Tokoh 004 - GUS MAKSUM
Sang Pendekar Pagar Nusa
Pondok Pesantren dulunya tidak hanya mengajarkan ilmu agama dalam
pengertian formal-akademis seperti sekarang ini, semisal ilmu tafsir, fikih,
tasawuf, nahwu-shorof, sejarah Islam dan seterusnya. Pondok pesantren juga
berfungsi sebagai padepokan, tempat para santri belajar ilmu kanuragan dan
kebatinan agar kelak menjadi pendakwah yang tangguh, tegar dan tahan uji. Para
kiainya tidak hanya alim tetapi juga sakti. Para kiai dulu adalah pendekar pilih
tanding.
Akan tetapi belakangan ada tanda-tanda surutnya ilmu bela diri di
pesantren. Berkembangnya sistem klasikal dengan materi yang padat, ditambah
eforia pembentukan standar pendidikan nasional membuat definisi pesantren kian
menyempit, melulu sebagai lembaga pendidikan formal.
Para ulama-pendekar merasa gelisah. H Suharbillah, seorang pendekar
dari Surabaya yang gemar berorganisasi menemui KH Mustofa Bisri dari Rembang dan
menceritakan kekhawatiran para pendekar. Mereka lalu bertemu dengan KH Agus
Maksum Jauhari Lirboyo alias Gus Maksum yang memang sudah masyhur di bidang
beladiri. Nama Gus Maksum memang selalu identik dengan “dunia
persilatan”.
Pada tanggal 12 Muharrom 1406 M bertepatan tanggal 27 September
1985 berkumpulah mereka di pondok pesantren Tebuireng Jombang, Jawa Timur, untuk
membentuk suatu wadah di bawah naungan Nahdlatul Ulama (NU) yang khusus mengurus
pencak silat. Musyawarah tersebut dihadiri tokoh-tokoh pencak silat dari daerah
Jombang, Ponorogo, Pasuruan, Nganjuk, Kediri, serta Cirebon, bahkan dari pulau
Kalimantan pun datang.
Musyawarah berikutnya diadakan pada tanggal 3 Januari 1986, di
Pondok Pesantren Lirboyo Kediri, Jawa Timur, tempat berdiam Sang Pendekar, Gus
Maksum. Dalam musyawarah tersebut disepakati pembentukan organisasi pencak silat
NU bernama Ikatan Pencak Silat Nahdlatul Ulama “Pagar
Nusa” yang merupakan kepanjangan dari “Pagarnya NU dan
Bangsa.” Kontan para musyawirin pun menunjuk Gus Maksum sebagai ketua
umumnya. Pengukuhan Gus Maksum sebagai ketua umum Pagar Nusa itu dilakukan oleh
Ketua Umum PBNU KH Abdurrahman Wahid dan Rais Aam KH Ahmad Sidiq.
Gus Maksum lahir di Kanigoro, Kras, Kediri, pada tanggal 8 Agustus
1944, salah seorang cucu pendiri Pondok Pesantren Lirboyo KH Manaf Abdul Karim.
Semasa kecil ia belajar kepada orang tuanya KH Abdullah Jauhari di Kanigoro. Ia
menempuh pendidikan di SD Kanigoro (1957) lalu melanjutkan ke Madrasah
Tsanawiyah Lirboyo, namun tidak sampai tamat. Selebihnya, ia lebih senang
mengembara ke berbagai daerah untuk berguru ilmu silat, tenaga dalam, pengobatan
dan kejadukan (Dalam “Antologi NU” terbitan LTN-Khalista
Surabaya).
Sebagai seorang kiai, Gus Maksum berprilaku nyeleneh menurut adat kebiasaan orang pesantren.
Penampilannya nyentrik. Dia berambut gondrong, jengot dan kumis lebat, kain
sarungnya hampir mendekati lutut, selalu memakai bakiak. Lalu, seperti kebiasaan
orang-orang “jadug” di pesantren, Gus Maksum tidak pernah makan nasi alias ngerowot. Uniknya lagi, dia suka
memelihara binatang yang tidak umum. Hingga masa tuanya Gus Maksum memelihara
beberapa jenis binatang seperti berbagai jenis ular dan unggas, buaya, kera,
orangutan dan sejenisnya.
Dikalangan masyarakat umum, Gus Maksum dikenal sakti mandaraguna.
Rambutnya tak mempan dipotong (konon hanya ibundanya yang bisa mencukur rambut
Gus Maksum), mulutnya bisa menyemburkan api, punya kekuatan tenaga dalam luar
biasa dan mampu mengangkat beban seberat apapun, mampu menaklukkan jin, kebal
senjata tajam, tak mempan disantet, dan seterusnya. Di setiap medan laga (dalam
dunia persilatan juga dikenal istilah sabung) tak ada yang mungkin berani
berhadapan dengan Gus Maksum, dan kehadirannya membuat para pendekar aliran
hitam gelagapan. Kharisma Gus Maksum cukup untuk membangkitkan semangat
pengembangan ilmu kanuragan di pesantren melalui Pagar Nusa.
Sebagai jenderal utama “pagar NU dan pagar bangsa” Gus Maksum
selalu sejalur dengan garis politik Nahdlatul Ulama, namun dia tak pernah
terlibat politik praktis, tak kenal dualisme atau dwifungsi. Saat kondisi
politik memaksa warga NU berkonfrontasi dengan PKI Gus Maksum menjadi komandan
penumpasan PKI beserta antek-anteknya di wilayah Jawa Timur, terutama
karesidenan Kediri. Ketika NU bergabung ke dalam PPP maupun ketika PBNU
mendeklarasikan PKB, Gus Maksum selalu menjadi jurkam nasional yang menggetarkan
podium. Namun dirinya tidak pernah mau menduduki jabatan legislatif ataupun
eksekutif. Pendekar ya pendekar! Gus Maksum wafat di Kanigoro
pada 21 Januari 2003 lalu dan dimakamkan di pemakaman keluarga Pesantren Lirboyo
dengan meninggalkan semangat dan keberanian yang luar biasa. (A
Khoirul Anam)
Comments