PUASA YANG SEMPURNA
Saudaraku kaum muslimin, agar sempurna puasamu, sesuai
dengan tujuannya, ikutilah langkah-langkah berikut ini :
Makanlah sahur, sehingga membantu kekuatan fisikmu selama
berpuasa; Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda :
"Makan sahurlah kalian, sesungguhnya di dalam sahur itu
terdapat berkah. " HR.'Al-Bukhari dan Muslim)
"Bantulah (kekuatan fisikmu) untuk berpuasa di siang
hari dengan makan sahur, dan untuk shalat malam dengan tidur siang " (HR.
Ibnu Khuzaimah dalam Shahihnya)
Akan lebih utama jika makan sahur itu diakhirkan waktunya,
sehingga mengurangi rasa lapar dan haus. Hanya saja harus hati-hati, untuk itu
hendaknya Anda telah berhenti dari makan dan minum beberapa menit sebelum
terbit fajar, agar Anda tidak ragu-ragu.
Segeralah berbuka jika matahari benar-benar telah tenggelam.
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda :
"Manusia senantiasa dalam kebaikan, selama mereka
menyegerakan berbuka dan mengakhirkan sahur . " (HR. Al-Bukhari, I\luslim
dan At-Tirmidz)
Usahakan mandi dari hadats besar sebelum terbit fajar, agar
bisa melakukan ibadah dalam keadaan suci.
Manfaatkan bulan Ramadhan dengan sesuatu yang terbaik yang
pernah diturunkan didalamnya, yakni membaca Al-Qur'anul Karim. Sesungguhnya
Jibril 'alaihis salam pada setiap malam di bulan Ramadhan selalu menemui Nabi
shallallahu 'alaihi wasallam untuk membacakan Al-Qur'an baginya. (HR.
AL-Bukhari dan Muslim dari Ibnu Abbas radhiallahu 'anhu).Dan pada diri
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam ada teladan yang baik bagi kita.
Jagalah lisanmu dari berdusta, menggunjing, mengadu domba,
mengolok-olok serta perkataan mengada-ada. Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam bersabda:
"Barangsiapa tidak meninggalkan pevkataan dan perbuatan
dusta maka Allah tidak butuh terhadap puasanya dari makan dan minum." (HR.
Al-Bukhari)
Hendaknya puasa tidak membuatmu keluar dari kebiasaan.
Misalnya cepat marah dan emosi hanya karena sebab sepele, dengan dalih bahwa
engkau sedang puasa. Sebaliknya, mestinya puasa membuat jiwamu tenang, tidak
emosional. Dan jika Anda diuji dengan seorang yang jahil atau pengumpat, jangan
Anda hadapi dia dengan perbuatan serupa. Nasihati dan tolaklah dengan cara yang
lebih baik. Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
"Puasa adalah perisai, bila suatu hari seseorang dari
kama beupuasa, hendaknya ia tidak berkata buruk dan berteriak-teriak. Bila
seseorang menghina atau mencacinya, hendaknya ia berkata 'Sesungguhnya aku
sedang puasa" (HR. Al- Bukhari, Muslim dan para penulis kitab Sunan)
Ucapan itu dimaksudkanagar ia menahan diri dan tidak
melayani orang yang mengumpatnya Di samping, juga mengingatkan agar ia menolak
melakukan penghinaan dan caci-maki.
Hendaknya Anda selesai dari puasa dengan membawa taqwa
kepada Allah, takut dan bersyukur pada-Nya, serta senantiasa istiqamah dalam
agama-Nya.
Hasil yang baik itu hendaknya mengiringi Anda sepanjang
tahun. Dan buah paling utama dari puasa adalah taqwa, sebab Allah berfirman :
"Agar kamu bertaqwa. "(Al-Baqarah: 183)
Jagalah dirimu dari berbagai syahwat (keinginan), bahkan
meskipun halal bagimu. Hal itu agar tujuan puasa tercapai, dan mematahkan nafsu
dari keinginan. Jabir bin Abdillah radhiallahu 'anhu berkata :
"Jika kamu berpuasa, hendaknya berpuasa pula pendengaranmu,
penglihatanmu dan lisanmu dari dusta dan dosa-dosa, tinggalkan menyakiti
tetangga, dan hendaknya kamu senantiasa bersikap tenang pada hari kama beupuasa
jangan pula kamu jadikan hari berbukamu sama dengan hari kamu berpuasa."
Hendaknya makananmu dari yang halal. Jika kamu menahan diri
dari yang haram pada selain bulan Ramadhan maka pada bulan Ramadhan lebih
utama. Dan tidak ada gunanya engkau berpuasa dari yang halal, tetapi kamu
berbuka dengan yang haram.
Perbanyaklah bersedekah dan berbuat kebajikan. Dan hendaknya
kamu lebih baik dan lebih banyak berbuat kebajikan kepada keluargamu dibanding
pada selain bulan Ramadhan. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam adalah
orang yang paring dermawan, dan beliau lebih dermawan ketika bulan Ramadhan.
Ucapkanlah bismillah ketika kamu berbuka seraya berdo'a
:"Ya Allah, karena-Mu aku berpuasa, dan atas rezki-Mu aku berbuka. Ya
Allah terimalah daripadaku, sesungguhnya Engkau Maha Mendengar lagi Maha
Mengetahui "(44) (Lihat Mulhaq (bonus) Majalah Al WaLul Islami bulan
Ramadhan, 1390 H.hlm.38-40.)
TUJUAN PUASA
Tujuan ibadah puasa adalah untuk menahan nafsu dari berbagai
syahwat, sehingga ia siap mencari sesuatu yang menjadi puncak kebahagiaannya;
menerima sesuatu yang menyucikannya, yang di dalamnya terdapat kehidupannya
yang abadi, mematahkan permusuhan nafsu terhadap lapar dan dahaga serta
mengingatkannya dengan keadaan orang-orang yang menderita kelaparan di antara
orang-orang miskin; menyempitkan jalan setan pada diri hamba dengan
menyempitkan jalan aliran makanan dan minuman; puasa adalah untuk Tuhan semesta
alam, tidak seperti amalan-amalan yang lain, ia berarti meninggalkan segala
yang dicintai karena kecintaannya kepada Allah Ta 'ala; ia merupakan rahasia
antara hamba dengan Tuhannya, sebab para hamba mungkin bisa diketahui bahwa ia
meninggalkan hai-hal yang membatalkan puasa secara nyata, tetapi keberadaan dia
meninggalkan hal-hal tersebut karena Sembahannya, maka tak seorangpun
manusiayang mengetahuinya, dan itulah hakikat puasa.
PETUNJUK NABI DALAM BERPUASA
Petunjuk puasa dari Nabi shallallahu 'ala ihi wasallam
adalah petunjuk yang paling sempurna, paling mengena dalam mencapai maksud,
serta paling mudah penerapannya bagi segenap jiwa.
Di antara petunjuk puasa dari Nabi shallallahu 'alaihi
wasallam pada bulan Ramadhan adalah :
Memperbanyak melakukan berbagai macam ibadah. Jibril'alaihis
salam senantiasa membacakan Al-Qur'anul Karim untuk beliau pada bulan Ramadhan;
beliau juga memperbanyak sedekah, kebajikan, membaca Al-Qur'anul Karim, shalat,
dzikir, i'tikaf dan bahkan beliau mengkhususkan beberapa macam ibadah pada
bulan Ramadhan, hal yang tidak beliau lakukan pada bulan-bulan lain.
Nabi shallallahu 'alaihi wasallam menyegerakan berbuka dan
menganjurkan demikian, beliau makan sahur dan mengakhirkannya, serta
menganjurkan dan memberi semangat orang lain untuk melakukan hal yang sama.
Beliau menghimbau agar berbuka dengan kurma, jika tidak mendapatkannya maka
dengan air.
Nabi'shallallahu 'alaihi wasallam melarang orang yang
berpuasa dari ucapan keji dan caci-maki. Sebaliknya beliau memerintahkan agar
ia mengatakan kepada orang yang mencacinya, "Sesungguhnya aku sedang
puasa."
Jika beliau melakukan perjalanan di bulan Ramadhan,
terkadang beliau meneruskan puasanya dan terkadang pula berbuka. Dan membiarkan
para sahabatnya memilih antara berbuka atau puasa ketika dalam perjalanan.
Beliau shallallahu 'alaihi wasallam pernah mendapatkan fajar dalam keadaan
junub sehabis menggauli isterinya maka beliau segera mandi setelah terbit fajar
dan tetap berpuasa.
Termasuk petunjuk Nabi shallallahu 'alaihi wasallam adalah
membebaskan dari qadha' puasa bagi orang yang makan atau minum karena lupa, dan
bahwasanya Allahlah yang memberinya makan dan minum.
