PENGENALAN DAN PENGGUNAAN HERBISIDA
Pendahuluan.
Penggunaan herbisida telah terbukti banyak jasanya bagi kepentingan
perkebunan dan pertanian terutama dalam hal pengendalian tanaman
pengganggu (gulma). Herbisida adalah bahan yang beracun dan berbahaya terhadap
kesehatan manusia sebagai pengelola kebun yang bila tidak digunakan dan
dikelola dengan bijaksana akan menimbulkan dampak negatif bagi kesehatan
manusia seperti keracunan baik melalui kulit, mata dan mulut serta melalui
hidung, maupun terhadap lingkungan seperti : matinya parasit-parasit sebagai
agensia musuh alami ataupun timbulnya resistansi pada tanaman pengganggu
(gulma).
Bermacam-macam bahan aktif herbisida yang telah
digunakan di masyarakat ini secara luas meliputi :
1.
Diuron
2.
Ametryne
3.
2.4 D Amine
4.
Parakuat
5.
Glyposate
Mengingat besarnya dampak yang ditimbulkannya baik pada manusia
maupun lingkungannya oleh pengguna herbisida secara terus-menerus pada sekala
luas sangat perlu sekali pemberian bimbingan tekhnis kepada pengawas-pengawas lapang
dalam rangka pengendalian gulma (weed control).
Formulasi Herbisida.
Herbisida yang beredar dipasaran adalah campuran antara bahan aktif
(bahan yang benar-benar beracun) dengan satu atau lebih bahan lain yang tidak
bereaksi dengan bahan beracun. Bahan pencapur yang tidak beracun ini disebut
sebagai pembawa, sedangkan fungsi bahan pencampur anatara lain sebagai :
pengencer, pengemulsi, dispersant, perata atau perekat.
Tujuan pencampuran bahan yang tidak beracun tersebut adalah agar
lebih mudah penggunaannya. Ada
beberapa formulasi herbisida yang umum dijumpai di pasaran antara lain :
- Wettable Powder (WP)
- Emulsifiable Concentrates (EC)
- Dusts (D)
- Ultralow Volume (ULV)
1.
Wattable Powder (WP).
Bentuknya
adalah tepung halus seperti formulasi dust, tapi dalam pemakaiannya perlu
dicampur dengan air dan disemprotkan. Biasanya dalam formulasi terdapat
Disparsing Agent (zat yang menyebabkan tidak mudah mengendap setelah dicampur
air) dan Weeting Agent (zat pembasah). Konsentrasi bahan aktif biasanya masih
tinggi yaitu sekitar 25-85%.
2.
Emulsifiable
Concentrates (EC).
Formulasi ini sangat umum, banyak digunakan didalamnya banyak
terdapat bahan aktif pelarut dan Emulsifyeng Agent (zat pengemulsi), dan
keseluruhan berbentuk cair. Kandungan bahan aktifnya masih tinggi sehingga
dalam penggunaannya perlu dicampur dengan air. Didalam campuran formulasi
herbisida dan air ini mulsifier bekerja supaya kandungannya dapat tercampur
rata dan tidak mudah memisah.
3.
Dust ( D )
Dust adalah herbisida yang digunakan secara kering dengan cara
pendebuan langsung tanpa dicampur dengan
bahan lainnya, karena kandungan bahan aktifnya sudah rendah. Bahan pencampuran
yang digunakan adalah bahan organic seperti : Talk, Pyrophyllite,
Bentomite. Kandungan bahan aktifnya
antara 0,1 – 25 %, besar butiran (partikel) 1 – 40 micron, daya racunnya
semakin tinggi bila partikelnya semakin halus.
4.
Ultralow Volume ( ULV )
Formulasi herbisida yang digunakan tanpa pengenceran, aplikasinya
dengan menggunakan Micron Ulva Sprayer.
Kandungan bahan aktifnya masih tinggi, dengan Micron Ulva Sprayer butiran
semprotnya sangat halus seperti kabut.
A.
TINGKAT BAHAYA HERBISIDA
Orang bekerja dengan
herbisida harus tahu sampai sejauh mana taksisitas bahan yang sedang
ditanganinya, meskipun herbisida ditujukan untuk meracun gulma tetapi juga
berbahaya untuk mahluk hidup lainnya. Untuk mengevaluasi keracunan yang
disebabkan oleh herbisida terhadap
binatang menyusui (termasuk
manusia) digunakan dua cara :
1.Keracunan akut :
Efeknya jangka pendek, setelah
menggunakan herbisida masuk melalui mulut , kulit dan hidung (pernapasan),
serta mata.
