perlu dilakukan pupuk ketiga.
3. Tahap Transplanting Semai
Semai dalam kotak yang berumur 1-1,5 bulan
yang tumbuh dari biji-biji ini dipindahkan penanamannya dalam pot plastik
(polybag) yang berdiameter 10-12 cm dan tinggi 10 cm.
Polybag diisi campuran tanah liat, pupuk
kandang (blotong), pasir dengan perbandingan 2:1:1 tanpa disterilkan. Untuk
mempermudah pencabutan semai maka semai dalam kotak disiram dulu, cabut
semai-semai tersebut dengan hati-hati: daun dipotong hingga tinggal 1/4 bagian
untuk merangsang pertumbuhan akar baru dan untuk mempermudah penanaman akar
dipotong sedikit. Setiap semai dipotong dalam satu playbag (single Planting),
semai yang sudah ditanam harus segera disiram sampai air merembes ke bawah.
Pemaliharaan semai dalam polybag ini
seperti halnya perawatan semai di kotak, yaitu siram 2 kali sehari, pada umur
1-7 hari, semai dalam playbag ini dipupuk. Pupuk yang digunakan pupuk Za atau
urea, masing-masing playbag diberikan sebanyak 0,3 gr. Caranya Tanah ditugal
(dibuat lubang) jauh dari tanaman, pupuk dimasukkan dan ditutup, kemudian di
siram. Untuk pemupukan berikutnya umur 15-20 hari, biasanya daun sudah normal
pertumbuhannya, sehingga sulit untuk melakukan pemupukan secara tugal. Oleh
karena itu pupuk yang diberikan adalah pupuk cair dengan konsentrasi 14,6 gr/lt
(pupuk Za), kalau menggunakan pupuk urea konsentrasi dikurangi hingga 10 gr/lt.
4. Tahap Seleksi
4.1. Seleksi pertama
Dilakukan pada semai berumur 6 bulan,
titik berat seleksi ini ditekankan pada
habitus tanaman, faktor jumlah batang, serta nilai brix pada setiap rumpun,
nilai brix ditentukan dengan Hand Faktometer. Semai-semai yang terpilih diberi
kode menurut tahun persilangannya ditambah nomor urut. Kemudian diperbanyak
secara vegetatif, sehingga dari satu rumpun dijadikan 10 rumpun (panjang jaring
5 meter).
4.2. Seleksi Kedua
Semai hasil dari seleksi pertama yang
diperbanyak secara vegetatif, pada umur
6-7 bulan dilakukan seleksi kedua, titik berat seleksi ini dilakukan pada
habitus, faktor jumlah batang serta nilai Brix.
4.3. Seleksi Ketiga
Semai yang terpilih dari seleksi kedua,
kemudian ditanam dalam percobaan dengan
rancangan acak kelompok dengan tiga ulangan dibandingkan dengan varietas uji.
Seleksi dilakukan pada tanaman berumur 6-7 bulan, titik berat seleksi masih
ditekankan pada habitus, jumlah batas dan nilai Brix. Dengan adanya ulangan
akan lebih dapat diandalkan dari pada seleksi kedua.
4.4. Seleksi Keempat
Semai yang terpilih dari seleksi tiga, selanjutnya diuji lagi dalam
percobaan rancangan acak kelompok dengan tiga kali ulangan dibandingkan dengan
varietas uji. Seleksi ini dilakukan pada umur satu tahun, titik berat seleksi
ditekankan pada angka hasil hablur gula.
Setelah lulus seleksi semai-semai yang
terpilih dari seleksi keempat, selanjutnya diuji ketahananya terhadap penyakit.
Semai-semai yang lulus dari pengujian penyakit, dilanjutkan pengujiannya dalam
percobaan multi lokasi, tujuannya untuk
mendapatkan varietas yang cocok dengan lokasi pada suatu daerah.
Untuk lahan kering percobaan multi lokasi
diselenggarakan selama tiga tahun, diadakan percobaan dengan rancangan acak
kelompok dengan tiga ulangan, titik berat seleksi ini ditekankan pada angka
hasil atau pada gula/hablur, pada tanaman tebangan pertama, kedua dan ketiga
(keprasan).
Setelah selesai tahap pengujian multi
lokasi ini, pada mumnya hanya terpilih satu sampai empat varietas. Varietas
terpilih ini yang akan dikembangkan sebagai varietas unggul baru.
III. PENUTUP
Buku ini disusun berdasarkan pengalaman di
lapangan, dan sedikit ditunjang dari buku-buku masalah pemuliaan, penyusun
berharap semoga buku ini dapat membantu atau dapat mempermudah pembaca untuk
melakukan persilangan sendiri.
Memang buku masalah pemuliaan tebu sulit
didapat, karena masalah pemuliaan tebu masih langka. Orang banyak berkata tidak
mungkin tebu dapat dikawinkan.... ?.
Buku ini masih jauh dari kesempurnaan,
baik kata-kata yang disajikan atau pengalaman dari penyusun buku ini. Oleh
karena itu penyusun berharap saran dan kritik dari pembaca guna perbaikan buku
ini.
Comments