Dan dalam riwayat shahih disebutkan bahwa beliau bersiwak
dalam keadaan puasa. Imam Ahmad meriwayatkan bahwasanya Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam menuangkan air di atas kepalanya dalam keadaan puasa. Beliau
juga melakukan istinsyaq (menghirup air ke dalam hidung) serta berkumur dalam
keadaan puasa. Tetapi beliau melarang orang berpuasa melakukan istinsyaq secara
berlebihan. (Lihat kitab Zaadul Ma'ad fi Hadyi Khairil 'Ibaad, I/320-338 )
PUASA YANG DISYARI'ATKAN
Puasa yang disyari'atkan adalah puasanya anggota badan dari
dosa-dosa, dan puasanya perut dari makan dan mimum. Sebagaimana makan dan minum
membatalkan dan merusak puasa, demikian pula halnya dengan dosa-dosa, ia
memangkas pahala puasa dan merusak buahnya, sehingga memposisikannya pada
kedudukan orang yang tidak berpuasa.
Karena itu, orang yang benar-benar berpuasa adalah orang
yang puasa segenap anggota badannya dari melakukan dosa-dosa; lisannya berpuasa
dari dusta, kekejian dan mengada-ada; perutnya berpuasa dari makan dan minum;
kemaluannya berpuasa dari bersenggama.
Bila berbicara, ia tidak berbicara dengan sesuatu yang
menodai puasanya, bila melakukan suatu pekerjaan ia tidak melakukan sesuatu
yang merusak puasanya. Ucapan yang keluar darinya selalu bermanfaat dan baik,
demikian pula dengan amal perbuatannya. Ia laksana wangi minyak kesturi, yang
tercium oleh orang yang bergaul dengan pembawa minyak tersebut. Itulah metafor
(perumpamaan) bergaul dengan orang yang berpuasa, ia akan mengambil manfaat
dari bergaul dengannya, aman dari kepalsuan, dusta, kejahatan dan kezhaliman.
Dalam hadits riwayat Imam Ahmad disebutkan :
"Dan sesungguhnya ban (mulut) orang puasa itu lebih
harum di sisi AIlah daripada aroma minyak kesturi. "(HR. At-Tirmidzi dan
ia berkata, hadits hasan shahih gharib).
Inilah puasa yang disyari'atkan. Tidak sekedar nahan diri
dari makan dan minum. Dalam sebuah menahan diri dari makan dan minum".
Dalam hadits shahih disebutkan :
"Barangsiapa tidak meninggalkan perkataan dan perbuatan
dusta serta kedunguan maka Allah tidak butuh terhadap puasanya dari makan dan
minum .(HR. Al-Bukhari, Ahmad dan lainnya)
Dalam hadits lain dikatakan :
Betapa banyak orang puasa, bagian dari puasanya (hanya)
lapar dan dahaga. " (HR. Ahmad, hadits hasan shahih) (Dan ia menshahihkan
hadits ini.)
SEBAB-SEBAB AMPUNAN DI BULAN RAMADHAN
Dalam bulan Ramadhan banyak sekali sebab-sebab turunnya
ampunan. Di antara sebab-sebab itu adalah :
Melakukan puasa di bulan ini. Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam bersabda:
"Barangsiapa puasa Ramadhan karena iman dan mengharap
pahala Allah, niscaya ia diampuni dosanya yang telah lalu. "(Hadits
Muttafaq 'Alaih)
Melakukan shalat tarawih dan tahajiud di dalamnya.
Rasulullah shallallahu 'alaihi ruasallam bersabda:
"Barang siapa melakukan shalat malam di bulan Ramadhan
karena iman dan mengharap pahala Allah, niscaya diampuni dosanya yang telah
lalu. " (Hadits Muttafaq 'Alaih)
Melakukan shalat dan ibadah lain di malam Lailatul Qadar.
Yaitu pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan. Ia adalah
malam yang penuh berkah, yang di dalamnya diturunkan Al-Qur'anul Karim. Dan
pada malam itu pula dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah. Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
"Barangsiapa melakukan shalat di malam Lailatul Qadar
kavena iman dan mengharap pahala Allah, niscaya ia diampuni dosanya yang telah
lalu . (Hadits Muttafaq 'Alaih)
Memberi ifthar (makanan untuk berbuka) kepada orang yang
berpuasa. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
"Barangsiapa yang di dalamnya (bulan Ramadhan) memberi
ifthar kepada orang berpuasa, niscaya hal itu menjadi sebab) ampunan dari
dosa~osanya, dan pembebasan dirinya dari api Neraka. " (HR. Ibnu Khuzaimah
(dan ia menshahihkan hadits ini), Al-Baihaqi dan lainnya).
Beristighfar : Meminta ampunan serta berdo'a ketika dalam
keadaan puasa, berbuka dan ketika makan sahur. Do'a orang puasa adalah mustajab
(dikabulkan), baik ketika dalam keadaan puasa ataupun ketika berbuka Allah
memerintahkan agar kita berdo'a dan Dia menjamin mengabulkannya.
Allah berfirman :"Dan Tuhanmu berfirman:
"Berdo'alah kepada-Ku, niscaya Aku mengabulkannya untukmu .
"(Ghaafir: 60),Dan dalam sebuah hadits disebutkan:
"Ada tiga macam orang yang tidak ditolak do'anya. Di
antaranya disebutkan,"orang yang berpuasa hingga ia berbuka" (HR.
Ahmad, At-Tirmidzi, An-Nasaa'i dan Ibnu Majah). (Ibnu Khuzaimah dan Ibnu Hibban
dalam kitab Shahih mereka masing-masing, dan At-Tirmidzi mengatakannya hadits
shahih hasan.)
Karena itu, hendaknya setiap muslim memperbanyak, dzikir,
do'a dan istighfar di setiap waktu, terutama pada bulan Ramadhan, ketika sedang
berpuasa, berbuka dan ketika sahur, di saat turunnya Tuhan di akhir malam. Nabi
shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
"Tuhan kami Yang Mahasuci dan Maha tinggi turun pada
setiap malam ke langit dunia, (yaitu) ketika masih berlangsung sepertiga malam
yang akhir seraya berfirman "Barangsiapa berdo'a kepada-Ku, niscaya Aku
kabulkan untuknya, barangsiapa memohon kepada-Ku, niscaya Aku memberinya dan barangsiapa
memohon ampunan kepada-Ku, niscaya Aku mengampuninya. " (HR.Muslim).
Di antara sebab-sebab ampunan yaitu istighfar (permohonan
ampun) para malaikat untuk orang-orang berpuasa, sampai mereka berbuka.
Demikian seperti disebutkan dalam hadits Abu Hurairah di muka, yang
diriwayatkan oleh Imam Ahmad.
Jika sebab-sebab ampunan di bulan Ramadhan demikian banyak,
maka orang yang tidak mendapatkan ampunan di dalamnya adalah orang yang
memiliki seburuk-buruk nasib. Kapan lagi ia mendapatkan ampunan jika ia tidak
diampuni pada bulan ini? Kapan dikabulkannya (permohonan) orang yang ditolak
pada saat Lailatul Qadar? Kapan baiknya orang yang tidak menjadi baik pada
bulan Ramadhan ?
Dahulu, ketika datang bulan Ramadhan, umat Islam senantiasa
berdo'a :
"Ya Allah, bulan Ramadhan telah menaungi kami dan telah
hadir maka serahkanlah ia kepada kami dan serahkanlah kami kepadanya
Karuniailah kami kemampuan untuk berpuasa dan shalat di dalamnya, karuniailah
kami di dalamnya kesungguhan, semangat, kekuatan dan sikap rajin. Lain
lindungilah kami didalamnya dari berbagal fitnah '
Mereka berdo'.kepada Allah selama enam bulan agar bisa
mendapatkan Ramadhan, dan selama enam bulan (berikutnya) mereka berdo'a agar
puasanya diterima. Di antara, do'a mereka itu adalah :
"Ya Allah serahkanlah aku kepada Ramadhan, dan serahkan
Ramadhan kepadaku, dan Engkau menerimanya daripadaku dengan rela." (Lihat
Lathaa'iful Ma'aarif, oleh Ibnu Rajab, him. 196-203.)
ADAB PUASA
Ketahuilah -semoga Allah merahmatimu-, bahwasanya puasa
tidak sempurna kecuali dengan merealisasikan enam perkara:
Menundukkan pandangan serta menahannya dari
pandangan-pandangan liar yang tercela dan dibenci.
Menjaga lisan dari berbicara tak karuan, menggunjing,
mengadu domba dan dusta.
Menjaga pendengaran dari mendengarkan setiap yang haram atau
yang tercela.
Menjaga anggota tubuh lainnya dari perbuatan dosa.
Hendaknya tidak memperbanyak makan.
Setelah berbuka, hendaknya hatinya antara takut dan harap.
Sebab ia tidak tahu apakah puasanya diterima, sehingga ia termasuk orang-orang
yang dekat kepada Allah, ataukah ditolak, sehingga ia termasuk orang-orang yang
dimurkai. Hal yang sama hendaknya ia lakukan pada setiap selesai melakukan
ibadah. (Lihat Mau'idzatul Mukminiin min Ihyaa'i Uluumid Diin, hlm. 59-60.)