2.Keracunan kronis :
Efeknya jangka panjang, setelah masuknya herbisida melalui mulut,
kulit dan hidung (pernapasan) dan mata.
Ukuran atau tingkat keracunan yang digunakan diberikan dengan symbol
LD 50 (Lethal Dosis 50%) yaitu jumlah herbisida yang diperlukan untuk membunuh
50% binatang percobaan. Biasanya binatang yang dijadikan percobaan adalah
kelinci atau tikus putih.
Makin kecil nilai LD50 semakin berbahaya bagi kesehatan
manusia. Berikut ini adalah daftar taksisitas akut menurut Federasi Inseksida,
Fengisida dan Herbisida serta Rodentisida Amerika Serikat.
No.
|
TAKSISITAS
|
LD
50 (MG/KG)
|
|
LEWAT
MULUT
|
LEWAT
KULIT
|
||
1
|
Sangat Beracun
|
1
– 50
|
1
– 200
|
2
|
Beracun
|
50
– 500
|
201
– 2000
|
3
|
Beracun Sedang
|
501
– 5000
|
2000
– 20000
|
4
|
Beracun Rendah
|
5000
Lebih
|
20000
Lebih
|
Disamping taksisitas pestisida secara keseluruhan, kondisi kesehatan
orang juga berpengaruh, misalnya : orang yang kurang gizi, tidak makan pagi
sebelum beraktifitas dan sebagainya akan menjadi lebih peka terhadap keracunan
Pestisida.
B. APLIKASI HERBISIDA
Aplikasi atau penggunaan herbisida bukanlah suatu pekerjaan yang
sulit, tetapi tidak dapat dilakukan sembarangan , terdapat pertimbangan -
pertimbangan tehnis yang harus dipikirkan.
Didalam tulisan
ini hanya akan dibahas beberapa jenis alat semprot herbisida dan pertimbangan -
pertimbangan tehnis yang erat kaitannya dengan tugas kita sehari - hari.
Pada prinsipnya aplikasi herbisida adalah penyebaran
bahan aktif dalam jumlah tertentu secara merata pada bidang sasaran. Herbisida
dalam perdagangan diformulasikan dalam berbagai bentuk dan yang paling banyak
adalah dalam bentuk tepung semprot dan cairan semprot (WP dan EC). Bahan dan pencampuran
yang umum digunakan adalah air, karena mudah didapat. Air ataupun bahan
pengencer lainnya berfungsi untuk memudahkan perataan bahan aktif. Pada umumnya
kebanyakan alat semprot tidak mampu menyebarkan bahan aktif herbisida secara
merata tanpa ditambah larutan pengencer.
Menurut banyaknya cairan semprot yang diperlukan untuk
meliputi lahan seluas satu hektar, metode penyemprotan dapat dibedakan menjadi
tiga kelompok :
1.
High Volume (Volume Tinggi),
apabila diperlukan cairan selebih dari 400 liter per hektar.
2.
Low Volume, apabila dalam
penyemprotan diperlukan cairan antara 10 sampai 150 liter perhektar
3.
Ultra Low Volume, apabila dalam
penyemprotan diperlukan cairan kurang dari 5 liter per hektar.
Hasil aplikasi herbisida sangat berpengaruh terhadap efektifitas
bahan aktif yang disebarkan, oleh karena itu tehnik aplikasi herbisida memang
perlu dipahami dengan baik. Pengetahuan dan keterampilan yang dapat mendukung
aplikasi herbisida adalah : Pengetahuan tentang jenis alat, kualitas semprot
dan type Nozel dan cara kalibrasi.
C. JENIS ALAT SEMPROT :
1.
Pneumatic Knapsack
Sprayer
Pneumatic knapsack sprayer atau lever operated knapsack sprayer
adalah alat semprot punggung tidak bermotor yang menggunakan pompa piston ,
tengki ini berkapasitas 15 liter dapat diisi penuh karena tidak memerlukan
ruang udara, tuas pompa dioperasikan secara teratur sambil berjalan.
Disamping tangki
besar yang berisi cairan semprot terdapat tabung pompa dan tabung penampungan
tekanan udara. Tabung penampungan udara ini bersama – sama denagn sistim katup
berfungsi menstabilkan tekanan cairan semprot pada waktu piston ditarik keatas.
