Siapakah itu Ahlus Suffah?
Tersebut dalam sejarah, bahwa di
zaman Nabi ada kaum yang bernama “Ahlussuffah”. Kami ingin bertanya, siapa itu
Ahlussuffah, berapa banyaknya, apa kerjanya dan siapa yang memberi makan
mereka?
Jawab :
Suffah berarti beranda.
Ahlus suffah ialah orang yang
mendiami buat sementara beranda Masjid Rasulullah SAW, di Madinah. Sepanjang
sejarah, bahwa pada ketika Nabi telah pindah ke Madinah, maka
berbondong-bondonglah sahabat beliau mengikutinya, karena pada ketika itu
Hijrah ke Madinah adalah cirinya orang Islam. Siapa yang Islam Hijrah, siapa
yang kafir tidak.
Untuk mengatasi kesulitan
pemondokan maka Nabi “mempersaudarakan” pengungsi dari Mekkah, yang kemudian di
namai muhajirin, dengan orang Madinah yang kemudian di namai Kaum Anshar (kaum
penolong).
Setiap orang muhajirin di
persaudarakan dengan seorang anshar oleh Nabi. Orang anshar itu mengambil orang
muhajirin dan membawanya tinggal di rumah.
Tetapi ternyata kemudian, bahwa
pendatang dari Mekkah banyak juga, sehingga tidak dapat di tampung semuanya di
rumah-rumah orang Madinah.
Maka Nabi mempersiapkan suatu
tempat di sebuah sudut mesjid yang beratap untuk menampung mereka buat
sementara.
Beranda yang ada di sudut mesjid
inilah yang dinamakan Suffah dan orang-orang pengungsi yang tinggal di situ di
namai Ahlus suffah (penghuni suffah).
Mereka itu banyak juga. Menurut
tafsir Qurthubi, jumlah mereka lebih kurang 400 (empat ratus) orang laki-laki
(Qurthubi juz III halaman 340).
Mereka semuanya orang miskin,
tidak ada rumah tempat tinggal, tidak ada famili yang menampung, dan karena itu
mereka di suruh Nabi tidur di Beranda Masjid.
Makan minum mereka selain diberi
orang-orang Islam yang kaya-kaya, Nabi sendiri biasa membawa makanan untuk
mereka dan beliau makan bersama-sama mereka. Ini suatu kegembiraan yang besar
bagi mereka, yakni makan bersama-sama Rasulullah SAW.
Di antara Ahlus Suffah terdapat
nama Abu Hurairah Rda, seorang sahabat yang terkenal dan banyak merawikan
hadist, Abu Dzar Al Gifari, seorang sahabat yang terkenal pemurah, yang
mendermakan kelebihan hartanya yang di makannya tiap-tiap sore, Abdullah bin
Ummi Maktum, seorang yang buta yang tersebab dia Nabi dimarahi Tuhan, sebagai
mana yang di terangkan dalam kitab Asbabun Nuzul, yaitu sebab turunnya ayat
surat “ ‘Abasa”.
Kalau di teliti kitab-kitab
Asbabun Nuzul, yaitu kitab-kitab yang menerangkan sebab-sebab turunnya ayat,
maka ayat-ayat yang di bawah di turunkan adalah bertalian dengan Ahlus Suffah
ini, di antaranya :
Artinya : “(Bersedekahlah) untuk
orang-orang miskin yang terikat (oleh jihad) di jalan Allah. Mereka tidak dapat
berusaha di bumi. Orang yang tidak tahu menyangka bahwa meraka orang kaya,
karena mereka memelihara dirinya dari minta-minta. Kamu kenal mereka dengan
ciri-cirinya, mereka tidak meminta kepada manusia dengan cara paksa. Apa saja
harta yang baik yang kamu sedekahkan, maka sesungguhnya Allah Maha
Mengetahuinya”. (Al Baqarah : 273).
Tersebut dalam tafsir Qurthubi,
bahwa ayat ini turun pada mulanya untuk mengerahkan orang bersedekah kepada
Ahlus Suffah, tetapi kemudian menjadi umum, yakni bersedekah kepada seluruh
orang miskin (Tafsir Qurthubi Jilid III halaman 340).
Lama juga Ahlus Suffah ini
bekumpul di beranda Masjid Rasulullah SAW itu. Mereka di bubarkan pada zaman
khalifah Umar bin Khathab, yaitu tersebab daerah Islam sudah melebar ke Barat
dan ke Timur. Mereka di kirim ke seluruh penjuru, sebagai mubaligh-mubaligh
oleh khalifah Amirul Mu’minin Saidina Umar bin Khathab dan berusaha sendiri
mencari rezki. (Lihat Daeratul Ma’arif al Qurnil Isyin juz 5 halaman 523).
Kesimpulan jawaban :
1. Ada
Ahlus Suffah di zaman Nabi, yaitu sahabat-sahabat orang muhajirin yang miskin
yang tinggal di beranda Masjid Nabi di Madinah. Mereka sebanyak lebih kurang
400 orang.
2. Nabi
menyayangi mereka, makan bersama-sama Nabi, duduk bersama-sama, mendengarkan
wahyu-wahyu dan hadist-hadist Nabi, dan jika ada perintah perang, mereka
semuanya maju bertempur menegakkan agama Allah.
3. Mereka
baru di bubarkan oleh Khalifah ke-II, Saidina Umar bin Khathab, di suruh ke
daerah-daerah mencari rezki karunia Allah.
Demikian adanya.
Di sadur dari buku “Kumpulan Soal
Jawab Keagamaan” karya KH. Siradjudin ‘Abbas, halaman 214
Comments