Ya Allah, jadikanlah kami dan segenap umat Islam termasuk
orang yang puasa pada bulan ini, yang pahalanya sempurna, yang mendapatkan
Lailatul Qadar, dan beruntung menerima hadiah dari Tuhan; wahai Dzat Yang Hidup
Kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya), wahai Dzat Yang Memiliki
Keagungan dan Kemuliaan. Semoga shalawat dan salam senantiasa dilimpahkan Allah
kepada Nabi Muhammad, keluarga dan segenap sahabatnya.
TENTANG SEPULUH HARI AKHIR DI BULAN RAMADHAN
Dalam Shahihain disebutkan, dari Aisyah radhiallahu 'anha,
ia berkata :
"Bila masuk sepuluh (hari terakhir bulan Ramadhan
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam mengencangkan kainnya menjauhkan diri
dari menggauli istrinya), menghidupkan malamnya dan membangunkan Keluarganya .
" Demikian menurut lafazh Al-Bukhari.
Adapun lafazh Muslim berbunyi :
"Menghidupkan malam(nya), membangunkan keluarganya, dan
bersungguh-sungguh serta mengencangkan kainnya.
Dalam riwayat lain, Imam Muslim meriwayatkan dari Aisyah
radhiallahu ‘anha :
"Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
bersungguh-sungguh dalam sepuluh (hari) akhir (bulan Ramadhan), hal yang tidak
beliau lakukan pada bulan lainnya. "
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam mengkhususkan
sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan dengan amalan-amalan yang tidak beliau
lakukan pada bulan-bulan yang lain, di antaranya:
Menghidupkan malam: Ini mengandung kemungkinan bahwa beliau
menghidupkan seluruh malamnya, dan kemungkinan pula beliau menghidupkan
sebagian besar daripadanya. Dalam Shahih Muslim dari Aisyah radhiallahu 'anha,
ia berkata:
"Aku tidak pernah mengetahui Rasulullah shallallahu
alaihi wasallam shalat malam hingga pagi. "
Diriwayatkan dalam hadits marfu' dari Abu Ja'far Muhammad
bin Ali :
"Barangsiapa mendapati Ramadhan dalam keadaan sehat dan
sebagai orang muslim, lalu puasa pada siang harinya dan melakukan shalat pada
sebagian malamnya, juga menundukkan pandangannya, menjaga kemaluan, lisan dan
tangannya, serta menjaga shalatnya secara berjamaah dan bersegera berangkat untuk
shalat Jum'at; sungguh ia telah puasa sebulan (penuh), menerima pahala yang
sempurna, mendapatkan Lailatul Qadar serta beruntung dengan hadiah dari Tuhan
Yang Mahasuci dan Maha tinggi. " Abu Ja 'far berkata: Hadiah yang tidak
serupa dengan hadiah-hadiah para penguasa. (HR. Ibnu Abid-Dunya).
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam membangunkan
keluarganya untuk shalat pada malam-malam sepuluh hari terakhir, sedang pada
malam-malam yang lain tidak.
Dalam hadits Abu Dzar radhiallahu 'anhu disebutkan:
"Bahwasanya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasalam
melakukan shalat bersama mereka (para sahabat) pada malam dua puluh tiga (23),
dua puluh lima (25), dan dua puluh tujuh (27) dan disebutkan bahwasanya beliau
mengajak (shalat) keluarga dan isteri-isterinya pada malam dua puluh tujuh (27)
saja. "
Ini menunjukkan bahwa beliau sangat menekankan dalam
membangunkan mereka pada malam-malam yang diharapkan turun Lailatul Qadar di
dalamnya.
At-Thabarani meriwayatkan dari Ali radhiallahu 'anhu :
"Bahwasanya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
membangunkan keluarganya pada sepuluh akhir dari bulan Ramadhan, dan setiap
anak kecil maupun orang tua yang mampu melakukan shalat. "
Dan dalam hadits shahih diriwayatkan :
"Bahwasanya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
mengetuk (pintu) Fathimah dan Ali radhiallahu 'anhuma pada suatu malam seraya
berkata:
Tidakkah kalian bangun lalu mendirikan shalat ?" (HR.
Al-Bukhari dan Muslim)
Beliau juga membangunkan Aisyah radhiallahu 'anha pada malam
hari, bila telah selesai dari tahajudnya dan ingin melakukan (shalat) witir.
Dan diriwayatkan adanya targhib (dorongan) agar salah
seorang suami-isteri membangunkan yang lain untuk melakukan shalat, serta
memercikkan air di wajahnya bila tidak bangun). (Hadits riwayat Abu Daud dan
lainnya, dengan sanad shahih.)
Dalam kitab Al-Muwaththa' disebutkan dengan sanad shahih,
bahwasanya Umar radhiallahu 'anhu melakukan shalat malam seperti yang
dikehendaki Allah, sehingga apabila sampai pada pertengahan malam, ia
membangunkan keluarganya untuk shalat dan mengatakan kepada mereka:
"Shalat! shalat!" Kemudian membaca ayat ini :
"Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat
dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. " (Thaha: 132).
Bahwasanya Nabi shallallahu 'alaihi wasallam mengencangkan
kainnya. Maksudnya beliau menjauhkan diri dari menggauli isteri-isterinya.
Diriwayatkan bahwasanya beliau tidak kembali ke tempat tidurnya sehingga bulan
Ramadhan berlalu.
Dalam hadits Anas radhiallahu 'anhu disebutkan :
"Dan beliau melipat tempat tidurnya dan menjauhi
isteri-isterinya (tidak menggauli mereka).
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam beri'tikaf pada
malam sepuluh terakhir bulan Ramadhan. Orang yang beri'tikaf tidak
diperkenankan mendekati (menggauli) isterinya berdasarkan dalil dari nash serta
ijma'. Dan "mengencangkan kain" ditafsirkan dengan bersungguh-sungguh
dalam beribadah.
Mengakhirkan berbuka hingga waktu sahur.
Diriwayatkan dari Aisyah dan Anas uadhiallahu 'anhuma,
bahwasanya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pada malam-malam sepuluh
(akhir bulan Ramadhan) menjadikan makan malam (berbuka)nya pada waktu
sahur.Dalam hadits marfu' dari Abu Sa'id radhiallahu 'anhu, ia berkata :
"Janganlah kalian menyambung (puasa). Jika salah
seorang dari kamu ingin menyambung (puasanya) maka hendaknya ia menyambung
hingga waktu sahur (saja). " Mereka bertanya: "Sesungguhnya engkau
menyambungnya wahai Rasulullah ? "Beliau menjawab: "Sesungguhnya aku
tidak seperti kalian. Sesungguhnya pada malam hari ada yang memberiku makan dan
minum. "(HR. Al-Bukhari)
Ini menunjukkan apa yang dibukakan Allah atas beliau dalam
puasanya dan kesendiriannya dengan Tuhannya, oleh sebab munajat dan dzikirnya
yang lahir dari kelembutan dan kesucian beliau. Karena itulah sehingga hatinya
dipenuhi Al-Ma'ariful Ilahiyah (pengetahuan tentang Tuhan) dan Al-Minnatur
Rabbaniyah (anugerah dari Tuhan) sehingga mengenyangkannya dan tak lagi
memerlukan makan dan minum.
Mandi antara Maghrib dan Isya'.
Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari Aisyah radhiallahu 'anha :
"Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam jika bulan
Ramadhan (seperti biasa) tidur dan bangun. Dan manakala memasuki sepuluh hari
terakhir beliau mengencangkan kainnya dan menjauhkan diri dari (menggauli)
isteri-isterinya, serta mandi antara Maghrib dan Isya."
Ibnu Jarir rahimahullah berkata, mereka menyukai mandi pada setiap
malam dari malam-malam sepuluh hari terakhir. Di antara mereka ada yang mandi
dan menggunakan wewangian pada malam-malam yang paling diharapkan turun
Lailatul Qadar.
Karena itu, dianjurkan pada malam-malam yang diharapkan di
dalamnya turun Lailatul Qadar untuk membersihkan diri, menggunakan wewangian
dan berhias dengan mandi (sebelumnya), dan berpakaian bagus, seperti
dianjurkannya hal tersebut pada waktu shalat Jum'at dan hari-hari raya.
Dan tidaklah sempurna berhias secara lahir tanpa dibarengi
dengan berhias secara batin. Yakni dengan kembali (kepada Allah), taubat dan
mensucikan diri dari dosa-dosa. Sungguh, berhias secara lahir sama sekali tidak
berguna, jika ternyata batinnya rusak.
Allah tidak melihat kepada rupa dan tubuhmu, tetapi Dia melihat
kepada hati dan amalmu. Karena itu, barangsiapa menghadap kepada Allah,
hendaknya ia berhias secara lahiriah dengan pakaian, sedang batinnya dengan
taqwa. Allah Ta'ala berfirman :
"Hai anak Adam, sesungguhnya Kami telah menurunkan
kepadamu pakaian untuk menutupi auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan. Dan
pakaian taqwa itulah yang paling baik. " (Al-A'raaf: 26).
