Berbagai
masalah Dalam Puasa
1.
Dari Abu Hurairah r.a. dari Nabi s.a.w., sabdanya: "Apabila seseorang di
antara engkau semua lupa - bahwa ia berpuasa, ialu ia makan atau minum, maka
hendaklah ia menyempurnakan puasanya - yakni hal itu tidak membatalkan
puasanya, karena sesungguhnya Allah itulah yang memberinya makan dan pula
minumnya." (Muttafaq 'alaih)
2.
Dari Laqith bin Shabirah r.a., katanya: "Saya berkata: "Ya
Rasulullah, beritahukanlah padaku perihal berwudhu'." Beliau S.a.w.
bersabda: "Sempurnakanlah wudhu' itu, sela-selailah dengan air antara
jari-jari, persangatkanlah menghirup air dalam hidung, melainkan jikalau engkau
dalam keadaan berpuasa."Diriwayatkan oleh Imam-imam Abu Dawud dan Termidzi
dan Termidzi mengatakan bahwa ini adalah Hadis hasan shahih.
3. Dari Aisyah radhiallahu 'anha, katanya: "Rasulullah s.a.w.
dicapai oleh fajar - yakni didahului oleh menyingsingnya fajar, sedang beliau
s.a.w. dalam keadaan berjanabat karena berkumpul dengan isterinya, lalu beliau
s.a.w. mandi dan terus berpuasa." (Muttafaq 'alaih)
4. Dari Aisyah dan Ummu Salamah radhiallahu 'anhuma berkata:
"Rasulullah s.a.w. berpagi-pagi dalam keadaan berjanabat, bukannya karena
bermimpi - maksudnya karena berkumpul dengan isterinya, kemudian beliau
berpuasa." (Muttafaq 'alaih)
Keutamaan
Berpuasa Dalam Bulan Muharram, Sya'ban Dan Bulan-bulan Yang Mulia — Asyhurul
Hurum
1.
Dari Abu Hurairah r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda:
"Seutama-utama berpuasa sesudah bulan Ramadhan ialah dalam
bulan Allah yang dimuliakan - yakni Muharram - dan seutama-utama shalat sesudah
shalat wajib ialah shaliatullail - yakni shalat sunnah di waktu malam."
(Riwayat Muslim)
2. Dari Aisyah radhiallahu 'anha, katanya: "Tidak pernah Nabi
s.a.w. itu berpuasa dari sesuatu bulan lebih banyak daripada Sya'ban, karena
beliau s.a.w. itu berpuasa dalam bulan Sya'ban itu seluruhnya."
"Dalam suatu riwayat disebutkan:
"Beliau
s.a.w. itu berpuasa dalam bulan Sya'ban, melainkan sedikit sekali yang tidak -
yakni sebagian besar dalam bulan ini dipuasai." (Muttafaq 'alaih)
3. Dari Mujibah al-Bahiliyah dari ayahnya atau dari paman-nya -
yakni saudara lelaki dari ayahnya, bahwasanya ia - ayah atau pamannya itu -
mendatangi Rasulullah s.a.w. kemudian pergi lagi. Selanjutnya ia mendatangi
Rasulullah s.a.w. lagi sesudah setahun, tetapi hal-ihwal serta keadaan tubuhnya
telah berubah. la lalu berkata: "Ya Rasulullah, apakah Tuan tidak mengenal
lagi kepada saya?" Beliau s.a.w. bertanya: "Siapakah engkau?" la
menjawab: "Saya adalah al-Bahili yang datang pada Tuan tahun yang
lalu." Beliau s.a.w. lalu bersabda: "Apakah yang menyebabkan
perubahan dirimu, padahal engkau dahulu baik sekali keadaan tubuhmu?" la
menjawab: "Saya tidak pernah makan sesuatu makanan sejak saya berpisah
dengan Tuan dahulu, melainkan di waktu malam. Rasulullah s.a.w. lalu bersabda:
"Kalau begitu, engkau telah menyiksa dirimu sendiri," kemudian beliau
s.a.w. melanjutkan sabdanya: "Berpuasalah dalam bulan Shabar - yakni bulan
Ramadhan - dan sehari saja dalam setiap bulan lainnya." la berkata:
"Tambahkanlah itu untuk saya, sebab sesungguhnya saya masih ada kekuatan
lebih dari itu." Beliau s.a.w. bersabda: "Berpuasalah dua hari."
la berkata: "Tambahkanlah!" Beliau s.a.w. bersabda: "Berpuasalah
tiga hari." la berkata: "Tambahkanlah!" Beliau s.a.w. bersabda:
"Berpuasalah bulan-bulan mulia - yaitu Rajab, Zulqa'dah, Zulhijjah dan
Muharram - dan tinggalkanlah, berpuasalah dari bulan-bulan mulia dan
tinggalkanlah, berpuasalah dari bulan-bulan mulia dan tinggalkanlah."
