HIPERTENSI DAN KEHAMILAN

Diterjemahkan
dari
Hypertension
and Pregnancy
Sinonim dan kata kunci
PIH (Pregnanced Induced Hypertension),
preeklampsia, hiperpiesis, hiperpiesia, tekanan darah tinggi, hipertensi pada
masa kehamilan, hipertensi kronis, preeklampsia-eklampsia, preeklampsia pada
hipertensi kronis, transien hipertensi pada kehamilan, hipertensi kronis pada
masa akhir kehamilan.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Hipertensi merupakan permasalahan medis yang umum terjadi pada saat
kehamilan, 2 – 3% dari kehamilan
bermasalah secara serius dengan hipertensi. Permasalahan hipertensi ini
dikelompokan dalam 4 kategori, sebagaimana direkomendasikan oleh The National Blood Pressure Education
Program Working Group on High Blood Pressure Pregnancy yaitu: hipertensi kronis,
preeklampsia-eklampsia, preklampsia karena
hipertensi kronis, dan hipertensi transien pada wanita hamil (hipertensi
singkat pada masa kehamilan atau hipertensi kronis yang muncul pada masa akhir
kehamilan). Terminologi ini lebih disukai pada masa lalu tetapi digunakan
secara luas pada Pregnancy Induced
Hypertension (hipertensi yang disebabkan oleh kehamilan) karena istilah ini
lebih tepat.
Hipertensi kronis didefiniskan sebagai tekanan darah yang melebihi 140/90
mm Hg sebelum kehamilan atau sebelum kandungan berusia 20 minggu. Ketika
pertama kali hipertensi diketahui pada wanita hamil dan kehamilannya tidak
kurang dari 20 minggu, biasanya hasil evaluasi tekanan darah ini menunjukkan
adanya hipertensi kronis. Berbeda dengan penetapan baru yang mengkaji tekanan
darah setelah kehamilan berumur 20 minggu menunjuk kepada adanya preeklampsia.
Preeklampsia terjadi hampir 5% dari seluruh kehamilan, 10% terjadi pada
kehamilan pertama dan 20 – 25% terjadi pada wanita yang memiliki riwayat pernah
mengalami hipertensi. Kelainan hipertensi pada masa kehamilan dapat menyebabkan
kematian ibu dan janin dan hal ini
merupakan penyebab utama kematian ibu.
Patofisiologi
·
Hipertensi Kronis
Hipertensi kronis merupakan kelainan utama yang dialami
oleh 90-95 % kasus.
·
Preeklampsia
Meskipun kepastian mekanisme patofisiologi susah
dipahami, preeklampsia dapat diartikan sebagai kelainan dari fungsi endotelial
dengan vasospasme. Dalam beberapa kasus, hasil kerja mikroskop menunjukkan
bukti kurang berkaitan dengan abnormalitas seperti pada trombosis plasenta
difus, peradangan plasenta vasculopati desidual dan atau invasi abnormal
tropoblastik dari endometrium. Hubungan ini menunjukkan bahwa perkembangan yang
abnormal pada plasenta atau kerusakan plasenta oleh difusi mikrotrombosis mungkin merupakan penyebab utama dari gangguan
perkembangan ini.
Ada juga bukti yang menunjukkan bahwa perubahan respon
imun pada fetal/jaringan plasenta dapat menyebabkan terjadinya preeklampsia.
Disfungsi endotelial secara luas bisa terjadi pada wanita hamil yang disebabkan
oleh disfungsi dari sistem-sistem alat
tubuh, termasuk di dalamnya antara lain
saraf pusat, hati, paru-paru, ginjal dan sistem
perdarahan. Kerusakan endotelial menjadikan kerusakan pada pembuluh
kapiler yang dapat dilihat pada pertambahan berat badan yang cepat, edema pada
muka atau tangan, edema paru-paru dan atau tingkat hemoglobin darah. Pada saat
plasenta dinyatakan tidak sehat, hal ini dapat berpengaruh pada janin karena
dapat menjadikan penurunan aliran darah dari rahim ke plasenta.
Penurunan perfusi ini dapat terlihat
secara klinis seperti kurang jelasnya detak jantung janin, skor yang rendah pada
profil biofisik, oligohidramnion, dan pertumbuhan janin yang lambat untuk
kasus-kasus yang berat.
Hipertensi yang terjadi pada preeklampsia menjadikan
vasospasme, dengan penyempitan
pembuluh arteri dan secara umum menghambat volume intravaskular bila dibandingkan dengan perkembangan
kehamilan yang normal. Secara umum, sistem vaskular tubuh dari wanita hamil
menunjukkan adanya penurunan kemampuan bereaksi pada vasoaktif peptida seperti pada angiotensin II dan epinephrine. Wanita yang mengalami
preeklampsia menunjukkan hiperresponsifitas pada hormon-hormon itu; tekanan
darahnya labil, dan siklus nomal ritme tekanan darahnya bisa tidak mengalami
perbedaan yang tajam atau sebaliknya.
·
Hipertensi Transien
(sementara)
Hipertensi transien menunjuk pada hipertensi yang terjadi
akhir kehamilan tanpa adanya tanda-tanda preeklampsia dan tekanan darahnya juga
normal pada masa postpartum. Patofisiologi hipertensi transien tidak diketahui,
tetapi hal ini dapat menjadikan hipertensi dikemudian hari.
Frekuensi
Di Amerika Serikat : hipertensi kronis
terjadi pada wanita masa subur lebih dari 22%
yang disebabkan oleh hal-hal yang terkait dengan usia, ras dan index
masa tubuh. Komplikasi hipertensi kronis terjadi anatara 1 - 5 % dari
kehamilan.
Komplikasi preeklampsia terjadi sekitar 5% dari seluruh kehamilan, 10%
terjadi pada kehamilan pertama dan sekitar 20% kehamilan yang terjadi disertai
dengan riwayat hipertensi kronis.
Mortalitas/morbiditas
Kelainan hipertensi pada kehamilan merupakan penyebab ketiga kematian ibu
setelah tromboemboli dan luka nonobstetrik.
Tekanan darah diastolik yang leih besar dari 110 mm Hg pada ibu hamil dapat
meningkatkan resiko abnormalitas plasenta dan pertumbuhan janin yang yang
mengalami keterbatasan atau keterlambatan, dan menyebabkan kelainan preeklampsia yang menjadi penyebab utama kematian karena
hipertensi selama kehamilan. Ibu yang mengalami komplikasi yang berat yang
terkait dengan kejang eklampsia, intracerebral
hemorrhage, edema paru yang menunjukkan kebocoran pembuluh kapiler atau
disfungsi myocardial, gagal ginjal akut yang menunjukkan adanya vasospasme,
proteinuria yang lebih dari 4-5 g/hari,
pembengkakan hati baik yang disertai dengan disfungsi liver ataupun yang
tidak, disseminated intravascular
coagulation (DIC) dan atau pada penggunaan koagulopati (jarang). Penggunaan
koagulopati biasanya berkaitan dengan perkembangan yang tidak diharapkan dari
plasenta dan hal ini menunjukkan manifestasi preeklampsia.
Komplikasi pada janin meliputi keabnormalan plasenta, pertumbuhan
intrauterin yang terhambat, kelahiran prematur, dan kematian janin di rahim.
Ras
Wanita dari ras kulit hitam memiliki resiko mengalami komplikasi
preeklampsia yang lebih tinggi pada kehamilannya bila dibandingkan dengan ras
yang lain, intinya mereka memiliki kecenderungan mengalami hipertensi kronis.
Diantara wanita yang berusia 30 – 39 tahun, hipertensi kronis terjadi 22,3% pada
orang berkulit hitam, 4,6% pada orang
berkulit putih, dan 6,2% pada Amerika Meksiko. Pada wanita hispanik secara umum
mereka memiliki tingkat tekanan darah yang sama atau lebih rendah dari mereka
yang non hispanik yang berkulit putih.
Usia
Preeklampsia lebih banyak terjadi pada ibu-ibu yang berusia ekstrim kurang
dari 18 tahun atau lebih dari 35
tahun. Peningkatan prevalensi terjadinya
hipertensi kronis pada wanita yang berumur lebih dari 35 tahun dapat
menjelaskan terjadinya peningkatan
preeklampsia pada mereka yang lebih tua.
KLINIS
Riwayat Kesehatan
Kadang-kadang, ada sebuah tantangan untuk penetapan tingkat tekanan darah sebagai
penyebab hipertensi kronis atau preeklampsia yang terjadi selama kehamilan.
Karakteristik klinis seperti riwayat
kesehatan, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium digunakan untuk
membantu mendapatkan kepastian diagnosis.
·
Umur Kehamilan
-
Hipertensi yang terjadi sebelum kehamilan berusia 20
minggu hampir selalu menjadikan hipertensi kronis, preeklampsia jarang terjadi
sebelum trimester ketiga.
-
Kriteria baru pada buruknya hipertensi yang terjadi
setelah kandungan berusia 20 minggu, seyogyanya menjadikan kita lebih
berhati-hati dalam menilai manifestasi preeklampsia.
-
Diagnosis yang menunjukkan adanya hipertensi yang berat
atau preeklampsia pada trimester pertama atau awal trimester kedua membutuhkan
perhatian yang khusus pada penyakit
tropoblastik pada kandungan dan atau kehamilan mola.
-
Wanita yang didiagnosa
mengalami preeklampsia berat atau ringan (pada trimester kedua atau awal
trimester ketiga) memiliki prevalensi yang lebih tinggi akan terjadinya thrombophilia,
walaupun belum ada pengkajian yang menunjukkan bahwa pengendalian antikoagulan pada
sebagian masa kehamilan menurunkan resiko terjadinya preeklampsia.