I'tikaf. Dalam Shahihain disebutkan, dari Aisyah radhiallahu
'anha :
Bahwasanya Nabi shallallahu 'alaihi wasallam senantiasa beri'tikaf
pada sepuluh hari terakhir dari Ramadhan, sehingga Allah mewafatkan beliau.
"
Nabi shallallahu 'alaihi wasallam melakukan i'tikaf pada
sepuluh hari terakhir yang di dalamnya dicari Lailatul Qadar untuk menghentikan
berbagai kesibukannya, mengosongkan pikirannya dan untuk mengasingkan diri demi
bermunajat kepada Tuhannya, berdzikir dan berdo'a kepada-Nya.
Adapun makna dan hakikat i'tikaf adalah:
Memutuskan hubungan dengan segenap makhluk untuk menyambung
penghambaan kepada AI-Khaliq. Mengasingkan diri yang disyari'atkan kepada umat
ini yaitu dengan i'tikaf di dalam masjid-masjid, khususnya pada bulan Ramadhan,
dan lebih khusus lagi pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan. Sebagaimana
yang telah dilakukan Nabi shallallahu 'alaihi wasallam.
Orang yang beri'tikaf telah mengikat dirinya untuk taat
kepada Allah, berdzikir dan berdo'a kepada-Nya, serta memutuskan dirinya dari
segala hal yang menyibukkan diri dari pada-Nya. Ia beri'tikaf dengan hatinya
kepada Tuhannya, dan dengan sesuatu yang mendekatkan dirinya kepada-Nya. Ia
tidak memiliki keinginanlain kecuali Allah dan ridha-Nya. Sembga Alllah
memberikan taufik dan inayah-Nya kepada kita. (Lihat kitab Larhaa'iful
Ma'aarif, oleh Ibnu Rajab, him. 196-203)
'UMRAH DI BULAN RAMADHAN
Umrah di bulan Ramadhan memiliki pahala yang amat besar,
bahkan sama dengan pahala haji. Dalam Shahih nya, Imam Al-Bukhari meriwayatkan,
bahwasanya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
"Umrah di bulan Ramadhan menyamai haji, atau beliau
bersabda, haji bersamaku. "
Tetapi wajib diketahui, meskipun umrah di bulan Ramadhan
berpahala menyamai haji, tetapi ia tidak bisa menggugurkan kewajiban haji bagi
orang yang wajib melakukannya.
Demikian pula halnya shalat di Masjidil Haram Makkah dan di
Masjid Nabawi Madinah pahalanya dilipatgandakan, sebagaimana disebutkan dalam
hadits shahih :
"Shalat di masjidku ini lebih baik dari seribu (kali)
shalat di masjid-masjid lain, kecuali Masjidil Haram. "
Dalam riwayat lain disebutkan: "Sesungguhnya ia lebih
utama. " (HR, Al- Bukhari, Muslim dan lainnya)
LAILATUL QADAR
Allah Ta 'ala berfirman :
"Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Qur'an) saat
Lailatul Qadar (malam kemuliaan). Dan tahukah kamu apakah Lailatul Qadar itu?
Lailatul qadar itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun
malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur
segala uuusan. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar.
"(Al-Qadr: 1-5),
Allah memberitahukan bahwa Dia menurunkan Al-Qur'an pada
malam Lailatul Qadar, yaitu malam yang penuh keberkahan. Allah Ta'ala berfirman
:
"Sesungguhnya Kami menurunkannya pada suatu malam yang
diberkahi."(Ad-Dukhaan: 3)
Dan malam itu berada di bulan Ramadhan, sebagaimana firman
Allah Ta 'ala :
"Bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan
Al-Qur'an. "(Al-Baqarah: 185).
Ibnu Abbas radhiallahu 'anhu berkata :
"Allah menurunkan Al-Qur'anul Karim keseluruhannya
secara sekaligus dari Lauh Mahfudh ke Baitul'Izzah (langit pertama) pada malam
Lailatul Qadar. Kemudian diturunkan secara berangsur-angsur kepada Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam sesuai dengan konteks berbagai peristiwa selama 23
tahun."
Malam itu dinamakan Lailatul Qadar karena keagungan nilainya
dan keutamaannya di sisi Allah Ta 'ala. Juga, karena pada saat itu ditentukan
ajal, rizki, dan lainnya selama satu tahun, sebagaimana firman Allah :
"Pada malam itu dijelaskan segala urusan yang penuh
hikmah. " (Ad-Dukhaan: 4).
Kemudian, Allah berfirman mengagungkan kedudukan Lailatul
Qadar yang Dia khususkan untuk menurunkan Al-Qur'anul Karim:
"Dan tahukah kamu apakah Lailatul Qadar itu?" (
Lihat Tafsir Ibnu Katsir, 4/429.)
Selanjutnya Allah menjelaskan nilai keutamaan Lailatul Qadar
dengan firman-Nya:
"Lailatul Qadar itu lebih baik dari pada seribu bulan.
"
Maksudnya, beribadah di malam itu dengan ketaatan, shalat,
membaca, dzikir dan do'a sama dengan beribadah selama seribu bulan, pada
bulan-bulan yang di dalamnya tidak ada Lailatul Qadar. Dan seribu bulan sama
dengan 83 tahun 4 bulan.
Lalu Allah memberitahukan keutamaannya yang lain, juga
berkahnya yang melimpah dengan banyaknya malaikat yang turun di malam itu,
termasuk Jibril 'alaihis salam. Mereka turun dengan membawa semua perkara,
kebaikan maupun keburukan yang merupakan ketentuan dan takdir Allah. Mereka
turun dengan perintah dari Allah. Selanjutnya, Allah menambahkan keutamaan
malam tersebut dengan firman-Nya :
"Malam itu (penuh) kesejahteraan hingga terbit
fajar" (Al-Qadar: 5)
Maksudnya, malam itu adalah malam keselamatan dan kebaikan
seluruhnya, tak sedikit pun ada kejelekan di dalamnya, sampai terbit fajar. Di
malam itu, para malaikat -termasuk malaikat Jibril- mengucapkan salam kepada
orang-orang beriman.
Dalam hadits shahih Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
menyebutkan keutamaan melakukan qiyamul lail di malam tersebut. Beliau bersabda
:
"Barangsiapa melakukan shalat malam pada saat Lailatul
Qadar karena iman dan mengharap pahala Allah, niscaya diampuni dosa-dosanya yang
telah lalu. " (Hadits Muttafaq 'Alaih)
Tentang waktunya, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
bersabda :
"Carilah Lailatul Qadar pada (bilangan) ganjil dari
sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan. " (HR. Al-Bukhari, Muslim dan
lainnya).
Yang dimaksud dengan malam-malam ganjil yaitu malam dua
puluh satu, dua puluh tiga, dua puluh lima, dua puluh tujuh, dan malam dua
puluh sembilan.
Adapun qiyamul lail di dalamnya yaitu menghidupkan malam
tersebut dengan tahajud, shalat, membaca Al-Qur'anul Karim, dzikir, do'a,
istighfar dan taubat kepada Allah Ta 'ala.
Aisyah radhiallahu 'anha berkata, aku bertanya:
"Wahai Rasulullah, apa pendapatmu jika aku mengetahui
lailatul Qadar, apa yang harus aku ucapkan di dalamnya?" Beliau menjawab,
katakanlah :
"Ya Allah, sesungguhnya Engkau Maha Pengampun, Engkau
mencintai Pengampunan maka ampunilah aku. " (HR. At-Tirmidzi, ia berkata,
hadits hasan shahih).
Pelajaran dari surat Al-Qadr :
Keutamaan Al-Qur'anul Karim serta ketinggian nilainya, dan
bahwa ia diturunkan pada saat Lailatul Qadar.
Keutamaan dan keagungan Lailatul Qadar, dan bahwa ia
menyamai seribu bulan yang tidak ada Lailatul Qadar di dalamnya.
Anjuran untuk mengisi kesempatan-kesempatan baik seperti
malam yang mulia ini dengan berbagai amal shalih.
Jika Anda telah mengetahui keutamaan-keutamaan malam yang
agung ini, dan ia terbatas pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan maka
seyogyanya Anda bersemangat dan bersungguh-sungguh pada setiap malam dari
malam-malam tersebut, dengan shalat, dzikir, do'a, taubat dan istighfar.