Beliau s.a.w. bersabda demikian dengan menunjukkan tiga buah jari-jarinya lalu
mengumpulkannya dan kemudian membukanya - maksudnya tiga hari puasa lalu tiga
hari tidak dan demikian seterusnya. (Riwayat Abu Dawud)
Syahrush shabri atau bulan Shabar yakni bulan
Ramadhan.
Keutamaan Berpuasa Dan Lain-lain
Dalam Hari-hari Sepuluh Pertama Dari Bulan Zulhijjah
1.
Dari Ibnu Abbas radhiallahu 'anhuma, katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda:
"Tidak ada hari-hari yang mengerjakan amalan shalih pada
hari-hari itu yang lebih dicintai oleh Allah daripada hari-hari ini,"
yakni hari-hari sepuiuh - yang pertama dari Zulhijjah. Para sahabat berkata:
"Ya Rasulullah, apakah juga tidak lebih dicintai oleh Allah guna
mengerjakan jihad fi-sabilillah?" maksudnya: Untuk mengerjakan jihad,
apakah tidak lebih dicintai oleh Allah kalau dilakukan dalam hari-hari selain
hari-hari pertama dari bulan Zulhijjah itu.
Beliau
s.a.w. menjawab: "Tidak lebih dicintai oleh Allah pada hari-hari selain
hari-hari sepuluh itu untuk berjihad fi-sabilillah, kecuali seseorang yang
keluar dengan dirinya dan hartanya, kemudian tidak kembali dengan membawa
sesuatu apapun dari yang tersebut - yakni setelah berjihad lalu mati syahid.
(Riwayat Bukhari)
Keutamaan Berpuasa Pada Hari Arafah,
'Asyura Dan Tasu'a
1. Dari Abu Qatadah r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. ditanya
perihal berpuasa pada hari Arafah - yaitu tanggal 9 Zulhijjah. Beliau s.a.w.
lalu bersabda: "Puasa pada hari itu dapat menutupi dosa pada tahun yang
lampau serta tahun yang akan datang." (Riwayat Muslim)
2. Dari Ibnu Abbas radhiallahu 'anhuma bahwasanya Rasulullah
s.a.w. berpuasa pada hari 'Asyura - yaitu tanggal 10 bulan Muharram - dan
memerintahkan - ummatnya - untuk berpuasa pada hari itu pula. (Muttafaq 'alaih)
3. Dari Abu Qatadah r.a. bahwasanya Rasulullah s.a.w. ditanya
perihal berpuasa pada hari 'Asyura - tanggal 10 Muharram, Beliau s.a.w. lalu
bersabda: "Puasa pada hari itu dapat menutupi dosa tahun yang
lampau." (Riwayat Muslim)
4.
Dari Ibnu Abbas radhiallahu 'anhuma, katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda:
"Niscayalah jikalau saya masih tetap hidup sampai tahun muka,
tentulah saya akan berpuasa pada hari kesembilan - bulan Muharram yakni
Tasu'a." (Riwayat Muslim)
Sunnahnya Berpuasa Enam Hari Dari Bulan
Syawwal
1. Dari Abu Ayyub r.a. bahwasanya Rasulullah s.a.w. bersabda:
"Barangsiapa
berpuasa dalam bulan Ramadhan kemudian mengikutinya dengan enam hari dari bulan
Syawwal, maka ia adalah seperti berpuasa setahun penuh."* (Riwayat Muslim)
Enam
hari bulan Syawwal itu boleh di permulaan bulan yakni tanggal 2 sampai dengan 7
Syawwal dan boleh pula di pertengahan atau di akhir bulan. Jadi asalkan bulan
Syawwal boleh. Boleh puia dipersambungkan atau dipisah-pisahkan, seperti
dilakukan tanggal 2, 5, 10, 20, 26 dan 28 Syawwal. Tetapi tanggal 1 Syawwal
jangan digunakan berpuasa, sebab idul-fitri dan haram berpuasa di dalamnya.
Sunnahnya Berpuasa Pada Hari Senin Dan
Kamis
1.