·
Faktor-faktor maternal yang beresiko menimbulkan preeklampsia
-
Kehamilan pertama
-
Pasangan baru
-
Berusia kurang dari 18 tahun atau lebih dari 35 tahun
-
Riwayat preeklampsia
-
Riwayat preeklampsia pada keluarga hingga pada tingkat
pertama.
-
Ras berkulit hitam
·
Faktor-faktor medis yang beresiko menimbulkan
preeklampsia
-
Hipertensi kronis
-
Hal-hal yang dapat menimbulkan hipertensi kronis seperti
hiperkortisol, hiperaldosteron, pheochtomocytoma
atau stenosis artery ginjal
-
Gejala awal diabetes (tipe 1 atau tipe 2), khususnya bagi
mereka yang mengalami penyakit pembuluh darah mikro.
-
Penyakit ginjal.
-
Systemic
Lupus Erythematosus (SLE)
-
Kelebihan berat badan (obesitas)
-
Thrombophilia
·
Faktor-faktor dari kandungan yang dapat menimbulkan
preeklampsia
-
Mengandung lebih dari satu janin
-
Hidrofetalis
-
Penyakit trophoblastik kandungan
-
Triploidi.
·
Gejala-gejala preeklampsia
-
Gangguan penglihatan yang merupakan tanda preeklampsia
yaitu scintillasi dan scotomata. Gangguan ini diduga karena adanya vasospasme pada cerebral.
-
Sakit kepala merupakan tanda baru yang dimasukan, baik
sakit kepala pada bagian depan, kepala
terasa berputar, atau sakit kepala yang seperti migraine. Meskipun belum ada
sakit kepala yang secara khusus menunjukkan adanya preeklampsia
-
Sakit pada bagian dalam perut yang terjadi karena
pembengkakan hati dan inflamasi, yang menekan liver. Sakit ini mungkin datang
tiba-tiba, rasa sakitnya tetap atau awalnya ringan kemudian meningkat pada
sakit yang berat.
-
Cukup banyak yang terjadi edema pada kehamilan yang
normal namun apabila secara cepat
meningkat atau adanya edema nondependen mungkin ini menunjukkan adanya
perkembangan preeklampsia. Meskipun tanda ini masih menimbulkan adanya
kontroversi dan saat ini mulai dibuang dari kriteria yang paling banyak
digunakan untuk mendiagnosis preeklampsia.
-
Peningkatan berat badan yang cepat sebagai hasil dari
edema yang menjadikan kebocoran pembuluh kapiler seperti pada adanya retensi cairan
dan sodium pada ginjal.
Pemeriksaan Fisik
·
Pemeriksaan fisik pada preeklampsia ditemukan
-
Tekanan darah
§ Ukur
tekanan darah dengan posisi duduk, dan tangan ditekuk setinggi jantung. Adanya penekanan penekanan vena cava inferior
oleh gravid uterus ketika pasien terlentang,
hasil yang diperoleh dapat berada dibawah standar normal. Tekanan darah diukur pada bagian kiri dengan posisi yang sama dengan ketinggian jantung hal ini untuk
menghindari adanya perbedaan hasil
karena perbedaan posisi
§ Biarkan
ibu hamil untuk duduk tenang selama 5 – 10 menit sebelum pengukuran tekanan
darah.
§ Catat suara Korotkoff I (suara I) dan V (hilangnya
suara) untuk menentukan tekanan darah sistolik
(SBP) dan (DBP), kurang lebih 5%
dari wanita, ada perbedaan yang luar biasa antara yang suara IV dan yang suara
V yang mendekati nol. Pada kondisi ini buat catatan dari suara yang ada (misalnya
S I = 120 S IV = 80 S V = 40)
§ SBP wanita
hamil yang lebih dari 160 mm Hg atau DBP yang lebih dari 110 mm Hg
dianggap memiliki penyakit yang serius,
terkait dengan kelahiran.
-
Vasospasme pada retina menunjukkan tingkat yang berat
dari penyakit ibu, dalam kaitannya dengan kelahiran.
-
Edema pada retina diketahui sebagai bukti adanya
kerusakan yang serius pada retina. Hal ini
muncul karena adanya perbedaan pandangan apabila makula bekerja.
Pengalaman penulis kondisi ini pada umumnya dapat ditanggulangi termasuk yang
berkaitan dengan kelahiran.
-
Cek quadran kanan atas (RUQ=Right Upper Quadran) pada
perut apabila terasa keras hal ini dapat terjadi karena adanya pembengkakan
liver dan penekanan kapsular. Berkaitan dengan kelahiran.
-
Cepat atau hiperaktif,
refleksis merupakan kejadian yang umum pada saat hamil, tetapi kalau
berlebihan menunjukkan tanda adanya iritabilitas neuromuskular.
-
Diantara wanita hamil, 30% memiliki edema yang tidak
ekstrim pada sebagian masa kehamilannya. Perlu diperhatian pada perubahan yang
tiba-tiba dari edema dependen, edema pada daerah nondependen seperti wajah dan
tangan atau peningkatan perat badan yang cepat
yang dapat disebabkan oleh proses patologik dan perlu pengkajian lebih
lanjut.
·
Tanda-tanda sekuder secara medik dari hipertensi kronis
-
Centripetal
obesity, buffalo hump dan atau wide
purple abdomial striae menunjukkan adanya glukokorticoid.
-
Suara bising sistolik pada abdomen atau panggul
menunjukkan stenosis arteri ginjal.
-
Kelambatan pada radiofemoral atau tidak adanya denyut di ekstremitas
bawah dan sangat jelas pada ekstremitas atas menunjukkan adanya coarctation pada aorta.
-
Tanda-tanda klinik mungkin akan ditunjukkan dengan adanya
hipertiroid, hipotiroid atau adanya hormon pertumbuhan yang berlebihan.
·
Tanda-tanda kerusakan organ karena hipertensi kronis
-
S IV pada auskultasi jantung merupakan hal yang tidak
normal ditemukan pada kehamilan. Hal ini menunjukkan adanya hipertrofi ventrikel
kiri atau adanya kelainan diastolik yang terjadi pada preeklampsia yang
selanjutnya dapat menjadikan vasospasme. Meskipun melalui studi pada
phonocardiografik yang diperoleh hasil S
III merupakan hal umum yang terjadi pada kehamilan yang normal, penulis
menemukan adanya permasalahan kebidanan
yang tidak mendukung timbulnya preeklampsia yang dihubungan dengan penemuan –
penemuan patologis pada gallop Jamtung.
-
Hilangnya denyut distal menunjuk pada adanya kerusakan
pembuluh darah.
-
Perubahan retina menunjukkan adanya hipertensi kronis.
-
Bruits
carotid.
Penyebab
·
Hipertensi kronis
-
Hipertensi kronis dianggap penting
oleh sebagian besar orang 90%
sedang bagi yang lain dianggap tidak
penting dalam menetapkan sebagai kelainan, contoh penyakit parenkim
ginjal (seperti : ginjal polikistik, glomerular atau penyakit interstitial)
penyakit vaskular pada ginjal (stenosis
arteri ginjal, displasia fibromuskular) kelainan endokrin (seperti kelebihan
adrenokortikosteroid atau mineral kortikoid, feokromositoma hipertiroid atau
hipotiroid, kelebihan hormon pertumbuhan, hiperparatiroid) coarctasi aorta atau penggunaan kontrasepsi oral.
-
Kira-kira 20 – 25% dari wanita yang mengalami hipertensi kronis
berkembang menjadi preeklampsia selama kehamilan.
·
Preeklampsia
-
Penyebab pastinya belum diketahui
-
Penyebaran yang cepat dari disfungsi endotelial sangat
berkaitan dengan pengaruh maternal dan berpotensi menimbulkan disfungsi pada
sistem-sistem organ, meliputi otak, hati, paru-paru, ginjal, dan sistem
perdarahan. Kerusakan endotelial mengarahkan pada kebocoran pembuluh kapiler
yang dapat muncul pada pertambahan berat badan ibu yang cepat, edema pada muka
dan tangan, edema pada paru, dan atau hemo konsentrasi yang pada hemoglobin
yang lebih tinggi dari 12 g/dL atau kreatin yang lebih besar dari 0.8 mg/dL.
Biopsi ginjal menunjukkan endoteliosis glomerular hal ini berkaitan dengan
proteinuria yang meningkat lebih dari 300 mg selama 24 jam.
-
Pengaruh pada plasenta termasuk trombosis in situ dan
vasculopati yang dapat berpengaruh pada janin karena menjadikan penurunan
aliran darah utero-placenta. Penurunan aliran ini dapat memberikan tanda secara
klinik seperti tidak terukurnya denyut jantung janin, skor yang rendah pada profil
biofisik, oligohidramnion hingga pada kasus yang parah yaitu pertumbuhan janin
yang terhambat.
DIAGNOSIS BANDING
Antiphospholipid Antibody Syndrome and Pregnancy
Antithrombin Deficiency
Aortic Coarctation
Autoimmune Thyroid Disease and Pregnancy
Cardiomyopathy, Peripartum
Common Pregnancy Complaints and Questions
Cushing Syndrome
Diabetes Mellitus and Pregnancy
Disseminated Intravascular Coagulation
Eklampsia
Encephalopathy, Hypertensive
Evaluation of Fetal Death
Evaluation of Gestation
Fetal Growth Restriction
Gastrointestinal Disease and Pregnancy
Glomerulonephritis, Acute
Glomerulonephritis, Chronic
Graves Disease
Hashimoto Thyroiditis
Hematologic Disease and Pregnancy
Hemolytic‑Urermc Syndrome
Hydatidiform Mole
Hyperaldosteronism, Primary
Hyperparathyroidism
Hypertension
Hypertension, Malignant
Hyperthyroidism
Hypothyroidism,
Nephrotic Syndrome
Normal Labor and Delivery
Preeklampsia (Toxemia of Pregnancy)
Protein C Deficiency
Protein S Deficiency
Pulmonary Disease and Pregnancy
Systemic Lupus Erythematosus
Systemic Lupus Erythematosus and Pregnancy
Teratology and DrLw, Use During Pregmancy
Thrombotic Thrombocytopenic Purpura
Permasalahan lain yang terkait
Menilai keberadaan janin
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Laboratorium
·
Uji laboratorium digunakan untuk menguji hipertensi kronis
termasuk didalamnya pengujian untuk mengetahui kerusakan organ, dan
faktor-faktor potensial yang dapat menyebabkan hipertensi serta faktor-faktor
resiko yang lain.