Mudah-mudahan dengan demikian Anda mendapatkan Lailatul Qadar, sehingga Anda
berbahagia dengan kebahagiaan yang kekal yang tiada penderitaan lagi setelahnya
Di malam-malam tersebut, hendaknya Anda berdo'a dengan do'a-do'a bagi kebaikan
dunia-akhirat, di antaranya :
"Ya Allah, perbaikilah untukku agamaku yang merupakan
penjaga urusanku, dan perbaikilah untukku duniaku yang di dalamnya adalah
kehidupanku, dan perbaikilah untukku akhiratku yang kepadanya aku kembali, dan
jadikanlah kehidupan (ini) menambah untukku dalam setiap kebaikan, dan kematian
menghentikanku dari setiap kejahatan. Ya Allah bebaskanlah aku dari (siksa) api
Neraka, dan lapangkanlah untukku ritki yang halal, dan palingkanlah daripadaku
kefasikan jin dan manusia, wahai Dzat Yang Hidup dan terus menerus mengurus
(makhluk-Nya)"
"Wahai Tuhan kami, berikanlah kepada kami kebaikan di
dunia dan kebaikan di akhirat dan jagalah kami dari siksa Neraka. Wahai Dzat
Yang Hidup lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya), wahai Dzat Yang Memiliki
Keagungan dan Kemulyaan. "
"Ya Allah, sesungguhnya aku memohon hal-hal yang
menyebabkan (turunnya) rahmat-Mu, ketetapan ampunan-Mu, keteguhan dalam
kebenaran dan mendapatkan segala kebaiikan, selamat dari segala dosa,
kemenangan dengan (mendapat) Surga serta selamat dari Neraka. Wahai Dzat Yang
Maha Hidup dan terus menerus mengurusi makhluk-Nya, Wahai Dzat yang memiliki
Keagungan dan Kemuliaan. "
"Ya Allah, aku memohon kepada-Mu pintu-pintu kebajikan,
kesudahan (hidup) dengannya serta segala yang menghimpunnya, secara
lahir-batin, di awal maupun di akhirnya, secara terang- terangan maupun
rahasia. YaAllah, kasihilah keterasinganku di dunia dan kasihilah kengerianku
di dalam kubur serta kasihilah berdiriku di hadapanmu kelak di akhirat. Wahai
Dzat Yang Mahahidup, yang memiliki Keagungan dan Kemuliaan. "
"Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepada-Mu petunjuk,
ketakwaan, 'afaaf (pemeliharaan dari segala yang tidak baik) serta kecukupan.
"
"Ya Allah, sesungguhnya Engkau Maha Pengampun,
mencintai pengampunan maka ampunilah aku. "
"Ya Allah, aku mengharap rahmat-Mu maka janganlah
Engkau pikulkan (bebanku) kepada diriku sendiri meski hanya sekejap mata, dan
perbaikilah keadaanku seluruhnya, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain
Engkau. "
"Ya Allah, jadikanlah kebaikan sebagai akhir dari semua
urusan kami, dan selamatkanlah kami dari kehinaan dunia dan siksa akhirat.
"
"Ya Tuhan kami, terimalah (permohonan) kami,
sesungguhnya Engkau Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui, wahai Dzat Yang Maha
Hidup, yang memiliki keagungan dan kemuliaan."
"Semoga shalawat dan salam dilimpahkan kepada Nabi
Muhammad, segenap keluarga dan para sahabatnya. "
TAUBAT DAN ISTIGHFAR
A. Ayat-ayat tentang taubat :
Allah Ta'ala berfirman :
"Katakanlah: "Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui
batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat
Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah
Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. " (Az-Zumar: 53),
"Dan barangsiapa mengerjakan kejahatan dan menganiaya
dirinya sendiri, kemudian ia memohon ampun kepada Allah, niscaya ia mendapati
Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. "(An-Nisa': 110).
"Dan Dia-lah yang menerima taubat dari hamba-hamba-Nya
dan memaafkan kesalahan-kesalahan dan mengetahui apa yang kamu kerjakan.
"(AsySyuura: 25).
"Orang-orang yang mengevjakan kejahatan kemudian
bertaubat sesudah itu dan beriman, sesungguhnya Tuhan kamu, sesudah taubat yang
disertai dengan iman itu adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang
"(Al-A'raaf: 153),
"Dan bertaubatlah Kamu sekalian kepada Allah, wahai
orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung. "(An- Nuur: 31).
"Maka mengapa mereka tidak bertaubat kepada Al-lah dan
memohon ampun kepada-Nya? Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
(A1-Maa'idah: 74).
"Tidakkah mereka mengetahui, bahwasanya Allah menerima
taubat dari hamba-hamba-Nya dan menerima zakat, dan bahwasanya Allah Maha
Penerima taubat lagi Maha Penyayang?" (At- Taubah: 104).
"Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kalian
kepada Allah dengan taubat yang semurni-murninya, mudah-mudahan Tuhanmu akan
menghapus kesalahan-kesalahanmu dan memasukkan kama ke dalam Surga yang
mengalir di bawahnya sungai-sungai. (At-Tahriim:8).
"Dan sesungguhnya Aku Maha Pengampun bagi orang yang
bertaubat, beriman, beramal shalih, kemudian tetap dijalan yang benar. (Thaaha:
82).
'Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan
keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun
terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain
daripada Allah?
Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka
mengetahui. Mereka itu Balasannya ialah ampunan dari Tuhan mereka dan Surga
yang mengalir di dalamnya sungai-sungai, sedang mereka kekal di dalamnya, dan
itulah sebaik-baik pahala orang-orangyang beramal. "(Ali Imraan: 135-136).
Firman Allah Ta 'ala:'Mereka ingatAllah, maksudnya mereka
ingat keagungan Allah, ingat akan perintah dan larangan-Nya, janji dan
ancaman-Nya, pahala dan siksa-Nya sehingga mereka segera memohon ampun kepada
Allah dan mereka mengetahui bahwasanya tidak ada yang dapat mengampuni
dosa-dosa selain daripada Allah.
Dan firman Allah Ta'ala:"Dan mereka tidak meneruskan
perbuatan keji itu." Yakni mereka tidak tetap melakukannya padahal mereka
mengetahui hal itu dilarang dan bahwa ampunan Allah bagi orang yang bertaubat
daripadanya.
Dalam hadits disebutkan :
"Tidaklah (dianggap) melanjutkan (perbuatan keji) orang
yang memohon ampun, meskipun dalam sehari ia ulangi sebanyak 70 kali. "
(HR. Abu Ya'la Al-Maushuli, Abu Daud, At-Tirmidzi dan Al-Bazzaar dalam
Musnadnya, Ibnu Katsiir mengatakan, ia hadits hasan; TafsiY Ibnu Katsir,
1/408).
B. Hadits-hadits tentang taubat :
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
"Wahai sekalian manusia, bertaubatlah kepada Allah dan
memohonlah ampun kepada-Nya. Sesungguhnya aku bertaubat dalam sehari sebanyak
100 kali " (HR. Muslim).
Demikianlah keadaan Rasul shallallahu 'alaihi wasallam,
padahal beliau telah diampuni dosa-dosanya, baik yang lain maupun yang akan
datang. Tetapi Rasul shallallahu 'alaihi wasallam adalah hamba yang pandai
bersyukur, pendidik yang bijaksana, pengasih dan penyayang. Semoga shalawat dan
salam yang sempurna dilimpahkan Allah kepada beliau.
Abu Musa radhiallahu 'anhu meriwayatkan dari Nabi
shallallahu 'alaihi wasallam :
"Sesungguhnya Allah membentangkan Tangan-Nya pada malam
hari agar beutaubat orang yang berbuat jahat di siang hari dan Dia
membentangkan Tangan-Nya pada siang hari agar bertaubat orang yang berbuat
jahat di malam hari, sehingga matahari terbit dari Barat (Kiamat). "(HR.
Muslim)
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasalkam bersabda:
"Barangsiapa bertaubat sebelum matahari terbit dari
Barat, niscaya Allah menerima taubatnya. " (HR.Muslim)
Sebab jika matahari telah terbit dari Barat maka pintu
taubat serta merta ditutup.
Demikian pula tidak ada gunanya taubat seseorang ketika dia
hendak meninggal dunia. Allah berfirman :
"Dan tidaklah taubat itu diterima Allah dari
orang-orang yang mengeriakan kejahatan (yang) hingga apabila datang ajar kepada
seseorang di antara mereka, (barulah) ia mengatakan: 'Sesungguhnya aku
bertaubat sekarang .' (An- Nisaa': 18)
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
"Sesungguhnya Allah menerima taubat seorang hamba,
selama (nyawanya) belum sampai di kerongkongan. " (HR· At-Tirmidzi, dan ia
menghasan-kannya).
Karena itu setiap muslim wajib bertaubat kepada Allah dari
segala dosa dan maksiat di setiap waktu dan kesempatan sebelum ajal mendadak
menjemputnya sehingga ia tak lagi memiliki kesempatan, lalu baru menyesal,
meratapi atas kelengahannya. Dan sungguh, tak seorang pun meninggal kecuali ia
menyesal. Jika dia orang baik, maka ia menyesal mengapa dia tidak memperbanyak
kebaikannya, dan jika ia orang jahat maka ia menyesal mengapa ia tidak
bertaubat, memohon ampun dan kembali kepada Allah.
Dari Ibnu Abbas radhiallahu 'anhu, ia berkata, Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
"Barangsiapa senantiasa beristighfar, niscaya Allah
menjadikan untuk setiap kesedihannya kelapangan dan untuk setiap kesempitannya
jalan keluar, dan akan diberi-Nya rezki dari arah yang tiada disangka-sangka.