Dari Abu Qatadah r.a. bahwasanya Rasulullah s.a.w. ditanya perihal berpuasa
pada hari Senin, lalu beliau s.a.w. bersabda:
"Itu
adalah hari yang saya dilahirkan di dalamnya dan hari yang saya diangkat
sebagai Rasul atau hari yang pada saya diturunkan al-Quran." (Riwayat
Muslim)
2.
Dari Abu Hurairah r.a. dari Rasulullah s.a.w. katanya: "Ditunjukkanlah
amalan-amalan itu - oleh para malaikat kepada Allah Ta'ala - pada hari Senin
dan Kemis, maka saya senang jikalau amalanku itu ditunjukkan, sedang saya dalam
keadaan berpuasa." Diriwayatkan oleh Imam Termidzi dan ia mengatakan bahwa
ini adalah Hadis hasan, Hadis ini diriwayatkan pula oleh Imam Muslim, tanpa
menyebutkan berpuasa
3. Dari Aisyah radhiallahu 'anha, katanya: "Rasulullah s.a.w.
berusaha keras untuk berpuasa pada hari Senin dan Kemis - karena besarnya
keutamaan yang terdapat di dalamnya." Diriwayatkan oleh Imam Termidzi dan
ia mengatakan bahwa ini adalah Hadis hasan.
Sunnahnya Berpuasa Tiga Hari Dalam
Setiap Bulan
Yang lebih utama sekali ialah berpuasa tiga hari itu dijatuhkan
dalam hari-hari bidh - yang artinya putih - yakni pada tanggal tigabelas,
empatbelas dan limabelas. Ada yang mengatakan yaitu tanggal duabelas, tigabelas
dan empatbelas, tetapi yang shahih dan masyhur ialah pendapat yang pertama.
1. Dari Abu Hurairah r.a., katanya: "Saya diwasiati oleh
kekasihku - yakni Nabi Muhammad s.a.w. dengan tiga macam perkara, yaitu
berpuasa tiga hari dari setiap bulan, melakukan dua rakaat shalat sunnah Dhuha
dan supaya saya bersembahyang witir sebelum saya tidur." (Muttafaq 'alaih)
2. Dari Abuddarda' r.a., katanya: "Saya diwasiati oleh
kekasihku-yakni Nabi Muhammad s.a.w. dengan tiga macam perkara. Saya samasekali
tidak akan meninggalkannya selama saya hidup, yaitu berpuasa tiga hari dari
tiap-tiap bulan, melakukan shalat sunnah Dhuha dan supaya saya tidak tidur dulu
sebelum saya bersembahyang witir." (Riwayat" Muslim)
3. Dari Abdullah bin 'Amr bin al-'Ash radhiallahu 'anhuma,
katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda:
"Berpuasa tiga hari dari tiap-tiap bulan adalah sama dengan
berpuasa setahun penuh." (Muttafaq 'alaih)
4. Dari Mu'adzah a!-'Adawiyah, bahwasanya ia bertanya kepada
Aisyah radhiallahu 'anha: "Apakah Rasulullah s.a.w. itu berpuasa sebanyak
tiga hari dari setiap bulan?" Aisyah radhiallahu anha menjawab:
"Ya." Saya - Mu'adzah - bertanya: "Dari bulan apa saja beliau
s.a.w. berpuasa?" Aisyah menjawab: "Beliau tidak memperdulikan dari
bulan manakah beliau berpuasa itu." (Riwayat Muslim)
5. Dari Abu Zar r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda;
"Jikalau engkau berpuasa tiga hari dari sesuatu bulan, maka
berpuasalah pada tanggal tiga belas, empat belas dan lima belas."
Diriwayatkan oleh Imam Termidzi dan ia mengatakan bahwa ini adalah
Hadis hasan.
6. Dari Qatadah bin Milhan r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w.
memerintahkan kepada kita untuk berpuasa dalam hari-hari bidh-yang artinya
putih, yaitu pada tanggal tigabelas, empatbelas dan limabelas." (Riwayat
Abu Dawud)
7. Dari Ibnu Abbas radhiallahu 'anhuma: "Rasulullah s.a.w.
itu tidak berbuka - yakni berpuasa - pada hari-hari bidh - yang artinya putih,
baik beliau s.a.w. berada di rumah ataupun di dalam perjalanan."
Diriwayatkan oleh Imam
Nasa'i dengan isnad yang baik.
Sumber
: Riyadhus Shalihin, Bab Berbagai
masalah Dalam Puasa
No comments:
Post a comment