Pendidikan merupakan hal yang penting bagi kehidupan
seseorang. Dengan pendidikan yang cukup, maka seseorang akan lebih mudah
menjalani hidupnya. Pendidikan dapat di peroleh melalui jalan formal maupun
informal. Jalan informal dapat berasal dari orang terdekat (orang tua, teman
dan lain-lain) dan lingkungan. Sedangkan formal dapat berasal dari sekolah
ataupun pelatihan-pelatihan.
Beberapa waktu terakhir ini saya memperhatikan film-film
yang saya tonton (download gratisan, semoga ga melanggar hak cipta). Ada
beberapa sumber negara yang saya tonton, tetapi yang paling booming di
Indonesia tentunya film Jepang dan Thailand.
Kita mulai dari film Thailand. Banyak film Thailand yang
menggambarkan kegiatan bersekolah di Thailand. Mulai dari Friendship, Crazy
Little Thing Called Love, Love at 4 Size, Yes or No, dan masih banyak lagi.
Disana kita tidak akan menemukan siswa sekolah membawa mobil mewah seperti pada
film-film Indonesia, rumah mewah ataupun acara clubbing di diskotik. Semua
siswa siswi di buat se culun mungkin, tetapi tetap keren. Paling banter jika
kita lihat di sana siswa siswi bersekolah dengan membawa sepeda motor, ada pada
Crazy Little Thing Called Love. Lebih banyak yang menggunakan transportasi
umum, seperti bis (ada pada Friendship, Love at 4 Size. Memang sih, ada yang
membawa mobil, seperti pada film Love at 4 Size, tetapi di kendarai pada jam
luar sekolah.
Kemudian lagi jika kita melihat pada kegiatan belajar
mengajar, guru-guru di sana di buat berwibawa, bijaksana, dan tidak menjadi
bahan tertawaan. Bandingkan dengan film di Indonesia, guru-guru seolah-oleh
menjadi bahan candaan, bisa di kerjai dan kurang ada tajinya. Bagaimana
anak-anak mau respect sama gurunya di sekolah kalau tontonannya aja seperti
itu.
Jika kita agak menanjak sedikit ke perguruan tinggi, ada
film Yes or No 2 (tapi jangan di lihat kisah cintanya, ga boleh itu). Di sana
pemain di setting sedang melakukan kegiatan Kerja Lapangan (KL). Dan mantapnya
lagi, ternyata jurusan yang mereka buat adalah jurusan pertanian dan perikanan
(baru sekali ini saya liat ada film ambil set anak pertanian perikanan,
biasanya kan anak teknik atau ekonomi, kadang fisip atau sastra). Film tersebut
memperlihatkan bagaimana mereka harus benar-benar turun ke lapangan. Bahkan ada
satu scene yang menggambarkan sedang melakukan pengamatan dengan alat brix
refractometer. Itu alat spesifik sekali saya kira. Tidak seperti stetoskop yang
semua orang tau. Jika ingin di bahas lebih dalam, tentu banyak yang bisa kita
diskusikan.
Kita berpindah ke film Jepang. Memang sih, Jepang jauh lebih
maju. Jadi wajar kalau memang filmnya pun lebih bagus. Selama saya mengamati
film Jepang, saya belum pernah melihat ada siswa siswi Jepang yang ke sekolah
membawa mobil. Kalau sepeda motor, memang ada, seperti pada serial Tokyo Tower.
Kok malah ke serial sih? Anggap sama aja lah ya. Di berbagai film atau serial
di gambarkan para siswa disana mengguanakan transportasi umum, seperi bis. Kadang
juga ada yang menggunakan sepeda. Dan yang lebih mantapnya lagi, banyak yang
berjalan kaki. Pada serial Great Teacher Onizuka, serial yang menggambarkan
seorang preman menjadi guru, di sana kita akan melihat bagaimana suasana kelas
di Jepang. Rapi. Bersih. Ya, mungkin fasilitasnya memang berbeda.
Yang menarik adalah, saya mendengar jika di sana pendaftaran
sekolah tidak di lakukan ke sekolah, namun ke lembaga khusus, yang nantinya
akan memilihkan sekolah yang terdekat dengan rumah siswa. Seperti pada film Kimi
ni Todoke, di sana pemeran pria bahkan belum tau arah jalan ke sekolahnya. Jadi,
ga ada itu sekolah favorit atau ga. Kecuali sekolah swasta ya, beda itu. Itulah
kenapa disana banyak siswa siswi yang pergi pulang sekolah dengan berjalan
kaki, wong dekat.
Wah, ternyata ketikannya sudah banyak. Saya stop dulu aja
ah, nanti pembaca malah bosan. Terima kasih...
2 comments:
Lagi..lagi..
tambah lagi bro..dari serial anak2 juga udah beda..bandingin upin ipin sama keluarga somad..jauuh..pdhl upin ipin sendiri katanya idenya orang Indonesia kan ya?
Btw, selalu salut dg perfilman dan pertanian Thailand..di tengah pergolakan politik dan pergantian presiden yg ga sampe setahun
iya sis... kalo film atau serial anak-anak, disini memang seperti ga ada tujuannya (walaupun bilangnya ada pesan moral). Jika film Jepang mengajarkan kejujuran (misal film Chibi Maruko Chan versi manusia), bandingkan dengan film Indonesia yang mengajarkan, ga tau juga mengajarkan apa (misal film I Love You Om, yang di perankan Amanda dan Evan Sanders).
Memang hebat Thailand, urusan politik tidak mempengaruhi yang lain. Ada ide baru di setiap filmnya. Apalagi pemeran ceweknya cantik-cantik. hehehe....
Post a Comment