" (HR. Abu Daud) (Lihat kitab Lathaa'iful Ma'arif, oleh Ibnu Rajab, hlm.
172-178 )
Imam Al-Auza'i ditanya: "Bagaimana cara beristighfar?
Beliau menjawab: "Hendaknya mengatakan : "Astaghfirullah,
astaghfirullah. " Artinya, aku memohon ampunan kepada Allah.
Anas radhiallahu 'anhu meriwayatkan, aku mendengar Nabi
shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, Allah berfirman :
"Allah Ta'ala berfirman:"Wahai anak Adam,
sesungguhnya jika engkau memohon dan mengharap kepadaKu, niscaya Aku ampuni
dosa-dosamu yang lalu dan Aku tidak peduli. Wahai anak Adam, seandainya
dosa-dosamu sampai ke awan langit, kemudian engkau memohon ampun kepadaku,
niscaya Aku mengampunimu dan Aku tidak peduli. Wahai anak Adam, sesungguhnya
jika engkau datang kepadaku dengan dosa-dosa sepenuh bumi dan kamu menemuiKu
dalam keadaan tidak menyekutukanKu dengan sesuatu pun, niscaya Aku datangkan
untukmu ampunan sepenuh bumi (pula). " (HR. At-Tirmidzi, ia berkata hadits
ini hasan),
Dalam hadits di atas disebutkan tiga sebab mendapatkan
ampunan :
Berdo'a dengan penuh harap.
Beristighfar, yaitumemohon ampu"an kepadaAllah.
Merealisasikan tauhid, dan memurnikannya dari berbagai
bentuk syirik, bid'ah dan kemaksiatan. Hadits di atas juga menunjukkan luasnya
rahmat Allah, ampunan, kebaikan dan anugerah-Nya yang banyak.
SYARAT-SYARAT TAUBAT
Taubat dari segala dosa hukumnya adalah wajib. Jika maksiat
itu terjadi antara hamba dengan Allah, tidak berkaitan dengan hak manusia maka
ada tiga syarat taubat :
Hendaknya ia meninggalkan maksiat tersebut.
Menyesali perbuatannya.
Berniat teguh untuk tidak mengulangi perbuatan tersebut
selama-lamanya.
Apabila salah satu syarat ini tidak terpenuhi, maka
taubatnya tidak sah.
Adapun jika maksiat itu berkaitan dengan hak manusia maka
taubat itu diterima dengan empat syarat. Yakni ketiga syarat di muka, dan yang
keempat hendaknya ia menyelesaikan hak yang bersangkutan.
Jika berupa harta atau sejenisnya maka ia harus
mengembalikannya.
Jika berupa had (hukuman) atas tuduhan atau sejenisnya maka
hendaknya had itu ditunaikan atau ia meminta maaf darinya.
Jika berupa ghibah (menggunjing) maka ia harus memohon maaf.
Ia wajib meminta ampun kepada Allah dari segala dosa. Jika
ia bertaubat dari sebagian dosa, maka taubat itu diterima di sisi Allah, dan
dosa-dosanya yang lain masih tetap ada. Banyak sekali dalil-dalil dari
Al-Qur'an, Sunnah dan Ijma' yang menunjukkan wajibnya melakukan taubat.
Dalil-dalil yang dimaksud telah kita uraikan di muka. Allah menyeru kita untuk
bertaubat dan ber-istighfar, Ia menjanjikan untuk mengampuni dan menerima
taubat kita, merahmati kita manakala kita bertaubat kepada-Nya serta mengampuni
dosa-dosa kita, dan sungguh Allah tidak mengingkari janji-Nya.
Ya Allah, terimalah taubat kami, sesungguhnya Engkau Maha
Penerima taubat lagi Maha Penyayang.
Semoga shalawat dan salam senantiasa dilimpahkan kepada Nabi
Muhammad, keluarga dan para sahabatnya. Amin.
BERPISAH DENGAN RAMADHAN
Disebutkan dalam Shahihain sebuah hadits yang diriwayatkan
oleh Abu Hurairah radhiallahu 'anhu, bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam
bersabda:
"Barangsiapa puasa bulan Ramadhan karena iman dan
mengharap pahala dari (Allah), niscaya diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.
"
Dan dalam Musnad Imam Ahmad dengan sanad hasan disebutkan:
"Dan (dosanya) yang Kemudian. "
"Barangsiapa mendirikan shalat pada malam Lailatul
Qadar, karena iman dan mengharap pahala dari Allah niscaya diampuni
dosa-dosanya yang telah lalu, dan barangsiapa mendirikan shalat malam di bulan
Ramadhan karena iman dan mengharap pahala dari (Allah), niscaya diampuni
dosa-dosanya yang telah lalu." An-Nasa'i menambahkan: "Diampuni
dosanya, baik yang telah lalu maupun yang datang belakangan. "
Ibnu Hibban dan A1Baihaqi meriwayatkan dari Abu Sa'id, bahwa
Rasulullah shallallahu 'alihi wasallam bersabda :
"Barangsiapa berpuasa di bulan Ramadhan dan mengetahui
batas-batasnya (ketentuan -ketentuannya) serta memelihara hal-hal yang harus
dijaga, maka dihapus dosanya yang telah lalu. "
Ampunan dosa tergantung pada terjaganya sesuatu yang harus
dijaga seperti melaksanakan kewajiban-kewajiban dan meninggalkan segala yang
haram. Mayoritas ulama berpendapat bahwa ampunan dosa tersebut hanya berlaku
pada dosa-dosa kecil, hal itu berdasarkan hadits riwayat Muslim, bahwasanya
Nabi shallallahu 'alihi wasallam bersabda:
"Shalat lima waktu, Jum'at sampai dengan Jum'at
berikutnya dan Ramadhan sampai Ramadhan berikutnya adalah penghapus dosa yang
terjadi di antara waktu-waktu tersebut, selama dosa-dosa besar ditinggalkan.
"
Hadits ini memiliki dua konotasi :
Pertama : Bahwasanya penghapusan dosa itu terjadi dengan
syarat menghindari dan menjauhi dosa-dosa besar.
Kedua : Hal itu dimaksudkan bahwa kewajiban-kewajiban
tersebut hanya menghapus dosa-dosa kecil. Sedangkan jumhur ulama berpendapat,
bahwa hal itu harus disertai dengan taubat nashuha (taubat yang
semurni-murninya).
Hadits Abu Hurairah di atas menunjukkan bahwa tiga faktor
ini yakni puasa, shalat malam di bulan Ramadhan dan shalat pada malam Lailatul
Qadar, masing-masing dapat menghapus dosa yang telah lampau, dengan syarat
meninggalkan segala bentuk dosa besar.
Dosa besar adalah sesuatu yang mengandung hukuman tertentu
di dunia atau ancaman keras di akhirat; seperti zina, mencuri, minum arak,
melakukan praktek riba, durhaka terhadap orang tua, memutuskan tali keluarga
dan memakan harta anak yatim secara zhalim dan semena-mena.
Dalam firman-Nya, Allah Ta 'ala menjamin orang-orang yang
menjauhi dosa besar akan diampuni semua dosa kecil mereka:
"Jika kamu menjauhi dosa-dosa besar di antara dosa-dosa
yang kamu dilarang mengerjakannya, niscaya Kami hapus kesalahan-kesalahanmu
(dosa-dosa kecilmu) dan Kami memasukkanmu ke tempat yang mulia (Surga).
"(An-Nisaa': 31).
Barangsiapa melaksanakan puasa dan amal kebajikan lainnya
secara sempurna, maka ia termasuk hamba pilihan. Barangsiapa yang curang dalam
pelaksanaannya, maka Neraka Wail pantas untuknya. Jika Neraka Wail
diperuntukkan bagi orang yang mengurangi takaran di dunia, bagaimana halnya
dengan mengurangi takaran agama.
Ketahuilah bahwa para salafus shalih sangat
bersungguh-sungguh dalam mengoptimalkan semua pekerjaannya, lantas
memperhatikan dan mementingkan diterimanya amal tersebut dan sangat khawatir
jika ditolak. Mereka itulah orang-orang yang diganjar sesuai dengan perbuatan
mereka sedangkan hatinya selalu gemetar (karena takut siksa Tuhannya).
Mereka lebih mementingkan aspek diterimanya amal daripada
bentuk amal itu sendiri, mengenai hal ini Allah Ta 'ala berfirman :
"Sesungguhnya Allah hanya menerima (korban) dari
orang-orang yang bertaqwa. " (Al-Maa'idah:27).
Oleh karena itu mereka berdo'a (memohon kepada Allah) selama
6 (enam) bulan agar dipertemukan lagi dengan bulan Ramadhan, kemudian berdo'a
lagi selama 6 (enam) bulan berikutnya agar semua amalnya diterima.
