Oleh : KH
Fatkhurrahman
اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِيْ نَوَّرَ قُلُوْبَنَا
بِاْلهُدَى وَالأَوْلاَدِ وَاَّلذِيْ أَرْحَمَنَا بِاْلمَغْفِرَةِ وَاْلأَبْنَاءِ ،
أَشْهَدُ أنْ لاإلهَ إلاّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَسُبْحَانَ الَّذِيْ
أَفْضَلَنَا عَلىَ سَائِرِ مَخْلُوْقَاتِهِ ، وَأشْهَدُ أنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ
وَرَسُوْلُهُ الَّذِيْ أُرْسِلَ إلَى جَمِيْعِ أُمَّتِهِ ، أللّهُمَّ صَلِّي
وَسَلِّمْ عَلَى عَبْدِكَ وَرَسُوْلِكَ النَّبِيِّ اْلأُمِّيِّ سَيِّدِنَا
وَمَوْلاَنَامُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ الَّذِيْنَ يَتَمَسَّكُوْنَ
بِسُنَّتِهِ وَدِيْنِهِ ، أمَّا بَعْدُ : فَيَا عِبَادَ اللهِ اتَّقُوْا اللهَ
حَقَّ تُقَاتِهِ وَلا تَمُوْتُنَّ اِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ. وَاعْلَمُوْا
أَنَّ اْلأَوْلاَدَ رَعِيَّةُ كُلِّ اْلأبَاَءِ وَاْلأُمَّهَاتِ وَأَمَانَاتٌ
لِكُلِّ اْلمُجْتَمَعِ ، وَأَكْبَرْ اْلأَمَانَاتِ مِنَ اللهِ مَا عِنْدَكُمْ مِنَ
الْأوْلاَدِ واْلأحْفَادِ ، فَأََحْسِّنُوْا تَرْبِيَتَهُمْ وَهَذِّبُوْا
أخْلَاقَهُمْ وَعَلِّمُوْا بِمَا يَنْفَعُوْنَ بِهِ فِيْ دِيْنِهِمْ وَدُنْيَاهُمْ
وَآخِرَتِهِمْ
قَالَ اللهُ تَعَالىَ فِيْ كِتَابِهِ اْلكَرِيْمِ :
ِللهِ مُلْكُ السَّمَوَاتِ وَاْلأَرْضِ يَخْلُقُ مَا يَشَاءُ يَهَبُ ِلمَنْ يَشَاءُ
إنَاثاً وَيَهَبُ لِمَنْ يَشَاءُ الذُّكُوْرَ ، أوْ يُزَوِّجُهُمْ ذُكْرَانًا
وَإِنَاثًا وَيَجْعَلُ مَنْ يَشَاءُ عَقِيْمًا إنَّهْ عَلِيْمٌ قَدِيْرٌ ، وَقَالَ
رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهٌ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : كُلُّ مَوْلُوْدٍ يُوْلَدُ عَلىَ
اْلفِطْرَةِ ، فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِ أوْ يُنَصِّرَانِ أوْ يُمَجُّسَانِ ،
وَقَالَ أَيْضًا : كُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْؤُلٌ عَنْ
رَعِيَّتِهِ
Hadirin Sidang
Jum’at RokhimakumullahPada Khutbah ini, saya mengingatkan
kepada kita sekalian agar senantiasa mempertebal keimanan dan ketaqwaan kita
kepada Allah SWT. Seringkali diulangi bahwa hanya ketaqwaanlah yang dapat
menjamin ketentraman hidup kita selama di dunia. Keimanan dan ketaqwaan pula
yang menjadikan kita merasa layak berharap rahmat Allah di dunia dan akhirat.
Maka marilah kita semakin mendekatkan diri kepada Allah SWT agar jalan hidup
kita senantiasa diberkahi dan diridhoi Allah SWT.