-
Analisis urine, penghitungan CBC, serum sodium, potasium,
kreatinin serta tingkat glukosa (adanya tingkat yang tinggi pada progesteron
dan antagonis aldosteron selama kehamilan normal dapat menggambarkan adanya
hipokalemia dari hiperaldosteron)
-
Pengujian tambahan seperti pada creatinin clearance, mikroalbuminuria, proteinuria selama 24 jam, kalsium
serum, asam urat, glycosylated hemoglobin,
and thyroid‑stimulating hormone
(TSH),
-
Serum lipid (contoh, cholesterol total, high‑density
lipoprotein [HDL], low‑density lipoprotein [LDL], trigliserid) diperkirakan
meningkat selama masa kehamilan, sehingga akan diperoleh hasil pengukuran yang
berbeda hingga periode pospartum.
-
Peningkatan tingkat kortikosteroid endogenus selama kehamilan
yang normal menjadi sulit untuk didiagnosa sebagai hipertensi sekunder karena
kelebihan hormon.
·
Tes rutin perlu dilakukan ketika menguji pasien
preeklampsia meliputi perhitungan CBC,
elektrolit, BUN, kreatinin, enzim di liver dan bilirubin, serta
proteinuria.
-
Penghitungan CBC
§ Pada kasus yang menunjukkan hasil perhitungan trombosit
kurang dari 150,000/t L, 75% dapat mengalami dilusional thrombosytopenia pada saat hamil, 24% menunjukkan
preeklampsia, dan kira-kira 1% dari kasus yang ada menunjukkan kelainan trombosit
yang tidak berkaitan dengan kehamilan. Hasil perhitungan yang kurang dari
100,000/t L diduga preeklampsia.
§ Tingkat hemoglobin
yang lebih besar dari 13 g/dL menunjukkan adanya hemokonsentrasi. Tingkat yang rendah menunjukan
adanya hemolisis mikroangiopati.
-
Analisis urine dapat digunakan untuk screening
proteinuria. Trace levels hingga +1 proteinuria dapat diterima, tetapi pada
tingkat +2 atau lebih besar berarti
tidak normal dan seyogyanya menggunakan urine yang telah diendapkan selama 24
jam.
-
Serum kreatinin umumnya kurang dari 0.8 mg/diL selama
kehamilan, tingkat yang lebih tinggi diduga ada kontraksi volume intravaskular
atau adanya keterlibatan ginjal dalam preeklampsia.
-
Serum asam urat pada tingkat yang lebih dari 5 mg/dL
adalah tidak normal hal ini cukup berarti tetapi tidak secara spesifik
menandakan adanya disfungsi tubular
preeklampsia.
-
Peningkatan transaminasi
hepatic mungkin menunjukan keterlibatan
hepar dalam preeklampsia dan
mungkin terjadi nyeri epigastrik/RUQ.
-
Kumpulan urine selama 24 jam, cakupan pembuangan protein pada
masa kehamilan, yaitu sekitar 300 mg/hari. Abnormal bila melebihi dari angka
tersebut dan hal itu menunjukkan keterlibatan ginjal pada preeklampsia.
Peningkatan clearing creatinin pada
tingkat 50% selama kehamilan, dan bila pada tingkat dibawah 100 mL/min
menunjukkan adanya kelainan fungsi ginjal kronik atau preeklampsia.
-
Pengujian apusan darah tepi untuk membuktikan microangiopathic hemolysis dan trombositopenia.
Penguji secara mudah dapat mendeteksi adanya fragmen sel darah merah (RBC),
jadi hasil laboratorium dapat digunakan untuk mendiagnosis secara cepat.
Keberadaan fragmen RBC dapat menunjukkan adanya microangiopathic hemolysis. Dapat juga menunjukkan hal-hal yang
terkait dengan Hemolytic Uremic Syndrome
(HUS), Thrombotic Thrombocytopenic Purpura
(TTP), dan HELLP syndrome (hemolysis,
elevated liver enzymes, and low trombosit [count]). Dalam hal ini,
konsultasikan dengan hematologist untuk menguji
hal-hal yang dibutuhkan untuk pengujian plasmapheresis.
-
Prothrombin
Time (PT) dan atau international normalized ratio (INR) dan atau activated Partial Prothrombin Time (aPTT) hasilnya
dapat menunjukkan penggunaan koagulopati dan DIC yang menyebabkan preeklampsia
berat. Pengujian PT/INR/aPTT tidak dibutuhkan tanda adanya abnormalitas kerja
liver atau trombositopeni.
-
Nilai abnormal dari Lactate
Dehydrogenase (LDH), bilirubin, haptoglobin,
fibrinogen, and D‑dimers mungkin
menunjukkan adanya hemolisis dan DIC, selama pengujian koagulasi. Memeriksakan
LDH, bilirubin, haptoglobin, fibrinogen, and D‑dimers tidak penting kecuali kalau PT/INR/aPTT hasilnya menunjukkan abnormal,
adanya trombositopeni, atau level hemoglobin turun.
Pemeriksaan Radiologi
·
Pemeriksaan pencitraan seyogyanya tidak diterapkan pada
pasien yang tidak stabil dan seyogyanya segera dilakukan pada wanita untuk
mengetahui apakah dia terkena
preeklampsia berat atau eklampsia.
·
Kejang yang baru terjadi pada kehamilan, untuk menunjukkan
preeklampsia-eklampsia, namun hendaknya
tidak diterapkan pada mereka yang mengalami kelainan neurologi. Tes yang
terkait dengan pengujian eklampsia meliputi semua yang disarankan untuk menguji
preeklampsia.
·
Penggunaan radiograf untuk dada.
-
Penggunaan Radiograf untuk mengkaji edema paru. Dalam
kaitannya dengan dispnea atau hipoxia
yang terjadi pada wanita hamil.
-
Pemaparan radiasi positif pada janin dengan suatu alat radiograf
dada dengan pelindung untuk bagian abdomen dengan kekuatan radiasi 0,001 rads.
Belum ada ukuran yang menyatakan benar-benar aman penggunaan radiasi selama
kehamilan, umumnya digunakan ukuran kumulatif hingga 5 rads selama kehamilan
(seyogyanya penggunaan radiograf dada dicoba terlebih dahulu pada 5000 wanita untuk
mendapatkan titik aman)
·
CT scan pada otak
-
Penggunaan CT Scan untuk mengetahui pendarahan cerebral
dalam kaitan untuk menentukan kejang, sakit kepala yang berat, atau untuk
menguji tingkat kesadaran. Pemaparan radiasi pada janin dengan menggunakan
pelindung untuk daerah abdomen dapat dikatakan aman sepanjang tidak melebihi 5
rad. CT Scan dapat juga digunakan
untuk mengetahui lesi.
-
Pada wanita yang mengalami preeklampsia ditemukan daerah
bilateral hipoden atau yang dikenal dengan infarct
venoes, dalam daerah oksipital dan parietal. Pada daerah-daerah itu menunjukkan pusat dan
merupakan area yang reversibel terkena edema sebagai hasil dari kebocoran pada
pembuluh kapiler atau karena aliran pembuluh darah yang tidak tepat pada daerah
itu. Secara umum proses pada daerah ini tidak menunjukkan adanya gejala.
·
MRI Otak
-
MRI dapat digunakan
untuk mengevaluasi abnormalitas cortex serebral (seperti, edema, infark,
hemorrhage) pada wanita yang mengalami preeklampsia dengan gannguan penglihatan
yang berat, kejang atau perubahan status mental. MRI lebih sensitif bila
dibandingkan dengan CT Scan dalam
mendeteksi abnormalitas pada cortek cerebral tetapi kurang berguna dalam
pendeteksian hemorrhage cerebral.
-
Sebelum ini pecarian preeklampsia pada image ditimbang (T2) yaitu pada spot cerah
yang menunjukkan adanya edema. Diperoleh hasil yang sama pada obyek yang
berbeda ketika seorang wanita yang tidak
hamil tetapi mengalami encephalopathy hypertensive.
-
Venografi
resonansi magnetik, juga dapat menunjukan sinus trombosis pada venous
cerebral.
·
Penggunaan USG atau
CT scan pada liver untuk menguji hemorrhage
subcapsular atau infark dalam rangka menguji adanya RUQ yang berat atau
untuk mengetahui tingkat transaminase
hepatic.
·
Batasan echocardiografi adalah untuk mengevaluasi adanya
hipertrofi ventrkel kiri (LVH)
Pemeriksaan Lain
·
Pengunaan 12 lead ECG untuk mengevaluasi hipertensi kronis
·
Electroencephalogram
-
EEG dapat memberikan indikasi yang dapat digunakan untuk
mengevaluasi perubahan aktivitas pada saat ini, mempertahankan tingkat
kesadaran atau merubah status mental.
-
Terkait dengan eklampsia, EEG menunjukkan aktivitas
epileptiform. Secara umum tes
menunjukkan adanya difusi nonspesifik yang lambat, yang muncul pada saat
beberapa minggu setelah persalinan.