Banyak sekali sebat-sebab didapatnya ampunan di bulan
Ramadhan oleh karena itu barangsiapa yang tidak mendapatkan ampunan tersebut,
maka sangatlah merugi. Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
"Jibril mendatangiku seraya berkata; 'Barangsiapa yang
mendapati bulan Ramadhan, lantas tidak mendapatkan ampunan, kemudian mati, maka
ia masuk Neraka serta dijauhkan Allah (dari rahmat-Nya). 'Jibril berkata
lagi;'Ucapkan amin' maka kuucapkan, 'Amin.' " (HR. Ibnu Hibban dan Ibnu
Khuzaimah)
Ketahuilah saudaraku, bahwasanya puasa di bulan Ramadhan,
melaksanakan shalat di malam harinya dan pada malam Lailatul Qadar, bersedekah,
membaca Al-Qur'an, banyak berdzikir dan berdo'a serta mohon ampunan dalam bulan
mulia ini merupakan sebab diberikannya ampunan, jika tidak ada sesuatu yang
menjadi penghalang, seperti meninggalkan kewajiban ataupun melanggar sesuatu
yang diharamkan. Apabila seorang muslim melakukan berbagai faktor yang
membuatnya mendapat ampunan dan tiada sesuatu pun yang menjadi penghalang
baginya, maka optimislah untuk mendapatkan ampunan. Allah Ta 'ala berfirman :
" Dan sesungguhnya Aku Maha Pengampun bagi orang yang
bertaubat, beriman dan beramal shalih, kemudian tetap dijalan yang benar.
" (Thaaha : 82).
Yakni terus melakukan hal-hal yang menjadi sebab didapatnya
ampunan hingga dia mati. Yaitu keimanan yang benar, amal shalih yang dilakukan
semata-mata karena Allah, sesuai dengan tuntunan As-Sunnah dan senantiasa dalam
keadaan demikian hingga mati. Allah Ta'ala berfirman:
"Dan sembahlah Tuhanmu sampai datang kepadamu apa yang
diyakini (ajal)." (AI-Hijr: 99).
Di sini Allah tidak menjadikan batasan waktu bagi amalan
seorang mukmin selain kematian.
Jika keberadaan ampunan dan pembebasan dari api neraka itu
tergantung kepada puasa Ramadhan dan pelaksanaan shalat di dalamnya, maka di
kala hari raya tiba, Allah memerintahkan hamba-Nya agar bertakbir dan bersyukur
atas segala nikmat yang telah dianugerahkan kepada mereka, seperti kemudahan
dalam pelaksanaan ibadah puasa, shalat di malam larinya, pertolongan-Nya
terhadap mereka dalam nelaksanakan puasa tersebut, ampunan atas segala dosa dan
pembebasan dari api Neraka. Maka sudah selayaknya bagi mereka untuk
memperbanyak dzikir, takbir dan bersyukur kepada Tuhannya serta selalu ,
bertaqwa kepada-Nya dengan sebenar-benar ; ketaqwaan. Allah Ta'ala berfirman :
"Dan hendaklah kama mencukupkan bilangannya dan
hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu
supaya kamu bersyukur. "(Al-Baqarah: 185).
Wahai para pendosa –demikian halnya kita semua, janganlah
kamu berputus asa dari rahmat Allah, karena perbuatan-perbuatan jelekmu.
Alangkah banyak orang sepertimu yangdibebaskan dari Neraka dalam bulan ini,
berprasangka baiklah terhadap Tuhanmu dan bertaubatlah atas segala dosamu,
karena sesungguhnya Allah tidak akan membinasakan seseorang pun melainkan
karena ia membinasakan dirinya sendiri. Allah Ta 'ala berfirman:
"Katakanlah: "Hai hamba-hambaKu yang melampaui
batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kama berputus asa dari rahmat
Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah
Yang Maha Pengampun lagri Maha Penyayang. (Az-Zumar: 53).
Sebaiknya puasa Ramadhan diakhiri dengan istighfar
(permohonan ampun), karena istighfar merupakan penutup segala amal kebajikan;
seperti shalat, haji dan shalat malam. Demikian pula dengan majlis-majlis,
sebaiknya ditutup dengannya. Jika majlis tersebut merupakan tempat berdzikir
maka istighfar adalah pengukuh baginya, namun jika majlis tersebut tempat
permainan maka istighfar berfungsi sebagai pelebur dan penghapus dosa. (Lihat
kitab Lathaaiful-Ma'aarif; oleh Ibnu Rajab, hlm. 220-228)
PERINGATAN
Sebagian orang apabila datang bulan Ramadhan, mereka
bertaubat, mendirikan shalat dan melaksanakan badah puasa. Namun jika Ramadhan
lewat mereka kembali meninggalkan shalat dan melakukan perbuatan maksiat.
Mereka inilah seburuk-buruk manusia, karena mereka tidak mengenal Allah kecuali
di bulan Ramadhan saja. Tidakkah mereka tahu bahwa pemilik bulan-bulan itu
adalah Satu, berbagai bentuk kemaksiatan adalah haram di setiap waktu dan Allah
Maha Mengetahui setiap gerak-gerik mereka di mana saja dan kapan saja. Maka
sebaiknya mereka cepat-cepat bertaubat nashuha, yakni dengan meninggalkan
berbagai bentuk kemaksiatan, menyesalinya dan bertekad untuk tidak
mengulanginya di masa mendatang, sehingga taubatnya diterima Allah dan diampuni
segala dosanya. Allah Ta'ala berfirman :
"Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai
orang-orangyang beriman supaya kamu beruntung. (An-Nuur: 31).
Dan dalam ayat yang lain Allah Ta 'ala berfirman :
" Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada
Allah dengan taubat yang semurni-murninya, mudah-mudahan Tuhan kamu akan
menghapus kesalahan-kesalahanmu dan memasukkan kamu ke dalam Surga yang
mengalir di bawahnya sungai-sungai " (At-Tahrim:8).
Barangsiapa mohon ampunan kepada Allah dengan lisannya,
namun hatinya tetap terpaut dengan kemaksiatan dan bertekad untuk kembali
melakukannya selepas Ramadhan, lalu dia benar-benar melaksanakan niatnya
tersebut, maka puasanya tertolak dan tidak diterima.
Aku mohon ampun kepada Allah dan bertaubat kepada-Nya, Dzat
yang tiada Tuhan yang haq kecuali Dia, Yang Maha hidup dan Berdiri Sendiri.
Tuhanku, ampunilah dosaku dan terimalah taubatku karena sesungguhnya hanya
Engkaulah Yang Maha Menerima taubat dan Maha Penyayang. Ya Allah aku telah
berbuat banyak kezhaliman terhadap diriku sendiri dan tiada yang dapat
mengampuni dosa melainkan Engkau, maka ampunilah aku dengan ampunan dari
sisi-Mu dan rahmatilah aku, sesungguhnya Engkau Maha Pengampun dan Maha
Penyayang. Semoga shalawat dan salam selalu dilimpahkan kepada Nabi Muhammad,
segenap keluarga dan para sahabat beliau.
CATATAN PENTING
1. Pada bulan Ramadhan tidak sedikit orang yang membuat
berbagai variasi pada menu makanan dan minuman mereka. Walaupun hal itu
diperbolehkan, tetapi tidak dibenarkan israf (erlebih-lebihan) dan melampaui
batas. Justeru seharusnya adalah menyederhanakan makanan dan minuman. Allah Ta
'ala berfirman :
"Makan dan minumlah dan janganlah kalian berbuat israf
(berlebih-lebihan), sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat
israf. " (Al-A'raaf: 31),
Ayat ini termasuk pangkal ilmu kedokteran. Sebagian salaf
berkomentar: "Allah mengklasifikasikan seluruh ilmu kedokteran hanya dalam
setengah ayat," lantas membacakan ayat ini. (Lihat Tafsir Ibnu Katsir
2/210.)
Ayat ini menganjurkan makan dan minum yang merupakan
penopang utama bagi kelangsungan hidup seseorang, kemudian melarang
berlebih-lebihan dalam hal tersebut karena dapat membahayakan tubuh. Nabi
shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
"Makanlah, minumlah, berpakaianlah dan bersedekahlah
tanpa disertai dengan berlebih-lebihan dan kesombongan. " (HR. Abu Daud
dan Ahmad, Al-Bukhari meriwayatkannya secara mu'allaq)
Nabi shallallahu halaihi wasallam bersabda lagi :
'Tiada tempat yang lebih buruk, yang dipenuhi anak Adam
daripada perutnya, cukuplah bagi mereka beberapa suap yang dapat menopang
tulang punggungnya (penyambung hidupnya) jika hal itu tidak bisa dihindari maka
masing-masing sepertiga bagian untuk makanannya, minumnya dan nafasnya. "
(HR. Ahmad, An-Nasaa'i, Ibnu Majah dan At-Tfrmidzi, beliau berkomentar: Hadits
ini Hasan, dan hadits ini merupakan dasar utama bagi semua dasar ilmu
kedokteran). (Lihat Al Majmu'atul Jalilah, hlm. 452.)