Sesungguhnya
Knapsack Sprayer ini lebih cocok digunakan untuk penyemprotan herbisida,
tekanan tebaran yang dihasilkannya rendah (3 bar), tetapi dengan pemompaan yang
lebih insentif dapat juga dipergunakan untuk penyemprotan Insektisida, sehingga tekanan yang dihasilkan tidak pernah
kurang dari 3 bar.
Kapasitan cairan yang dipancarkan kira – kira 1,5 liter
permenit, dengan lebar gawang semprotan 0,8 – 1,25 meter, tergantung pada
tingginya laras semprot. Untuk meliputi 1 hektar diperlukan cairan 350 – 400
liter. Out put yang kecil hanya mungkin dengan cara menggunakan nozel yang
lebih halus. Tetapi untuk jenis yang baru tekanan dapat mencapai 7 bar,
sehingga butiran yang dihasilkan menjadi lebih haus. Kemampuan liputannya
antara 0,8- 1,5 hektar perhari. Pada medan
yang sulit, misalnya tanah miring atau licin seperti persawahan gerakan tangan
yang memompa terasa mengurangi stabilitas tenaga kerja.
2.
Boom Sprayers ( Tractor
sprayer)
Alat ini biasanya dipasang dibelakang tractor, terdiri
atas tengki besar dengan kapasitas 600 liter, dan boom panjang dengan banyak
nozel yang dipasang melintang. Sumber tekanan berasal dari pompa rotary yang
dihubungkan dengan P.T.O tractor. Digunakan untuk menyemprot tanam yang rendah
atau hamparan yang luas dan rata, besarnya partikel semprot yang dihasilkan
dipengaruhi oleh kecepatan tractor dan diameter nozel, pada umumnya alat ini
digunakan untuk penyemprotan herbisida pre emergence pada tanaman tebu.
D. TYPE NOZEL / JENIS NOZEL
Seringkali untuk menyatakan perihal nozel digunakan istilah yang
berbeda untuk hal yang sama, sangat tergantung pada istilah yang digunakan oleh
produsen. Pada pokoknya terdapat empat macam tipe nozel yang sering kita jumpai
:
1.
Flaat Spray Nozzele : Bentuk pancaran seperti kipas, bentuk bidang semprotnya seperti
elip. Sifat drapletnya medium (sedang), biasanya dipasang pada boom tractor
untuk penyemprotan herbisida pra tumbuh, ujung bidang semprotnya yang satu
dengan yang lainnya overlap, sehingga memberikan sebaran yang relatif rata.
2.
Flooding Nozzle : Bentuk pancaran seperti kipas , bentuk bidang semprotnya pipih
memanjang rata, tidak membentuk elip. Partikel semprotnya kasar tetapi
mempunyai sebaran partikel yang cukup rata. Biasanya dipasang pada knapsack
sprayer untuk aplikasi herbisida.
3.
Full Cone Nozzle : Bentuk pancaran seperti kerucut, bentuk idang semprotnya seperti
lingkaran penuh, besarnya partikelnya medium (sedang) dan kurang seragam, dapat
digunakan untuk aplikasi insektisida pada tanaman yang kerapatan tajuknya tidak
terlalu padat.
4.
Hallow Cone Nozzle : Bentuk pancarannya seperti kerucut , bentuk bidang semprot seperti
lingkaran dan berlubang ditengah, sifat partikel yang dihasilkan halus dan
seragam, penetrasi bagus untuk tanaman dengan kerapat tajuk yang padat,
biasanya dipergunkan untuk penyemprotan insektisida atau fumigasi (pegendalian hama ).
E. DOSIS DAN
KONSENTRASI
Telah diketahui bahwa tujuan aplikasi herbisida adalah
menyebaran bahan aktif dalam jumlah tertentu secara merata pada bidang sasaran,
bahan aktif dapat dipastikan telah tercampur rata dalam formulasinya (air),
formulasi herbisida dengan handling yang baik dianggap tercampur rata dalam
pengencernya, oleh karena itu dosis dapat dinyatakan dalam satuan bahan aktif
persatuan luas, atau jumlah formulasi persatuan luas, tetapi yang umum
digunakan adalah jumlah formulasi (liter, Kg) persatuan luas.