·
Monitoring Janin
-
Monitoring janin secara langsung dibawah pengawasan
dokter kandungan sangat penting bagi wanita yang mengalami preeklampsia. Preeklampsia
adalah suatu penyakit dari plasenta. Ketika plasenta dipengaruhi, hipoperfusion
janin dapat terjadi, yang pada awalnya bermanifestasi sebagai penurunan
tingkatan cairan amnion (oligohidramnion), pembatasan pertumbuhan janin, dan
kematian janin di dalam kandungan sebagai konsekuensi dari insuffisiensi placenta.
Perhatian terhadap janin mungkin merupakan suatu indikasi untuk persalinan
wanita dengan preeklampsia ringan. Dalam hal ini, penilaian terhadap janin dilakukan
dua kali seminggu. Dokter kandungan biasanya mengubah suatu profil biofisik
dengan nonstress test terhadap janin untuk menilai kesehatan janin. Dalam hal
ini, penulis bekerja sama dengan perinatologist.
-
Pelacakan denyut jantung janin berguna untuk menentukan
perfusi utero-placental.
-
Pada wanita pengidap hipertensi kronis perlu kiranya
dibuat catatan perkembangan janin dengan dilakukan USG janin pada umur 18
mingu. Selanjutnya bila perlu dilakukan USG lagi secara berkelanjutan.
Pemeriksaan Histologi
Ditemukan disfungsi endotelial dan vasospasme pada
preeklampsia berpengaruh pada berbagai bagian dari tubuh, yang meliputi otak,
ginjal, liver, paru-paru, jantung dan plasenta pada ibu. Patologi dapat menunjukkan daerah edema, microinfarksi,
dan microhemorrhage pada organ-organ yang terkena pengaruhnya. Secara umum plasenta
menunjukkan ketidak sempurnaan arteri pada lapisan desisual, yang merupakan
penyebab patogenesis dari preeklampsia. Ginjal menunjukkan adanya endotheliasis
glomerular, kadang menujukkan adanya necrosis tubular akut (ATN) atau necrosis
cortikal.
TERAPI
Perawatan Medis
Meskipun resiko utama dari hipertensi kronis pada kehamilan berkembang pada
superimposed preeklampsia, belum ada bukti yang menunjukkan bahwa perawatan
secara farmakologi pada hipertensi yang ringan dapat menekan munculnya
preeklampsia pada para penderita hipertensi.
·
Pada kehamilan yang normal, rata-rata tekanan pembuluh
arterinya menurun 10 – 15 mm Hg atau lebih pada bagian pertama dari masa
kehamilan. Sebagian besar pada wanita dengan hipertensi kronis ringan (misal
SBP 140 – 160 mm Hg, DBP 90 – 100 Hg) mengalami kondisi yang sama yaitu
penurunan tekanan darah dan rasanya tidak diperlukan pengobatan selama periode
ini. Namun apabila DBP lebih tinggi dari 110 mm Hg akan terkait dengan meningkatnya
resiko kelainan plasenta dan hambatan pertumbuhan janin dalam rahim. Oleh
karena itu pasien perlu perawatan dengan terapi antihipersensitif jika SBP
lebih dari 160 mm Hg atau DBP lebih dari 100 mm HG.
·
Ada tiga pilihan perawatan untuk kasus hipertensi kronis
ringan pada saat hamil.
-
Obat anti hipertensi dapat digunanakan atau tanpa
penggunaan obat, dengan pengamatan yang akurat pada tekanan darah. Karena
umumnya tekanan darah akan menurun selama kehamilan dan tidak ada yang
mendukung penggunaan obat-obatan pada pasien dengan tekanan darah yang kurang
dari 160/100 mm Hg, maka penulis menyarankan pilihan ini paling baik digunakan pada
mereka.
-
Apabila obat-obatan yang diberikan dalam perawatan semula
tidak diperuntukan untuk wanita hamil maka harus diganti dengan yang cocok
untuk wanita hamil.
-
Apabila obat-obatan yang diberikan dalam perawatan sudah
cocok untuk wanita hamil maka teruskan terapi yang sedang dilakukan.
·
Pada wanita dengan hipertensi kronis pada trimester pertama
perlu dilakukan pemeriksaan lanoratorium pada : CBC, elektrolit, BUN, kreatinin,
enzym liver, proteinuria, dan pada urine yang telah diendapkan selama 24 jam
yang mengetahui adanya kreatinin dan ekskresi protein. Hasil pengkajian ini
akan dapat dipergunakan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan apabila
kemudian muncul adanya superimposed preeklampsia.
·
Pengamatan yang teliti pada wanita dengan hipertensi kronis
pada masa kehamilan untuk mengetahui perkembangan yang memburuk dari hipertensi
atau perkembangan kearah preeklampsia (resikonya sekitar 20%). Ulangi uji
laboratorium untuk memastikan adanya preeklampsia jika pasien hipertensi kronis
menujukkan adanya tanda-tanda perkembangan atau gejala-gejala dari
preeklampsia.
·
Rujuk ke rumah sakit pada wanita yang diduga mengalami
preeklampsia untuk diobvervasi secara mendetail. Apabila didiagnosa
preeklampsia, kelahiran bayi tetap diserahkan pada keinginan ibunya.
Hambatan-hambatan pada kelahiran dapat menjadikan ketidak pastian tentang
diagnosa yang telah dilakukan atau kelahiran janin yang belum matang. Apabila
preeklampsia terjadi pada masa kehamilan antara 34 hingga 36 minggu hendaknya
selalu diusahakan agar masa kehamilan dapat diperpanjang untuk memberi
kesempatan pada janin agar tumbuh hingga siap lahir. Amati keduanya yaitu ibu
dan janinnya secara teliti jika masa kehamilan diperpanjang. Lakukan testing
janin setidaknya 2 kali seminggu, gunakan kombinasi profil biopsi dan cara lain
yang tidak menimbulkan stress dengan pengawasan dari ahli kebidanan.
Persiapkanlah segala sesuatu yang berkaitan dengan kelahiran apabila ada
permasalahan pada ibu ataupun janinnya sesuai dengan kondisinya.
Konsultasi
·
Ahli kebidanan seyogyanya mengikuti perkembangan kasus
wanita hamil dengan hipertensi kronis; arahkan mereka yang mengalami hipertensi
kronis pada tingkat sedang dan berat kepada ahli penyakit dalam yang
bepengalaman (dokter spesialis kebidanan) spesialis medis atau spesialis
pengobatan untuk ibu dan janin (perinatologis)
·
Konsultasi dengan
bagian penyakit dalam akan berguna untuk merawat wanita dengan hipertensi kronis
agar tidak terjadi hal-hal lanjutan yang tidak diinginkan misalnya kerusakan
organ karena wanita yang menderita preeklampsia akan diikuti dengan kerusakan
organ secara signifikan.
-
Mendiagnosa timbulnya kondisi lebih lanjut yang tidak
diinginkan merupakan hal yang sukar.
-
Meskipun tidak sepenuhnya merupakan kontraindikasi, scan pada
captopril ginjal yang menggunakan isotop radioaktif umumnya ditunda pada
periode postpartum.
-
Hiperkorticolis dan hiperaldosteronis sulit didiagnosa
selama masa kehamilan dalam kaitannya dengan meningkatnya progesteron dan
peningkatan yang normal pada pengeluaran cortisol endogenous.
Diet
Bermacam-macam diet yang berupa perlakuan khusus telah ditemukan
menunjukkan pengaruh pada pencegahan preeklampsia (lihat pada pencegahan) tetapi tidak untuk pengaruh-pengaruh yang
lain.
Aktifitas
Wanita dengan hipertensi yang memburuk pada masa kehamilan biasanya disarankan
untuk istirahat atau aktifitasnya dibatasi, meskipun belum ada bukti ilmiah
yang menggambarkan bahwa hal ini akan berarti dalam memperpanjang masa
kehamilan atau menekan tingkat kematian ibu ataupun janin.
Wanita
dengan hipertensi dan diduga mengalami preeklampsia umumnya diarahkan untuk
dilakukan observasi dan pengamatan yang
teliti. Seluruh pengamatan yang dilakukan sebelum menetapkan preeklampsia harus
dilakukan secara mendalam apakah itu di rumah sakit ataupun pengamatan menyeluruh
di rumah dibawah bimbingan ahli kebidanan.
PENGOBATAN
Wanita dengan hipertensi kronis ringan umumnya tidak memerlukan terapi
antihipertensi pada sebagian besar masa kehamilan. Perlakuan dengan
obat-obatan pada hipertensi ringan tidak menutup kemungkinan untuk berkembang
menjadi preeklampsia pada masa kehamilan selanjutnya dan meningkatkan
kemungkinan padanya pengaruh yang jelek baik pada ibu maupun janin. Tetapi jika
tekanan darah ibu melebihi 160/100 mm Hg,
diperlukan penggunaan perlakuan menggunakan obat.
Jika tekanan darah wanita hamil tetap lebih tinggi dari 170 mm Hg pada sistolik
dan atau 110 mm Hg pada distolik pada suatu waktu dapat diturunkan dengan cepat
dengan menggunakan obat penurun hipertensi yang aman bagi ibu. Penggunaan
terapi antikonvulsan untuk preeklampsia berat (profilaksis) atau pada penataan
untuk kejang eklampsia. Terapi yang efektif menggunakan magnesium sulfat, phenytoin sebagai penganti,
meskipun kurang efektif dapat digunakan.
Ingat, kesehatan janin tergantung pada kesehatan ibu, oleh karena itu
gunakanlah obat-obatan yang benar-benar menguntungkan bagi ibu. Badan
pengawasan makanan dan obat Amerika Serikat (FDA) mengkategorikan secara
sederhana obat-obatan yang aman digunakan pada
wanita hamil. Berdasarkan deskripsi FDA banyak balai pengobatan kelas A
hingga D yang menggunakannya “ketika potensi keuntungannya sebanding dengan
potensi resiko yang harus ditanggung”.
