Menjaga Rahasia
Allah
Ta'ala berfirman:
Dan penuhilah janji, karena sesungguhnya janji
itu akan ditanyakan." (al-lsra':
34)
1.
Dari Abu Said al-Khudri r.a,, katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda:
"Sesungguhnya
seburuk-buruknya manusia di sisi Allah dalam hal kedudukannya pada hari kiamat
ialah seseorang lelaki yang menyetubuhi isterinya dan isterinya itupun
menyet'ubuhinya, kemudian menyiar-nyiarkan rahasia isterinya itu,"
misalnya mengatakan pada orang lain perihal cara bersetubuhnya atau apa-apa yang
dilakukan sebelum itu dan lain-lain. Hal ini termasuk dosa besar. (Riwayat
Muslim)
2.
Dari Abdullah bin Umar radhiallahu 'anhuma bahwasanya Umar r.a. pada suatu
ketika puterinya itu menjadi janda yakni Hafshah.
Umar
berkata: "Saya bertemu Usman bin Affan, kemudian saya menawarkan padanya
akan Hafshah, lalu saya berkata: "Jikalau anda suka, akan saya kawinkan
anda dengan Hafshah binti Umar." Usman menjawab: "Akan saya fikirkan
dulu persoalanku ini," – yakni suka mengawini atau tidaknya. Saya berdiam
diri beberapa malam -maksudnya menantikan sampai beberapa hari, kemudian ia
menemui saya lalu berkata: "Kini telah jelas dalam pendirian saya bahwa
saya tidak akan kawin pada hariku ini." Selanjutnya saya bertemu dengan
Abu Bakar as-Shiddiq r.a. lalu saya berkata: "Jikalau anda suka, saya akan
mengawinkan anda dengan Hafshah binti Umar. Abu Bakar r.a. diam saja dan
seterusnya ia tidak kembali padaku samasekali - yakni tidak memberikan jawaban
apa-apa perihal ya atau tidaknya. Oleh sebab tidak menerima jawaban itu, maka
saya lebih sangat marahnya kepada Abu Bakar daripada terhadap Usman.
Selanjutnya saya berdiam diri beberapa malam, kemudian dipinangoleh Nabi s.a.w.
lalu saya mengawinkan Hafshah itu kepada beliau s.a.w. Setelah itu Abu Bakar
menemui saya, kemudian iapun berkatalah: "Barangkali anda marah kepada
saya ketika anda menawarkan Hafshah pada saya itu, tetapi saya tidak memberikan
jawaban apapun pada anda?" Saya berkata: "Ya." Abu Bakar lalu
berkata lagi: "Sebenarnya saja tidak ada yang menghalang-halangi saya
untuk kembali – memberikan jawaban - kepada anda itu perihal apa yang anda
tawarkan pada saya, hanya saja karena saya telah mengerti bahwa Nabi s.a.w.
pernah menyebut-nyebutkan Hafshah tadi –maksudnya beliau s.a.w. ada keinginan
akan mengawininya. Maka oleh sebab itu saya tidak akan menyiar-nyiarkan rahasia
Rasulullah s.a.w. itu. Andaikata beliau s.a.w. meninggalkannya - yakni tidak
ada keinginan mengawininya, niscayalah saya menerimanya -yakni suka
mengawininya. (Riwayat Bukhari)
3.
Dari Aisyah radhiallahu 'anha, katanya: "Kita semua para isteri Nabi
s.a.w. sedang berada di sisi beliau s.a.w. itu. Kemudian menghadaplah puterinya
yakni Fathimah radhiallahu 'anha dengan berjalan dan jalannya itu tidak ada
salahnya samasekali – yakni sama persis - dari jalannya Rasulullah s.a.w.
Ketika beliau s.a.w. melihatnya, beliaupun menyambutnya dengan baik dan
bersabda: "Marhaban hai puteriku." Fathimah disuruhnya duduk di
sebelah kanannya atau - menurut riwayat lain - di sebelah kirinya. Seterusnya
Nabi s.a.w. membisikinya, lalu Fathimah menangis dengan tangisnya yang keras
sekali. Setelah beliau s.a.w. melihat kegelisahan puterinya lalu dibisikinya
sekali lagi, ialu Fathimah tertawa."
Saya
- Aisyah - berkata kepada Fathimah: "Engkau telah diistimewakan oleh
Rasulullah s.a.w. di antara sekalian isteri-isterinya dengan dibisiki, kemudian
engkau menangis." Sesudah Rasulullah s.a.w. berdiri dari tempatnya, lalu
saya - Aisyah – bertanya kepada Fathimah: "Apakah yang disabdakan oleh
Rasulullah s.a.w. padamu itu?" Fathimah menjawab: "Saya tidak akan
menyiar-nyiarkan apa yang dirahasiakan oleh Rasulullah s.a.w."
Sesudah
Rasulullah s.a.w. wafat, saya berkata kepada Fathimah: "Saya bersengaja
hendak bertanya kepadamu dengan cara yang sebenarnya, supaya engkau
memberitahukan kepadaku apa yang disabdakan oleh Rasulullah s.a.w. Fathimah
menjawab: "Kalau sekarang, baiklah saya memberitahukan itu. Adapun yang
dibisikkan oleh beliau s.a.w. pada pertama kalinya, yaitu beliau s.a.w.
memberitahukan kepada saya bahwasanya Jibril dahulunya memberikan kepadanya
wahyu dari al-Quran itu dalam setahun sekali, sedang sekarang dalam setahun
diberikan dua kali. Beliau s.a.w. bersabda: "Sesungguhnya saya tidak
mengetahui tentang datangnya ajalku itu, melainkan tentu sudah dekat. Maka dari
itu bertaqwalah engkau dan bersabarlah, sesungguhnya saja sebaik-baiknya orang
yang mendahului ialah saya mendahuluimu." Karena itu lalu saya menangis
sebagaimana tangisku yang anda lihat dulu itu. Selanjutnya setelah beliau
s.a.w. melihat betapa kegelisahan hatiku, lalu saya dibisikinya untuk kedua
kalinya, lalu beliau bersabda: "Hai Fathimah, tidakkah engkau suka jikalau
engkau menjadi penghulu -pemimpin - dari seluruh wanita dari kalangan kaum
mu'minin atau penghulu dari seluruh wanita dari kalangan ummat ini?" Oleh
karena itu, maka sayapun ketawa sebagaimana yang anda lihat dulu itu."
(Muttafaq 'alaih).
4.
Dari Tsabit dari Anas r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. mendatangi saya
dan di waktu itu saya sedang bermain-main dengan beberapa orang anak. Beliau
s.a.w. mengucapkan salam pada kita, kemudian menyuruh saya untuk sesuatu
keperluannya. Oleh sebab itu saya terlambat mendatangi ibuku. Selanjutnya
setelah saya datang, ibu lalu bertanya: "Apakah yang menahanmu - sampai
terlambat datangnya ini?" Saya berkata: "Saya diperintah oleh
Rasulullah s.a.w. untuk sesuatu keperluannya." Ibu bertanya: "Apakah
hajatnya itu?" Saya menjawab: "Itu adalah rahasia." Ibu berkata:
"Kalau begitu jangan sekali kali engkau memberitahukan rahasia Rasulullah
s.a.w. tersebut kepada siapapun jua."
Anas
berkata: "Demi Allah, andaikata rahasia itu pernah saya beritahukan kepada
seseorang, niscayalah saya akan memberitahukan hal itu kepadamu pula, hai
Tsabit."
Sumber
: Riyadhus Shalihin, Bab Menjaga Rahasia
Comments