Apabila penggunaan herbisida herbisida yang direkomendasikan
dalam dosis liter/ha, maka secara inplist yang dimaksud adalah penyemprotan
bidang sasaran secara menyeluruh pada lahan seluas 1 Ha. Sedangkan banyaknya
cairan semprot atau air sebagai pelarut yang digunakan untuk mencampur
formulasi herbisida tersebut tergantung dari kemampuan alat semprot untuk
meliput bidang sasaran pada lahan seluas satu Haktar.
F. PERTOLONGAN PERTAMA PADA KERACUNAN
Golongan Racun :
-
Organofosfat
-
Karbamat
-
Organoklorin
-
Antikoagulan
-
Zengfosfid
1. Organofosfat
Cara masuk : Diserap dengan baik oleh kulit ,
pencernaan dan paru - paru.
Cara Kerja :
Bekerja pada system syarap, dengan cara mengganggu penerusan
Rangsangan.
Gejala : Muntah - muntah, sakit kepala,
penglihatan kabur, sesak nafas,
hipersekresi.
Pertolongan : Bila racun tertelan muntahkan atau berikan
larutan garam dapur.
Bersihkan kulit yang terkena racun dengan
air sabun.
Bila mata terpercik cuci dengan air mengalir sekurang
- kerangnya 10 menit
2. Karbamat
Cara masuk : Diserap lewat
pencernaan dan pernafasan.
Umumnya tidak diserap baik lewat kulit.
Cara Kerja : Sama dengan
organofosfat, tetapi reversible.
Gejala : Sama dengan
Organofosfat tetapi sementara.
Pertolongan : Sama dengan
organofosfat.
3. Organoklorin
Cara masuk : Diserap dengan baik
lewat kulit, pernafasan dan pencernaan.
Dengan adanya minyak dan susu akan menambah
lajunya
penyerapan.
Cara kerja : Merusak
permiabilitas dinding syaraf.
Gejala : Kronis - pusing,
ngantuk bingung, akut - pusing, muntah, kejang, koma.
Pertolongan : Muntahkan bila racun tertelan atau berikan minum larutan garam dapur. Jangan berikan
susu atau minyak, Cuci kulit yang terkena, jangan olesi minyak, Cuci mata yang
terpercik dengan air mengalir.
4. Rodentisida antikoagulan
|
|||
Cara masuk
|
:
|
Racun ini hanya bekerja bila tertelan.
|
|
Cara kerja
|
:
|
Mengganggu pembentukan zat pembeku darah didalam hati.
|
|
Gejala
|
:
|
Rasa sakit dan ingin muntah atau tidak merasakan apa – apa. Gejala
yang sesungguhnya adanya pendarahan didalam tubuh (gusi, kandungan kemih,
hidung, telinga, ginjal, hati dsb). Waktu timbulnya gejala antara beberapa
jam sampai beberapa hari setelah masuknya racun. Tergantung jumlah yang
terserap.
|
|
Pertolongan
|
:
|
Muntahkan atau berikan larutan garam dapur.
|
|
5. Sengfosfid
|
|||
Cara masuk
|
:
|
Racun ini akan bekerja bila
tertelan.
|
|
Cara kerja
|
:
|
Racun ini akan mengeluarkan gas beracun (gas fodfin) apabila
tertelan asam kuat. Asam kuat diproduksi oleh lambung, dan akan terjadi gas
fosfin yang dapat mengurangi zat pembeku darah serta pecahnya pembuluh darah.
|
|
Gejala
|
:
|
Muntah dan pendarahan bila
racun tertelan. Bila gas fosfin terhisap timbul rasa nyeri diuluhati ,
kejang.
|
|
Pertolongan
|
:
|
Minumkan setengah liter air soda (3-5 %) untuk menetralisir asam
lambung. Selanjutnya muntahkan penderita dan atau minumkan larutan garam
dapur. Bila keracunan karena menghisap
gas fosfin maka jauhkan dari sumber petaka.
|
Catatan :
- Secara umum pertolongan pada keracunan hampir sama yaitu :
-
Bila racun tertelan muntahkan
penderita atau beri minum segelas larutan garam
dapur ( 1 sendok makan ).
-
Bila kulit dan mata terkena
cuci dengan air.
- Sedangkan bila penderita tidak sadar tidak boleh memuntahkan / memberi minum sesuatu.
- Apabila pernafasan penderita terhenti; bagi yang terlatih dapat memberikan pertolongan dengan pernafasan buatan.
- Semua pertolongan pertama pertama tadi hanya sementara, maka sesudahnya harus segera dibawa ke dokter atau puskesmas.
Comments