Jika kita senantiasa meningkatkan
ketaqwaan, tentu jalan hidup kita menjadi lebih mudah, lebih nyaman dan lebih
teratur dan berkesinambungan. Dalam bermasyarakat, tentu kita menginginkan
keteraturan dan kesinambungan dalam berbagai bentuk kebaikan. Nah, salah satu di
antara bentuk-bentuk kesinambungan dalam kebaikan dan kataqwaan adalah tumbuhnya
generasi-generasi penerus perjuangan dan dakwah islamiyah. Maka dengan demikian,
tentu kita menginginkan turut berperan serta dalam melanjutkan estafet
perjuangan islam ini dengan melahirkan dan mengasuh anak-anak Muslim yang
cerdas, berkarakter dan shaleh.
Rasulullah SAW bersabda,
كُلُّ مَوْلُوْدٍ يُوْلَدُ عَلىَ اْلفِطْرَةِ ،
فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِ أوْ يُنَصِّرَانِ أوْ يُمَجُّسَانِ
Setiap anak dilahirkan dalam
fitrahnya. Keduanya orang tuanya yang menjadikannya sebagai Yahudi, Nashrani
atau Majusi.
(HR. Bukhari dan
Muslim)Artinya, orang tualah yang memiliki tanggung jawab utama
dalam mendidik dan menjadikan seorang anak sebagai pribadi yang sholeh atau
sebaliknya.
Hal ini juga sesuai
dengan Sabda Rasulullah lainnya,
كُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْؤُلٌ عَنْ
رَعِيَّتِهِ
Setiap kalian adalah pemimpin
dan setiap pemimpin akan diminta pertanggungjawaban.
(HR. Bukhori-Muslim)Seorang
pemimpin pemerintahan adalah pemimpin dan akan diminta pertanggungjawaban
tentang rakyatnya, suami adalah pemimpin dan akan diminta pertanggungjawaban
tentang anggota keluarganya, istri adalah pemimpin dan akan diminta
pertanggungjawaban tentang rumah tangga suaminya serta anak-anaknya, dan seorang
pembantu adalah pemimpin dan akan diminta pertanggungjawaban tentang harta benda
majikannya, ingatlah bahwa setiap kalian adalah pemimpin dan akan diminta
pertanggungjawaban kelak di hari Kiamat.
Saudara-saudara Sidang
Jum’at yang Dirahmati AllahAnak merupakan harapan setiap orang
tua dalam kehidupan rumah tangga mereka. Anak adalah kebanggaan dan dambaan.
Namun terkadang anak juga dapat menjadi cobaan yang sangat berat bagi kedua
orang tuanya. Karenanya, setiap orang tua mesti mendidik anak-anak mereka sesuai
tuntunan agama Islam.
Anak-anak yang dididik dengan Tuntunan Islam
diharapkan menjadi anak-anak yang sholeh, berbakti dan berguna bagi bangsa,
negara, masyarakat dan agamanya. Tentu saja orang tuanya adalah mereka yang
pertama kali memetik buah dari kesalehan anak-anaknya.
Allah SWT berfirman,
وَالَّلذِيْنَ يَقُوْلُوْنَ رَبَّنَا هَبْ لَنَا
مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْناَ لِلُمُتَّقِيْنَ
إِمَامًا
Dan orang-orang yang berkata: “Ya Tuhan kami,
anugerahkanlah kepada kami istri-istri kami dan keturunan kami sebagai penyenang
hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa.”
(QS. Al-Furqaan, 25:74)
رَبِّ هَبْ لِيْ مِنَ الصَّالِحِيْنَ
Ya Tuhanku, anugerahkanlah
kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang-orang shaleh.
(QS. Ash-Shoffaat,
37:100)Dua Ayat ini meneguhkan kepada kita, bahwa selayaknya
sebagai pribadi Muslim yang beriman, tentu kita berharap untuk dikaruniai buah
hati yang dapat dibanggakan, shaleh-shalihah, berbakti dan berguna bagi
sesamanya.
Namun Allah Subhanahu Wata’ala juga mengingatkan kita, bahwa
segala anugerah yang berupa keturunan dan segala milik kebendaan serta
lain-lainnya, adalah hanya ditentukan oleh Allah SWT. karenanya, sebagai orang
beriman, tentu kita tidak boleh menyalahkan siapa pun jika barangkali kita belum
dikaruniai keturunan. Karena Allah-lah yang telah menentukan setiap kelahiran
yang telah maupun akan muncul di muka bumi ini.