Malik bin Dinar radhiallahu'anhu berkata: "Tidak pantas
bagi seorang mukmin menjadikan perutnya sebagai tujuan utama, dan nafsu syahwat
mengendalikan dirinya."
Sufyan Ats-Tsauri rahimahullah berkata: "Jika Anda
menghendaki badan sehat dan tidur sedikit, maka makanlah sedikit saja."
Dari Abu Hurairah radhiallahu 'anhu, Nabi shallallahu
'alaihi wasallam bersabda:
"Sungguh, di antara yang paling aku khawatirkan menimpa
kamu sekalian adalah nafsu yang menyesatkan dalam perut dan kemaluanmu serta
hal-hal yang dapat menyesatkan hawa nafsu. " (HR.Ahmad).
Ketahuilah, bahwa dampak teringan akibat berlebih-lebihan
dalam makan dan minum adalah banyak tidur dan malas melaksanakan shalat tarawih
serta membaca Al-Qur'an, baik di waktu malam atau di siang hari. Barangsiapa
yang banyak makan dan minumnya, maka akan banyak tidurnya sehingga tidak
sedikit kerugian yang menimpanya.
Karena ia telah menyia-nyiakan detik-detik Ramadhan yang
mulia dan sangat berharga yang tidak dapat digantikan dengan waktu lain serta tidak
ada yang menyamainya. Ketahuilah bahwa waktumu terbatas dan detak nafasmu
terkalkulasi rapi, sedangkan dirimu nanti akan dimintai pertanggungjawaban atas
waktumu, dan kamu akan diganjar atas perbuatan yang kamu lakukan di dalamnya.
Maka janganlah sekali-kali kamu menyia-nyiakannya tanpa amal perbuatan dan
jangan kamu biarkan umurmu pergi percuma, terutama pada bulan dan musim yang
mulia dan agung ini.
2. Jika diperhatikan, banyak manusia yang menghabiskan siang
hari di bulan Ramadhan hanya untuk tidur mendengkur, sementara malamnya mereka
habiskan untuk mengobrol dan bermain-main, sehingga mereka tidak merasakan
puasa sedikit pun bahkan tidak sedikit yang meninggalkan shalat berjamaah
-semoga Allah menunjukinya. Hal ini mengandung bahaya dan kerugian yang sangat
besar bagi mereka, karena Ramadhan adalah musim segala ibadah seperti
melaksanakan shalat, puasa, membaca Al-Qur'an, dzikir, berdo'a dan mohon
ampunan.
Ramadhan merupakan bilangan hari, yang berlalu dengan cepat
dan menjadi saksi ketaatan bagi orang-orang yang taat, sekaligus sebagai saksi
bagi para tukang maksiat atas semua perbuatan maksiatnya.
Seyogyanya setiap muslim selalu memanfaatkan waktunya dalam
hal-hal yang berguna, janganlah memperbanyak makan di malam hari dan tidur di
slang hari, jangan pula menyia-nyiakan sedikit pun waktunya tanpa berbuat amal
shalih atau mendekatkan diri kepada Tuhannya.
Diriwayatkan dari Hasan Al-Bashri rahimahullah, bahwasanya
ia berkata: "Sesungguhnya Allah Ta'ala menjadikan bulan Ramadhan sebagai
saat untuk berlomba-lomba dalam amal kebajikan dan bersaing dalam melakukan
amal shalih. Maka satu kaum mendahului lainnya dan mereka menang, sedangkan
yang lain terlambat dan mereka pun kecewa."
Ketahuilah bahwa siang dan malam hari itu merupakan gudang bagi
manusia yang sarat dengan simpanan amal baik atau buruknya. Kelak pada hari
Kiamat akan dibuka gudang ini untuk (diperlihatkan dan diserahkan kepada)
pemiliknya. Orang-orang yang bertakwa akan mendapati simpanan mereka berupa
penghargaan dan kemuliaan, sedangkan orang-orang pendosa yang menyia-nyiakan
waktunya akan mendapatkan kerugian dan penyesalan.
3. Sebagian orang malah begadang sepanjang malam, yang hal
tersebut hanya membawa dampak negatif, baik berupa obrolan kosong, permainan
yang tidak ada manfaatnya ataupun keluyuran di jalanan.
Mereka makan sahur di pertengahan malam dan tertidur
sehingga tidak melaksanakan shalat Shubuh berjamaah. Dalam hal inl banyak
hal-hal yang dilarang, di antaranya adalah:
Begadang tanpa manfaat, padahal Nabi shallallahu 'alaihi
wasallam sangat membenci tidur sebelum shalat Isya' dan berbicara sesudahnya,
kecuali dalam hal-hal yang baik, sebagaimana disebutkan dalam hadits riwayat
Ibnu Mas'ud :
"Tidak diperkenankan bercakap-cakap di malam hari
kecuali bagi orang yang sedang mengerjakan shalat atau sedang bepergian. "
(HR. Ahmad, As-Suyuti menandainya sebagai hadits hasan).
Tersia-siakannya waktu yang amat mahal di bulan Ramadhan
dengan percuma, padahal manusia akan merugi sekali dari setiap waktunya yang
berlalu tanpa diisi dengan dzikir sedikit pun kepada Allah.
Mendahulukan sahur sebelum saat yang dianjurkan dan
disunnahkan yakni di akhir malam sebelum fajar.
Dan musibah terbesar adalah ia tertidur hingga meninggalkan
shalat Shubuh tepat pada waktunya dengan berjamaah, padahal pahalanya sebanding
dengan melaksanakan shalat separuh malam bahkan semalam suntuk, sebagaimana
disebutkan dalam hadits riwayat Utsman radhiallahu 'anhu bahwasanya Nabi
shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
"Barangsiapa mendirikan shalat Isya' dengan berjamaah;
maka ia bagaikan melaksanakan shalat separuh malam; dan barangsiapa shalat
shubuh berjamaah maka ia bagaikan shalat semalam suntuk. " (HR. Muslim).
Oleh karena itu, mereka yang selalu mengakhirkan shalat dan
bermalas-malasan dalam melaksanakannya serta menghalangi dirinya sendiri dari
keutamaan dan pahala shalat berjamaah yang agung berarti memiliki sifat-sifat
orang munafik.
Allah Ta 'ala berfirman :
"Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan
Allah akan membalas tipuan mereka; Dan apabila mereka mendirikan shalat mereka
mendirikannya dengan malas." ( An-Nisaa': 142).
Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
"Sesungguhnya shalat yang terberat bagi orang-orang
munafik adalah shalat Isya' dan Shubuh, jika mereka mengetahui pahalanya,
niscaya mereka mendatanginya kendatipun dengan merangkak." (HR. Al-Bukhari
dan Muslim).
Maka sudah selayaknya -terutama di bulan Ramadhan- setiap
muslim segera tidur setelah melaksanakan shalat tarawih, dan secepatnya bangun
di akhir malam, kemudian shalat malam dan menyibukkan diri dengan dzikir, do'a,
istighfar dan taubat sebelum dan seusai sahur hingga shalat fajar.
Tetapi lebih utama lagi jika ia habiskan malam harinya
dengan membaca dan mempelajari Al-Qur'an, sebagaimana yang telah dilakukan Nabi
shallallahu a'alaihi wasallam bersama Jibril 'alaihis salam.
Allah Ta'ala memuji dan menyanjung orang-orang yang memohon
ampunan di akhir malam, sebagaimana dalam firman-Nya :
"Mereka sedikit sekali ridur di malam hari, dan di
akhir-akhir malam mereka memohon ampunan kepada Allah). "
(Adz-Dzaariyaat:17-l8).
Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
"Allah Ta'ala turun ke langit dunia setiap malam sewaktu
malam tinggal sepertiga bagian akhir, lantas berfirman, 'Barangsiapa berdo'a
akan Aku kabulkan. Barangsiapa yang memohon pasti Aku perkenankan. Barangsiapa
minta ampun niscaya Aku mengampuninya, hingga terbit fajar. " (HR. Muslim)
Maka sudah sepantasnya bagi setiap muslim yang selalu
berharap rahmat Tuhannya dan takut terhadap siksaNya- memanfaatkan kesempatan
penting ini, dengan berdo'a dan mohon ampun kepada Allah untuk dirinya, kedua
orang tuanya, anak-anaknya, segenap kaum muslimin dan para penguasanya. Memohon
ampun dan bertaubat kepada Allah di setiap malam bulan Ramadhan dan di setiap
saat dari umurnya yang terbatas sebelum maut menjemput, amal perbuatan terputus
dan penyesalan berkepanjangan. Allah Ta'ala berfirman :
"Dan bertaubatlah kalian semua orang-orang yang beuiman
supaya kalian beruntung." (An-Nuur: 31),
Ya Allah terimalah taubat kami, sesungguhnya Engkau Maha
Penerima taubat dan Maha Penyayang.
Semoga shalawat dan salam selalu dilimpahkan ke haribaan
Nabi Muhammad, segenap keluarga dan para sahabatnya.