Pengobatan yang perlu dihindari selama masa kehamilan meliputi penekan
angiotensin-coverting enzyme (ACE), yang berkaitan dengan disgenesis ginjal
janin atau kematian apabila digunakan pada trimester kedua dan ketiga. ACE
menghambat angiotensin tingkat II akan menurunkan sekresi aldosteron.
Angiotensin II ini juga tidak digunakan pada masa kehamilan karena memiliki
mekanisme kerja yang sama sebagai penghambat ACE.
Kategori
obat:
·
Alpha-adrenergic
inhibitor
Digunakan untuk perawatan hipertensi kronis selama kehamilan. Pada dosis
rendah, alpha-adrenergic receptor blocker
digunakan sebagai perlakuan tunggal untuk perawatan hipertensi. Pada dosis yang
lebih tinggi, akan memungkinkan timbulnya akumulasi sodium dan cairan. Akhirnya
perlu dilakukan terapi diuretik untuk mempertahankan efek hipotensif dari alpha-receptor blockers.
Nama
Obat
|
Methyldopa (Aldomet) – bekerja secara khusus sebagai
antihipertensi banyak digunakan sebagai agen dalam perlakuan pada wanita
hamil yang mengalami hipertensi.
Pengkajian menunjukkan
tidak ada pengaruh yang buruk pada perkembangan kognitif hingga
berusia 7,5 tahun pada anak yang ibunya menggunakan Methyldopa saat ia dalam
kandungan..
|
Dosis
Dewasa
|
250 mg PO bid/tid,
ditingkatkan q2d prn, tidak melebihi 3 g/hari
|
Dosis
Pediatrik
|
10 mg/kg/hari PO dibagi bid/qid, ditingkatkan q2d prn hingga maksimum 65 mg/kg/hari;
tidak melebihi 3 g/hari
|
Kontraindikasi
|
Tercatat hipersensitif pada penyakit liver akut
|
Interaksi
|
Pengaruhnya akan berkurang seiring dengan penggunaan
barbiturates and TCAs, peningkatan tekanan darah
mungkin terjadi bila digunakan
bersamaan dengan suplemen zat besi, MAOIs, sympathomimetics, phenothiazines,
dan beta-blockers
|
Kehamilan
|
B - umumnya aman menguntungkan dan menghindarkan resiko
yang berat .
|
Peringatan
|
Pada keadaan tertentu dapat menyebabkan somnolen dan
mulut kering; 15% dari wanita tidak tahan terhadap dosis yang ditentukan
untuk mengontrol tekanan darah,
perhatian bagi penderita penyakit liver, anemia hemolitik dan bisa menjadikan penyakit liver., kurangi
dosis kalau ada penyakit ginjal
|
·
Beta‑adrenergic
receptor blockers
Dibandingkan dengan beta-adrenergic
agonis yang dapat diperoleh pada beta‑receptor
sites.
Nama
Obat
|
Labetalol (Normodyne, Trandate) – medikasi baris
pertama yang rasional.
Kombinasikan dengan alpha dan beta-adrenergi blocking
agent secara luas telah digunakan pada hipertensi pada wanita hamil. Tidak
dikaitkan dengan pertumbuhan janin yang lambat (tidak seperti pada
beta-blocker yang lain).
Bisa diberikan secara intravena atau oral untuk
menghindari hydralazine pada preeklampsia/eklampsia
|
Dosis
Dewasa
|
100 mg bid;
tidak melebihi 2400 mg/hari
BP>170/110 mm Hg; 20 mg IV bolus; secara khusus untuk dosis 40 mg
diikuti 80 mg IV diberikan dengan interval 10 hingga 20 min untuk mendapatkan
BP yang terkontrol; juga dapat digunakan pada infus dengan 1 mg/kg/h.
|
Dosis
Pediatrik
|
Tidak ditetapkan
|
Kontraindikasi
|
Tercatat hipersensitif pada: syok kardiogenis, edema
paru, bradikardia, atrioventicular block, gagal jantung, jet lag.
|
Interaksi
|
Penurunan pengaruh pada diuretik, meningkatkan
toksisitas methotrexate, lithium, dan salisilat, bisa mengurangi reflek
takikardi karena pengaruh mikro gliserin yang digunakan tanpa memperhatikan
efek hipotensif cimetidine dapat meningkatkan labetalol tekanan darah;
glutethimide dapat menurunkan efek labetalol dengan menimbulkan enzim mikro
somal.
|
Kehamilan
|
C-aman digunakan pada masa kehamilan, tetapi belum dii
tetapkan
|
Peringatan
|
Perhatian pada ketidakharmonisan pada fungsi hepar
terapi dihentikan apabila muncul tanda-tanda disfungsi liver, pada pasien
yang lebih tua, responnya lebih rendah dan kemungkinan adanya toksisitas yang
lebih tinggi perlu diamati
|
Nama
Obat
|
Pindolol (Visken) – Nonsellective beta-blocker dengan
intrinsic sympthomimetic activity (ISA)
|
Dosis
Dewasa
|
5 – 15 mg PO bid
|
Dosis
Pediatrik
|
Tidak ditetapkan
|
Kontraindikasi
|
Tercatat hipersensitif pada penyakit gagal jantung,
bradikardia, syok kardiogenik abnormalitas konduksi AV; asma
|
Interaksi
|
Aluminum salt, barbiturates, NSAIDs, penicillins,
calcium salt, cholestyramine, dan rufampin dapat menurunkan bioavailabilitas
dan tingkatan plasma, kemungkinan
berpengaruh pada penurunan efek
farmakologis; toksisitas kemungkinan meningkat seirng dengan
penggunaan sparfloxacin, phenothiazines, astemizole [sudah ditarik dari
peredaran di Amerika], calcium channel blockers, quinidine, flecainide, dan
kontrasepsi; dapat meningkatkan toksisitas dari digoxin, flecainide, clonidine, epinephrine,
nifedipine, prazosin, verapamil, and lidocaine
|
Kehamilan
|
B - umumnya aman menguntungkan dan menghindarkan resiko
yang berat .
|
Peringatan
|
Perlu perhatian dalam menggunakan beta blocker pada
masa kehamilan, kususnya atenolol, yang
mungkin terkait dengan terhambatnya pertumbuhan janin dalam rahim
(pindolol dan oxprenolol lebih disukai karena resiko yang lebih kecil; tidak
ada kaitan dengan efek negatif yang lain sekalipun masih kurang studi yang
membahas follow up jangka panjang.
|
Nama
Obat
|
Oxprenolol (Apsolox, Trasicor, Captol) – tidak dijual
secara comersial di Amerika. Nonselective beta-blocker dengan ISA
|
Dosis
Dewasa
|
20-80 mg PO bid/tid
|
Dosis
Pediatrik
|
Belum ditetapkan
|
Kontraindikasi
|
Tercatat adanya hipersensitivitas
|
Interaksi
|
Indomethacin menekan pengaruh antihypertensive
oxprenolol; oxprenolol dapat meningkatkan pengaruh ergotamine.
|
Kehamilan
|
C - aman digunakan pada masa hamil walaupun belum
ditetapkan
|
Peringatan
|
Sehubungan dengan penggunaan beta-blockers prescribed
selama kehamilan, khususnya atenolol,
yang mungkin berkaitan dengan
terhambatnya pertumbuhan janin dalam rahim (pindolol dan oxprenolol lebih disukai karenapengaruh
intrinsik ISA dapat mengurangi resiko); tidak ada catatan pengaruh lain dan
belum banyak pengkajian tindak lanjut
dalam jangka panjang.
|
Nama
Obat
|
Metoprolol (Lopressor, Toprol XL) – merupakan agen
baris kedua karena pengaruhnya hampir sama dengan atenolol. Selective beta 1
adrenergic receptor blocker menurunkan kontraksi.
|
Dosis
Dewasa
|
150-400 mg/hari
PO
|
Dosis
Pediatrik
|
Belum ditetapkan
|
Kontraindikasi
|
Catatan tentang
hypersensitivitas, gagal jantung, bradikardia, shok ccardiogenik, abnormalitas konduksi AV.' Asthma
|
Interaksi
|
Aluminum salts, barbiturates, NSAIDs, penicillins,
calciurn salts, cholestyramine, and rifampin dapat menurunkan
bioavallabilitas and tingkat plasma dari metoprolol, kemungkinan
meningkatkan efek farmakologik,
toksisitas dari metoprolol dapat meningkat bila dipergunakan sparfloxacin,
phenothiazines, astemizole [telah ditarik dari pasar di Amerika], calcium
channel blockers, quinidine, flecainide, dan contraceptives., rnetoprolol
mungkin dapat meningkatkan toksisitas digoxin, flecainide, clonidine,
epinephrine, nifedipine, prazosin, verapamil, and lidocame
|
Kehamilan
|
C – aman digunakan pada wanita hamil tetapi belum
ditetapkan
|
Peringatan
|
Beta-adrenergic blockade dapat menekan tanda-tanda and
symptoms dari acute hypoglycemia dan menurunkan tanda-tanda klinis dari hyperthyroidism,. Penolakan yang tidak
diinginkan dan gejala dari hyperthyroidism,
termasuk thyroid storm., pantau pasien
dengan teliti dan hentikan secara
perlahan selama sesuai aturan IV, amati tekanan darahnya ,heart rate, dan ECG
|
Nama
Obat
|
Atenolol (tenormin) – berkaitan dengan keterlambatan
perkembangan janin di rahim apabila digunakan secara tidak beraturan yang
hanya memfokuskan pada upaya mengatasi hipertensi selama kehamilan.