Firman Allah,
ِللهِ مُلْكُ السَّمَوَاتِ وَاْلأَرْضِ يَخْلُقُ مَا
يَشَاءُ يَهَبُ ِلمَنْ يَشَاءُ إنَاثاً وَيَهَبُ لِمَنْ يَشَاءُ الذُّكُوْرَ ، أوْ
يُزَوِّجُهُمْ ذُكْرَانًا وَإِنَاثًا وَيَجْعَلُ مَنْ يَشَاءُ عَقِيْمًا إنَّهْ
عَلِيْمٌ قَدِيْرٌ
Kepunyaan Allah-lah kerajaan
langit dan bumi, Dia menciptakan apa yang Dia kehendaki, Dia memberikan
anak-anak perempuan kepada siapa yang Dia kehendaki dan memberikan anak-anak
lelaki kepada siapa yang Dia kehendaki. Atau Dia menganugerahkan kedua jenis
laki-laki dan perempuan (kepada siapa yang dikehendaki-Nya), dan Dia menjadikan
mandul siapa yang Dia kehendaki. Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui lagi Maha
Kuasa.
(QS. asy-Syura,
42:49-50)Selayaknya kita senantiasa berdoa, semoga Allah
mengaruniakan kebahagiaan dunia dan akhirat kepada kita sekalian melalui
keturunan-keturunan yang shalih dan shalihah di tengah-tengah masyarakat kita.
Agar keturunan-keturunan tersebut dapat melanjutkan estafet dakwah Islam di
tengah-tengah kondisi masyarakat yang semakin kompleks ini.
Namun berdoa
saja tidaklah cukup. Kita harus mengupayakan sekuat tenaga agar dapat medidik
anak-anak kita menjadi generasi yang dapat diandalkan oleh zamannya. Kita harus
memperhatikan pendidikan mereka, berusaha menciptakan lingkungan yang kondusif
bagi perkembangan positif kejiwaan mereka.
Sebagai orang tua, kita juga harus
memperhatikan pergaulan anak-anak kita yang menjadi faktor penentu dalam
perkembangan sosial mereka. Kita harus mengajarkan kesederhanaan dalam
keseharian mereka. Karena Rasulullah SAW sudah contohkan, bahwa meski hidup
dalam kondisi yg sederhana, tapi kebahagiaan selalu Beliau rasakan. Maka
demikianlah mestinya kita menciptakan lingkungan sosial dan kekeluargaan bagi
anak-anak harapan generasi Islam tersebut.
Di samping itu, hal lain yang
harus kita perhatikan dalam mendidik anak adalah memberikan Rejeki yang Halal
selama pertumbuhan mereka. Karena rezeki halal dapat mempermudah mereka
menjalani kesalehan dan ketaqwaan. Sementara jika kita kurang-hati-hati dan
teledor dengan memberikan mereka asupan energi dan suplai pertumbuhan maupun
pendidikan dari rezeki halal, maka sama saja dengan menginginkan mereka menjadi
lahan empuk bagi tumbuhnya kemungkaran dalam diri anak-anak kita sendiri. Rezeki
yang halal akan memudahkan mereka menerima hidayah dan keberkahan dalam
menjalani proses pertumbuhan dan pendidikannya.
Hadirin Sidang Jum’at
yang dimuliakan oleh AllahMarilah kita mempertebal keimanan
dan ketaqwaan kita kepada Allah dengan mengnalkan jalan dakwah kepada generasi
Islam sedini mungkin dengan penuh kebijakan dan keteladanan yang mulia. Bukan
zamannya lagi jika kita hanya mendidik tanpa memperhatikan perkembangan
psiokologi mereka. Bukan zamannya lagi jika kita hanya mengandalkan kekerasan
dalam medidik anak.
Memang benar, bahwa Rasulullah SAW memperbolehkan
kita untuk memukul anak-anak jika mereka lalai mengerjakan shalat. Nemun bukan
berarti dengan demikian kita dapat memukul mereka dengan seenaknya saja. Karena
anak-anak senantiasa membutuhkan kasih sayang yang dapat mereka cerna dan mereka
sadari. Anak-anak ingin mengerti bahwa orang tua mereka menyayangi mereka,
sehingga mereka dapat membalas kasih saying tersebut dengan kesungguhan belajar
dan berusaha menjadi baik bagi lingkungan dan masyarakatnya. Artinya anak-anak
akan merasa memiliki tanggung jawab menjadi shaleh dan shalihah jika mereka juga
mengerti bahwa kedua orang tuanya mencontohkan kesalehan dan keteladanan yang
baik terhadapnya.