Penggunaan secara selektif dari beta block 1 dengan sedikit pengaruh seperti
pada beta II.
|
Dosis
Dewasa
|
50 – 100 mg/hari PO
|
Dosis
Pediatrik
|
Tidak ditetapkan
|
Kontraindikasi
|
Tercatat adanya hipersensitivitas; kerusakan sekat
jantung, shok kardiogenic, abnormalitas konduksi AV, penyumbatan jantung,
edema paru.
|
Interaksi
|
Penggunaan bersama dengan garam aluminum, barbiturate,
garam kalsium, cholestyramine, NSAIDs, penicillins, dan rifampin dapat
menurunkan pengaruhnya; haloperidol, hydralzine, loop diuretics dan MAOIs
dapat meningkatkan toksisitas atenol
|
Kehamilan
|
D – Tidak aman untuk
wanita hamil.
|
Peringatan
|
Sehubungan dengan penggunaan beta-blockers prescribed
selama kehamilan, khususnya atenolol,
yang mungkin ber-kaitan dengan
terhambatnya pertumbuhan janin dalam rahim; blokade beta-adrenergic
dapat mengurangi gejala dari hipoglicemia akut dan menyamarkan tanda-tanda
hypertiroid; Penghentian yang tiba-tiba dapat memperburuk simptom
hipertiroidisme yang dapat menyebabkan ketidak stabilan tiroid, perlu
dilakukan pemantau yang seksama pada pasien dan penghentian penggunaan obat
secara bertahap
|
·
Calcium
chanel blocker
Menghambat ion calcium pada jalur lambat, tentukan daerah yang sensitive
atau pada vascular otot halus.
Nama
Obat
|
Nifedipine (Adalat, Procardia) – nampaknya anam
digunakan pada kehamilan. Karena ia akan melemaskan otot halus, kadang-kadang
digunakan oleh ahli kebidanan untuk menangani kontraksi awal.
Dihydropyridine calcium chanel blocker. Kecuali
berpengaruh sebagian antihipersensitif melalui reelaksasi dari otot halus
akan menghasilkan vasodilation.
|
Dosis
Dewasa
|
IR cap : 10 – 30 mg PO tid; tidak lebih dari 120 – 180
mg/hari
SR tab : 30 – 60 mg PO qd; tidak lebih dari 90 – 120 mg/hari
BP>170/110 mmHg : 10 mg PO; penggunaan dapat diulang
dalam 30 menit.
|
Dosis
Pediatrik
|
0.25 – 0.5 mg/kg per dose PO tid/qid prn
|
Kontraindikasi
|
Tercatat adanya hipersensitivitas
|
Interaksi
|
Bila digunakan bersama dengan beberapa agen dapat
menurunkan BP, termasuk dengan beta-blocker dan opioids; H2 blocker (contoh
cimetidine) dapat meningkatkan toksisitas; hindarri penggunaan bersama
magnesium karena beresiko munculnya hypotensi (antidote IV calcium gluconate)
|
Kehamilan
|
C – Aman untuk penggunaan selama kehamilan namun belum
dipastikan
|
Peringatan
|
Dapat menyebabkan edema yang sedikit ekstrim, hepatitis
alergik (jarang)
|
·
Centrally
acting alpha-adrenergicagonist
Berkurangnya outflow simpatis, yang mana menyebabkan menurunnya vasomotor
dan denyut jantung.
Nama
Obat
|
Clonidine (Catapres) – Biasanya digunakan sebagai
pilihan ketiga jika obat yang lain tidak memenuhi syarat. Memacu
alpa2-adrenoreceptor pada batang otak, berperan dalam menahan neuron, yang
pada akhirnya menghambat gerak
simpatetik. Efek yang ditimbulkan adalah menurunnya vasomotor dan
perkembangan jantung.
|
Dosis
Dewasa
|
Dimulai dari 0,1 mg PO bid
Diteruskan dengan 0,2 – 1,2 mg/hari bid/qid PO, tidak
melebihi dari 2,4 mg/hari
|
Dosis
Pediatrik
|
Belum ditetatpkan
|
Kontraindikasi
|
Tercatat adanya hipersensitivitas
|
Interaksi
|
TCAs menghambat efek hipotensif dari clonidin,
pengaturan bersama dengan beta blocker berpotensi menimbulkan bradikardia;
tricyclic antidepresan dapat meningkatkan respon hipersensittivitas yang
berkaitan dengan penghentian penggunaan clonidine; analgesik narkotik
meningkatkan efek hipotensi dari clonidine.
|
Kehamilan
|
C – Aman digunakan pada masa kehamilan tetapi belum
dilaporkan
|
Peringatan
|
Perlu perhatian pada penyakit cerebrovascular, pembuluh
koroner yang tidak memadai, disfungsi node sinus dan ginjal yang tidak
berimbang; penghentian yang mendadak akan dapat melonjakan hipertensi.
|
·
Diuretics
Memiliki efek sementara pada volume intravacular yang disebabkan oleh berkurangnya
curah jantung yang ditimbulkan oleh diuresis.
Nama
Obat
|
Hydrochlorothiazide (Esidrix, HydroDIURIL) – jarang
digunakan untuk mengatasi hipertensi pada wanita hamil. Memberikan efek
sementara pada volume intravaskular. Menghambat penyerapan kembali sodium di
distal tubules, meningkatkan ekskresi sodium dan air seperti pada potasium
dan ion hidrogen
|
Dosis
Dewasa
|
25 – 100 mg PO qd; tidak lebih dari 200 mg/kg/hari
|
Dosis
Pediatrik
|
< 6 bulan : 2 – 3 mg/kg/hari PO dibagi bid
>6 bulan : 3 mg/kg/hari PO dibagi bid
|
Kontraindikasi
|
Tercatat adanya hipersensitivitas; anuria, dekompresi
ginjal
|
Interaksi
|
Thiazide dapat menyebabkan antikoagulan, sebagai
antigout agen, dan sulfonylureas; thiazide dapat meningkatkan toksisitas dari
allopurinol, anestetik, antineoplasstik, garam kalsium, loop diuretic,
lithium, diazoxide, digitalis, amphotericin B, sebagai relaxan pada otot
nondepolarizing
|
Kehamilan
|
C – Aman digunakan pada wanita hamil tetapi belum
ditetapkan
|
Peringatan
|
Menghambat terjadinya pembesaran secara fisiologik yang
umum terjadi pada wanita hamil dan menghambat aliran darah pada uterin; tidak
diperkenankan pada wanita dengan kondisi yang sudah berlebihan (misalnya
penyakit ginjal dan penyakit jantung)
|
Nama
Obat
|
Furosemide (lasix) – jarang digunakan pada wanita
hamil. Biasanya digunakan untuk mengatasi edema paru yang terkait dengan
preeklampsia. meningkatkan ekskresi air dengan cara mempengaruhi sistem
transpor yang membawa chloride-binding, namun menghambat penyerapan kembali
sodium dan chloride pada urutan loop henle dan distal tubule renal
|
Dosis
Dewasa
|
10 mg IV sebagai dosis permulaan
20 – 80 mg/hari PO/IV/IM, dapat dinaikan hingga 600 mg/hari untuk
keadaan edematous yang berat.
|
Dosis
Pediatrik
|
1 – 2 mg/kg per dosis PO; tidak lebih dari 6 mg/kg per
dosis tidak dimaksudkan > q6h
1 mg/kg IV/IM
dapat ditingkatkan secara perlahan tetapi harus dibawah pengawasan
yang ketat dan tidak lebih dari 6 mg/kg
|
Kontraindikasi
|
Tercatat adanya hipersensitivitas; coma hepatik,
anuria, pada kondisi kekurangan elektrolit yang berat.
|
Interaksi
|
Metformin menurunkan konsentrasi furosemide; furosemide
bercmpur dengan efek dari hipoglycemic dari agen antidiabetic dan efek relaks
pada otot antagonis dari tubocurarine; nampak adanya auditori toksisitas yang
meningkat bila digunakan bersama aminoglycosides andfurosemide (kemampuan
mendengar menurun sampai beberapa
tingkatan); kerja antikoagulan
warfarin dapat meningkat bila digunakan secara tepat; tingkat plasma
litium dan toksisitas meningkat ketika
diberikan secara tepat.
|
Kehamilan
|
C – Aman digunakan pada wanita hamil belum ada
kepastian
|
Peringatan
|
Menghambat terjadinya pembesaran secara fisiologik yang
umum terjadi pada wanita hamil dan menghambat aliran darah pada uterin; tidak
diperkenankan pada wanita dengan kondisi yang sudah berlebihan (misalnya
penyakit ginjal dan penyakit jantung)
|
·
Vasodilators
Penurunan resistensi perifer karena adanya vasodilation
Nama
Obat
|
Nitroprusside (Nitropress) – Menekan resistensi perifer
karena aktivitas langsung pada arteriolar dan venous otot halus.
Antihipersensitive yang terjadi pada orang tua dalam waktu yang singkat.
Digunakan untuk perlakuan pada eklampsia. Hanya
digunakan pada kasus-kasus hipertensi berat yang tidak dapat diatasi dengan
obat-obat yang lain.
Jaga tingkat cianid dan thiocyanate pada ibu untuk
mencegah terjadinya keracunan pada janin.
|
Dosis
Dewasa
|
BP>170/110 mm Hg: 0.25 mcg/kglmin pada infus,
titrate pada BP dengan dosis maksimum 5 mcg/kg/min; pemberian > 10
mcg/kglmin dapat menjadikan keracunan cyanide
|
Dosis
Pediatrik
|
Sama dengan dosis orang dewasa
|
Kontraindikasi
|
Tercatat adanya hipersensitivitas; stenosis pada
subaortik, idiopatik hipertropik, fibrilasi atau flutter
|
Interaksi
|
Tidak dilaporkan
|
Kehamilan
|
C – Aman digunakan pada wanita hamil belum ada
kepastian
|
Peringatan
|
Dengan perpanjangan hingga (>4), masih menunjukkan
adanya potensi terjadinya keracunan cyanid pada janin; meningkatkan tekanan
intracranial, kerusakan hati, ketidak seimbangan ginjal dan
hipotiroidsm, ketidakmampuan ginjal
atau hati, tingkat nitropruside meningkat dan dapat menyebabkan keracunan
cyanide; nitraprusside sodium memiliki kemampuan untuk menurunkan tekanan
darah; digunakan pada pasien dengan rata-rata tekanan artial > 70 mm Hg
|
Nama
Obat
|
Hydralizine (Apresoline) – penggunaan secara
intravenous berguna untuk perawatan hipertensi berat yang mengarah pada
preeklampsia/eklampsia.
Banyak tercatat aman digunakan pada wanita hamil,
tetapi mungkin ada beberapa masalah yang dapat timbul. Penurunan resistensi
sistemik yang langsung berpengaruh pada vasodilasi pada arterioles.
|
Dosis
Dewasa
|
10-20 mg per dosis q4-6h prn untuk permulaan;
ditingkatkan hingga 40 mg per dosis prn
BP > 170/110 mm Hg: 0.1 – 0.2 mg/kg per dosis
Ivq4-6h prn; tidak boleh lebih dari 30 mg atau 1.7 – 3.5 mg/kg/hari dibagi q4
– 6h
|
Dosis Pediatrik
|
Tidak ditetapkan
|
Kontraindikasi
|
Tercatat adanya hipersensitivitas; sakit jantung
|
Interaksi
|
MAOIs dan beta blockers dapat meningkatkan toksisitas
hydralazine; indometacin dapat menurunkan efek farmakologi dari hydralizine
|
Kehamilan
|
B – Umumnya namun harus membandingkan keuntungan dan
resiko yang ada.
|
Peringatan
|
Hydralizine telah diterapkan pada infark miokardial;
perlu perhatian pada mereka yang diduga sakit pembuluh jantung koroner
|
·
Antionvulsants
Diarahkan untuk mencegah terjadinya kejang pada preeklampsia berat atau eklampsia
Nama
Obat
|
Phenytoin (Dilatin) –Kurang efektif bila dibandingkan
dengan magnesium dalam mencegah eclamptik tetapi lebih berguna untuk gagal
ginjal, ketidak tepatan magnesium, atau permasalahan serius yang terkait
dengan keracunan. Bisa bekerja pada kortek pengendali gerak dengan menghambat
penyebaran
|
Dosis
Dewasa
|
1000 mg IV lebih
dari 1 jam, diikuti 500 mg PO 10 jam kemudian; tidak lebih dari 1500 mg/24
jam; kecepatan infusi tidak lebih dari 50 mg/min untuk menghindari hypotensi
dan arrhythmias
|
Dosis
Pediatrik
|
Tidak ditetapkan
|
Kontraindikasi
|
Tercatat adanya hipersensitivitas; Penyumbatan jantung,
kerusakan myocardial, bradicardia sinus, sindrom Adams-Stokes; hepatitis
berat; penyakit Addison
|
Interaksi
|
Amiodarone, benzodiazepines, chloramphenicol.
Cimetidine, fluconazole, isoniazid, metronidazole, miconazole,
phenyl-butazone, succinimide, sulfonamides, omeprazole,
|
Kehamilan
|
B – Umumnya
namun harus membandingkan keuntungan dan resiko yang ada.
|
Peringatan
|
Amiodarone, benzodiazepines, chloramphenicol,
cimetidine, fluconazole, isomazid, metronidazole, nilconazole,
phenyl-butazone, succinimide, sulfonamides, orneprazole, phenace-mide,
disulfiram, ethanol (acute ingestion), trimethoprim, and valproic acid
meningkatkan phenytoin toxicity phenytoin pengaruhnya akan menurun bila
digunakan bersama barbitu-rates, diazoxide, ethanol (chronic ingestion),
rifampin, antacids, charcoal, carbamazepine, theophylline, and sucralfatel.
Pheny-toin dapat menurunkan efek dari acetaminophen, corti-costeroids,
dicumarol, disopyramide, doxycycline, estrogens, haloperidol, amiodarone,
carbamazepine, cardiac glycosides, quinidine, theophylline, methadone,
metyrapone, mexiletine, oral contraceptives, and valproic acid
|
Nama
Obat
|
Magnesium
sulfat (Bilagog) –Wanita dengan eklampsia atau preeklampsia berat seyogyanya
menerima terapi antikonvulsan.
Magnesium telah menunjukkan pengaruhnya yang lebih dari
phenytoin untuk mencegah dan menyembuhkan eklampsia.
|
Dosis
Dewasa
|
4 – 6 g IV, diikuti dengan 2 – 3 g/h untuk
mempertahankan tingkat 4 – 8 mg/hariL
|
Dosis
Pediatrik
|
20 – 100 mg/kg per dosis q4 – 6h prn; pada kasus yang
berat dosis dapat ditingkatkan hingga 200 mg/kg per dosis.
|
Kontraindikasi
|
Tercatat adanya hipersensitivitas; Penyumbatan jantung,
kerusakan myocardial, penyakit Addison; hepatitis berat.
|
Interaksi
|
Penggunaan bersama magnesium sulfat dengan nifedipine
dapat menyebabkan hipotensi dan penyumbatan neuromus-kular, hal ini diamati
dari aminoglycosides dan kemungkinan penyumbatan neuromuskular yang
disebabkan oleh tubocu-rarine, vecuronium, dan succinylcholine; meningkatkan
pengaruh CNS dan toksisitas dari CNS depresan, beta-methasone serta
cardiotoksisitas karena ritodrine.
|
Kehamilan
|
A – Aman bagi wanita hamil
|
Peringatan
|
Pada level 8 – 12 mg/hariL menyebabkan penurunan
reflek-reflek seperti diplopia, suara melemah; pada level > 12 mg/hariL
menyebabkan paralisis muskular, kegagalan ventilator, kolap pada sirkulasi,
pasien seyogyanya sering dievaluasi
secara neurologis; kehilangan reflek tendon menunjukkan bahwa magnesium yang
digunakan telah sampai pada taraf yang beracun; beberapa perawat menggunakan
serum magnesium pada level q6h dalam evaluasi
neurologis; magnesium dapat merubah konduksi cardian, yang dapat
menjadikan adanya penyumbatan pada jantung, pada kondisi over dosis, calsium
gluconate 10 – 20 mL IV dari 10% solusi dapat dicatat sebagai antidotum pada
hypermagnesemia yang menunjukan hasil yang signifikan secara klinis.
|
Perawatan di Rumah Sakit:
·
Ketika seorang wanita mengalami preeklampsia atau tekanan
darah yang labil hingga pada hipertensi dan atau hipertensi saat mengandung,
mereka sering dirujuk kerumah sakit untuk mendapatkan perawatan dan sering
disertai dengan monitoring janin.
-
Berat ringannya abnormalitas ditentukan oleh darah.
-
Pengamatan harian hendaknya mencakup pemeriksaan funduskopik
pada spasme retina atau edema, pemeriksaan paru-paru untuk melihat tanda-tanda peningkatan
volume, pemeriksaan jantung untuk mengetahui adanya irama gallop, pemeriksaan abdomen
untuk mengkaji keberadaan hati kemudian pemeriksaan pada ekstremitas/sacrum
yang meningkatkan edema, dan pemeriksaan neurologik untuk klonus.
-
Perlakuan terhadap hipertensi yang mengarah kepada
preeklampsia dengan obat-obatan perlu ditinjau kembali karena kemungkinan ada
kesalahan yang muncul secara cepat; oleh karena itu hal ini tidak disarankan.
-
Gejala dan tanda-tanda lain yang menunjukan memburuknya
preeklampsia harus selalu dipersiapkan berbagai fasilitas yang diperlukan dalam
persalinan untuk berjaga-jaga apabila kondisi ibu dan janin memburuk.
·
Hipertensi yang menjadikan preeklampsia dapat memperburuk
keadaan pada masa postpartum.
-
Setelah kelahiran, wanita dengan preeklampsia perlu
dilakukan pengamatan yang detail mengenai tekanan darahnya. Penting untuk
menurunkan tekanan darah, apabila hingga lebih dari 170/110 mm Hg dengan anti
hipertensi melalui IV. Diberikan terapi anti hipertensi oral untuk menjaga
tekanan darah di atas 160/100 mm Hg.
-
Perubahan tekanan darah yang terjadi pada preeklampsia
biasanya dapat dinormalkan dalam beberapa hari atau beberapa minggu setelah
melahirkan, tetapi bisa sampai tiga bulan. Hipertensi yang menetap pada kondisi
ini kemungkinan menunjukkan adanya hipertensi kronis.
-
Berkaitan dengan upaya mengontrol tekanan darah pada
pasien yang berusia lebih dari 40 tahun yang mana memiliki catatan tentang
upaya pengontrolan yang minim terhadap hipertensi, atau karena kelainan
jantung, yang dikenal hipertofi ventrikel kiri, bisa juga karena diabetes.
Wanita ini biasanya memiliki disfungsi diastolik dan atau edema paru dalam
tingkatan yang tinggi.
Rawat Jalan
·
Wanita dengan preeklampsia perlu tindak lanjut
pemeriksaan oleh spesialis penyakit dalam setelah pulang dari rumah sakit.
-
Wanita dengan hipertensi yang mengarah pada preeklampsia
perlu pemeriksaan yang cermat pada tekanan darahnya. Hal ini juga dimaksudkan
untuk penyembuhan vasospasme, pasien semestinya mendapatkan terapi anti
hipertensi.