Tentang hal
ini, Al-Qur’an mengajarkan :
ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ
وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ إِنَّ رَبَّكَ
هُوَ أَعْلَمُ بِمَنْ ضَلَّ عَنْ سَبِيلِهِ وَهُوَ أَعْلَمُ
بِالْمُهْتَدِينَ
Serulah (manusia) kepada Tuhanmu dengan
hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.
Sesungguhnya Tuhanmu yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari
jalan-Nya dan Dia-lah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat
petunjuk.
(QS. an-Nahl,
16:125)Artinya, jika kita menginginkan anak-anak kita menjadi
generasi yang baik dan santun, tentu kita harus mengajarkan kebaikan dan sopan
santun serta etika Islam kepada mereka.
Selain itu, dalam memilihkan atau
mengarahkan pendidikan bagi anak-anak, kita dapat memperhatikan bakat dan
kecenderungan mereka. Kita dapat menyekolahkan mereka menurut bakat positifnya
masing-masing, sehingga ketika telah menjadi dewasa nantinya, mereka tidak
memiliki keraguan akan kemampuan dan potensi dirinya.
Hal ini sesuai
dengan firman Allah,
وَلْتَكُنْ مِنْكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى
الْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَأُولَئِكَ
هُمُ الْمُفْلِحُونَ
Dan hendaklah ada di antara kamu
segolongan umat yang mengajak kepada kebaikan, menyuruh kepada yang makruf dan
mencegah dari yang mungkar, mereka itulah orang-orang yang beruntung.
(QS. Ali Imran 3: 104)Ada
yang menjadi muballigh, tentara, pedagang, guru atau pun insinyur dan lain-lain
sebagainya. Dengan demikian generasi Islam yang kita dambakan bersama dapat
segera terwujud menjadi sebuah kenyataan. Dan izzul Islam wal muslimin dapat
kita gapai bersama, karena generasi muda saat ini tentu akan menjadi pemimpin
Islam di kemudian hari.
Hadirin siding Jum’at
yang Dirahmati AllahHal terpenting terakhir yang ingin saya
sampaikan kepada saudara-saudara sekalian adalah, tentang bekal paling utama
kepada generasi muda kita, yakni pendidikan, keteladanan dan ketaqwaan.
Sebagaimana perkataan Abdullah bin Umar radhiyallahu’anhu, “Didiklah anakmu
karena kamu akan ditanya tentang tanggungjawabmu, apakah sudah kamu ajari
anakmu, apakah sudah kamu didik anakmu dan kamu akan ditanya kebaikanmu
kepadanya dan ketaatan anakmu kepadamu.”
Saya nyatakan, kita harus
memberikan bekal ketaqwaan yang cukup kepada mereka, apapun profesi yang menjadi
pilihan mereka kelak. Karena tanpa ketaqwaan, mustahil mereka dapat menjadi
generasi Muslim yang dapat diandalkan dan ditunggu peran sertanya dalam
pembangunan bangsa dan umat.
Sebagaimana firman Allah,
وَتَزَوَّدُوْا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ الَّتقْوَى
وَاتَّقُوْنِ يَا أُولِي اْلألْبَابِ
Berbekallah,
sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa dan bertakwalah kepada-Ku, hai
orang-orang yang berakal.
(QS.
al-Baqarah, 2:197)
بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ
الْعَظِيْمِ. وَنَفَعَنِي وَاِيِّاكُمْ بما فيه مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ
الْحَكِيْمِ. وَتَقَبِّلَ الله مِنِّي وَمِنْكُمْ تِلاوَتَهُ اِنَِّهُ
هُوَاالسَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ. أقُوْلُ قَوْلِي هَذا وَأسْتَغْفِرُوا اللهَ
الْعَظِيْمَ لَِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ
وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ
الرَّحِيْمُ