-
Pemantauan terhadap kasus ini meliputi abnormalitas yang
menetap pada pemeriksaan laboratorium yang berkaitan dengan preeklampsia
(misalnya proteinuria, trombositopenia, elevasi enzim liver) hingga
abnormalitas kembali pada kondisi yang memungkinkan hidup normal. Hal ini
sangat penting untuk memastikan bahwa tidak ada lagi kelainan secara medis pada
orang tua yang disembuhkan.
-
Wanita yang memiliki tekanan darah sangat tinggi dari
preeklampsia dapat dinormalkan kembali dalam waktu tiga hari hingga tiga bulan.
Pilihan lamanya waktu penyembuhan dan obat yang digunakan sering membingungan.
Penulis memiliki pasien dengan DBP 170 mm Hg dinormalkan menjadi 120 mm Hg
dalam waktu 3 hari untuk itu penulis mengembangkan skala penggunaan anti
hipertensi untuk menormalkan tekanan darah yang sangat tinggi (misalnya SBP/DBP
> 170/100 mm Hg) setelah melahirkan.
§ Dokter
seyogyanya memilih pengobatan anti hipertensi yang pendek yang diterima oleh
kedua belah pihak. Regimen yang masuk akal menyertakan didalamnya diltiazem tid
atau labetalol tid. Keduanya aman bagi wanita menyusui dan tidak menyebabkan reflek
takikardi, yang dapat terjadi pada penggunaan nifedipine dalam jangka pendek.
§ Tekanan
darah seyogyanya diamati setiap 8 jam. Sehubungan dengan parameter yang harus
dilakukan dalam pengobatan sebagai contoh digunakan labetalol jika SBP lebih
rendah dari 140 mm Hg dan DBP kurang dari 90 mm Hg.
§ Sehubungan
dengan pembiayaan, pasien diharapkan memiliki kemampuan untuk memonitor tekanan
darah dirumah. Dokter seyogyanya menuliskan perintah berikut ini dengan jelas
untuk pasien
ü Periksa
tekanan darah anda tiga kali sehari sebelum menggunakan obat.
ü Jika
sistolik kurang dari 140 mm Hg dan diastolik kurang dari 90 mm Hg maka
jangan menggunakan obat.
ü Gunakan
selalu cara itu setiap kali Anda memeriksa tekanan darah Anda.
ü Hubungi dokter
jika sistolik lebih dari 180 mm Hg dan diastolik lebih dari 110 mm Hg.
§ Lakukan
perawatan pada pasien hingga tekanan darahnya lebih dari 140 mm Hg sistolik
atau lebih dari 90 mm Hg untuk diastolik. Selanjutnya pertahankan kondisi ini.
Sehingga kemungkinan dia mengalami pengaruh dari ortostatik akibat pengobatan
menjadi rendah. Jelasnya tekanan darah menjadi turun dan pasien tidak
tergantung pada obat.
§ Tetapkan
pertemuan untuk folow up dalam dua minggu atau kurang bila terjadi sesuatu yang
kurang diharapkan.
Perawatan Medis
Ada data yang menyatakan seluruh pengkajian penggunaan
obat-obatan berpengaruh terhadap susu ibu, tetapi sebagian besar pada derajat
yang tidak berarti. Seluruh obat anti hipertensi dipercaya dapat digunakan pada
masa menyusui, namun pengunaannya harus masuk akal.
Atenolol, sebagaimana beta-blocking yang lain nadolol dan
metoprolol, menunjukan pengaruh pada konsentrasi susu ibu. Labetalol dan
propranolol tidak menyertakan kondisi ini karena dianggap sama dengan yang
lain.
Rujukan
Kirim
wanita dengan preeklampsia untuk kehamilan kurang dari 34 hingga 36 minggu
untuk mendapatkan layanan yang memadai untuk kelahiran bayi prematur. Hal ini
penting karena memburuknya preeklampsia mungkin membutuhkan penanganan
kelahiran segera.
Pencegahan
Multi
intervensi dilakukan untuk mencegah preeklampsia telah ditemukan. Perlakuan
secara farmakologi dan normalisasi hipertensi kronis tidak mengurangi resiko
berkembangnya preeklampsia. terapis lain telah mencoba menyertakan
acetylsalicylic acid (ASA), suplemen calsium, pembatasan penggunaan garam,
suplemen magnesium dan minyak ikan dalam terapinya. Tak satupun menunjukkan
hasil yang signifikan dalam pencegahan. Satu yang saat ini dicoba dan
menunjukkan beberapa kemampuan untuk pencegah yaitu penggunaan suplemen
antioxidan (misalnya vitamins C dan E), tetapi hasil ini masih belum
dikonfirmasikan.
Komplikasi
·
Hidup terancam oleh komplikasi preeklampsia
-
Secara tiba-tiba
-
Hemorrhage cerebral
-
Edema paru. Sehingga terjadi kebocoran pada pembuluh
kapiler di paru-paru, yang menjadikan efek samping terjadinya disfungsi myocardial.
-
Gagal ginjal akut yang menjadikan vasospasme pada ginjal,
ATN, atau necrosis kortikal ginjal.
-
Diseminasi coagulopathy intravaskular.
-
Sindrom HELLP – Hemolisis microangiopathic, tingkat enzim
liver dan thrombocytopenia (trombosits [PLT] , 100)
-
Infraksi/ruptur hati dan hematoma subcapsular – yang
dapat mengarah pada masif homorrhage internal dan syok.
-
Pembengkakan liver akut selama kehamilan: meskipun hal
ini jarang terjadi dan berbeda namun memiliki tanda-tanda klinis yang sama dan
sering dianggap sebagai preeklampsia pada tingkat yang berat.
-
TTP dan HUS : sekalipun tidak berkaitan dengan
preeklampsia, tetapi kelainan ini dikelompokan pada sindrom HELLP yang berat.
Prognosa
·
Wanita yang mengalami preeklampsia pada saat hamil
memiliki resiko yang lebih tinggi pada kehamilan selanjutnya. Keseluruhan dari resiko itu kira-kira 18%.
Resiko ini akan lebih tinggi sekitar 50% pada wanita yang mengalami
preeklampsia dari yang rendah menuju yang berat. (pada kehamilan sebelum 27
minggu)
·
Hipertensi transien yang terjadi pada masa kehamilan
misalnya yang terjadi pada masa akhir kehamilan tanpa adanya tanda-tanda
preeklampsia, hal ini akan lebih terkait dengan hipertensi kronis pada
perkembangan selanjutnya.
Edukasi pada pasien
Untuk mendapatkan sumber edukasi yang sangat baik silahkan datangi
eMedicine’s Circulatory Problems Center and Pregnancy and Reproduction Center.
Juga pada eMedicine’s patient education articles High Blood Presure and
Pregnancy.
Medikal
·
Sebagian besar internis memiliki kesempatan yang panjang
untuk mendiagnosis dan melakukan tindakan pada kelainan secara medis selama
kehamilan dan oleh karena itu merasa kurang
nyaman dengan kondisi itu. Konsultasikan dengan spesialist kebidanan,
spesialis pengobatan ibu dan anak (perinatologist), dan atau spesialis yang
lain. Pengalaman dari para ahli ini memungkinkan kita untuk secara cepat
menentukan tindakan yang paling tepat untuk mengatasi resiko yang ada. Dalam
kondisi tertentu keuntungan terbesar ditujukan pada keselamatan ibu sehingga
kadang terapis mengesampingkan adanya pengaruh yang tidak diharapkan terjadi pada
janin.
Permasalahan Khusus
·
Kehamilan
-
Pada umumnya pasien memasuki kehamilan dengan harapan
bahwa pada kehamilannya dan saat melahirkan tidak terjadi sesuatu kecuali kebahagiaan. Ketika komplikasi berat
terjadi, pasien merasa takut, marah dan tak berdaya. Pendekatan yang terbaik
adalah melakukan diskusi dengan pasien mengenai segala sesuatu yang terjadi.
Gunakan semua langkah yang memungkinkan untuk membantu pasien dan keluarganya
untuk dapat memahami komplikasi yang ada dan perlakukan yang dibutuhkan.
Dimulai dengan mendiskusikan hasil diagnosa dan meyakinkan wanita yang
mengandung bahwa dalam banyak kasus komplikasi tidak terjadi atas tindakannya
atau kesalahan dalam melakukan sesuatu. Ikuti dengan diskusi untuk membuat
rencana untuk mengevaluasi atas tindakan yang dilakukan, berikan kesempatan kepadanya
untuk mengajukan pertanyaan. Beri dukungan pada
pasien dengan cara melibatkan dia dalam diskusi untuk menetapkan
langkah-langkah yang perlu dilakukan.
-
Pada saat pasien menanyakan sesuatu yang dirasa sangat
penting. Dokter seyogyanya tetap merasa nyaman, jujur dan menyampaikan kepada
pasien dan keluarganya di saat tidak memiliki jawaban yang pasti. Dokter
hendaknya membiarkan pasien mengetahui bahwa mereka bekerja sama untuk
mendapatkan jawabannya. Kejujuran dan pemahaman pada orang lain yang
terus-menerus inilah yang akan menunjukkan reputasi sebagai seorang dokter yang
mumpuni. Berkonsultasi dengan tenaga
ahli di rumah sakit akan membantu dokter dalam merawat pasien dan meyakinkan
pasien bahwa semua yang ada dan perlakuan yang diberikan telah teruji.
-
Beberapa referensi dan artikel dapat digunakan untuk
mendukung perlakuan terhadap kelainan secara medis pada kehamilan. Pengetahuan
yang berkaitan dengan topik ini akan memberi bekal kepada dokter sehingga lebih
merasa nyaman dalam memberikan perlakuan dan membarikan konseling pada pasien.
Comments