Hamzah bin Abdul-Muththalib
Bila artikel sebelumnya kita membahas sahabat dan
paman Rasulullah, yaitu Abbas bin Abdul-Muththalib, maka sekarang kita akan
membahas Hamzah bin Abdul-Muththalib (bahasa Arab: حمزه بن عبدالمطلب) adalah sahabat sekaligus paman dan saudara
sepersusuan Nabi Muhammad SAW. Ia memiliki julukan "Singa Allah"
karena kepahlawanannya saat membela Islam.
Pada suatu hari
Hamzah bin Abdul Muthalib keluar dari rumahnya sambil membawa busur dan anak
panah untuk berburu binatang di padang pasir, hal itu telah menjadi hobi dan
kegemarannya sejak masa muda.
Siang itu hampir
setengah harian ia habiskan waktunya di padang pasir yang luas dan tandus itu,
akan tetapi ia tidak mendapatkan buruannya. Akhirnya ia beranjak pulang dan
mampir di Ka'bah untuk melakukan thawaf sebelum kembali ke rumah.
Sesampainya di
depan Ka'bah seorang budak perempuan milik Abdullah bin Jud'an At Taimi
menghampirinya seraya berkata,"Hai Abu Umarah, andai saja tadi pagi kamu
melihat apa yang dialami oleh keponakanmu, Muhammad bin Abdullah, niscaya kamu
tidak akan membiarkannya. Ketahuilah, bahwa Abu Jahal bin Hisyam-lah, musuh
bebuyutannya telah memaki dan menyakiti keponakanmu itu, hingga akhirnya ia
mengalami luka-luka di sekujur tubuhnya." kemudian diceritakannya
peristiwa itu secara rinci.
Setelah
mendengarkan panjang lebar peristiwa yang di alami oleh keponakannya tadi pagi,
dia terdiam sambil menundukkan kepalanya sejenak. Lalu ia membawa busur dan
anak panah dan menyandangnya, Kemudian dengan langkah cepat dan tegap, ia pergi
menuju Ka'bah dan berharap akan bertemu dengan Abu Jahal di sana. Namun belum
sampai di Ka'bah ia melihat Abu Jahal dan beberapa pembesar Quraisy sedang
berbincang-bincang. Maka dalam ketenangan yang mencekam, Hamzah mendekati Abu
Jahal. Lalu dengan gerakan yang cepat ia lepaskan busur panahnya dan
dihantam-kan ke kepala Abu Jahal berkali-kali hingga jatuh tersungkur dan
mengucur-lah darah segar deras dari dahinya.
"Mengapa
kamu memaki dan mencederai Muhammad, padahal aku telah menganut agamanya dan
meyakini apa yang dikatakannya? Nah sekarang, coba ulangi kembali makian dan
cercaan mu itu kepadaku jika kamu berani!", bentak Hamzah kepada Abu
Jahal.
Akhirnya dalam
beberapa saat orang-orang yang berada di sekitar Ka'bah lupa akan penghinaan
yang baru saja menimpa pemimpin mereka. Mereka begitu terpesona oleh kata-kata
yang keluar dari mulut Hamzah yang menyatakan bahwa ia telah menganut dan
menjadi pengikut Muhammad.
Tiba-tiba
beberapa orang dari Bani Makhzum bangkit untuk melawan Hamzah dan menolong Abu
Jahal. Tetapi Abu Jahal melarang dan mencegahnya seraya
berkata,"Biarkanlah Abu Umarah melampiaskan amarahnya kepadaku. Karena
tadi pagi, aku telah memaki dan mencerca keponakannya dengan kata-kata yang
tidak pantas."
Ibnu Atsir
berkata dalam kitab ‘Usud al Ghabah”, Dalam perang Uhud, Hamzah berhasil
membunuh 31 orang kafir Quraisy, sampai pada suatu saat beliau tergelincir
sehingga ia terjatuh kebelakang dan tersingkaplah baju besinya, dan pada saat
itu ia langsung ditombak dan dirobek perutnya . lalu hatinya dikeluarkan oleh
Hindun kemudian dikunyahnya hati Hamzah tetapi tidak tertelan dan segera
dimuntahkannya.
Ketika Rasulullah
melihat keadaan tubuh pamannya Hamzah bin Abdul Muthalib, Beliau sangat marah
dan Allah menurunkan firmannya ,” Dan jika kamu memberikan balasan, maka
balaslah dengan balasan yang sama dengan siksaan yang ditimpakan kepadamu. Akan
tetapi jika kamu bersabar, sesungguhnya itulah yang lebih baik bagi orang-orang
yang sabar. (Qs; an Nahl 126) Diriwayatkan oleh Ibnu Ishaq di dalam kitab,”
Sirah Ibnu Ishaq” dari Abdurahman bin Auf bahwa Ummayyah bin Khalaf berkata
kepadanya, "Siapakah salah seorang pasukan kalian yang dadanya dihias
dengan bulu bulu itu?", aku menjawab “Dia adalah Hamzah bin Abdul
Muthalib”. Lalu Umayyah dberkata Dialah yang membuat kekalahan kepada kami”.
Sementara itu Abu
jahal yang telah mengetahui bahwa Hamzah telah berdiri dalam barisan kaum muslimin
berpendapat perang antara kaum kafir Quraisy dengan kaum muslimin sudah tidak
dapat dielakkan lagi. Oleh karena itu ia mulai menghasut dan memprovokasi
orang-orang Quraisy untuk melakukan tindak kekerasan terhadap Rosulullah dan
pengikutnya. Bagai manapun Hamzah tidak dapat membendung kekerasan yang
dilakukan kaum Quraisy terhadap para sahabat yang lemah. Akan tetapi harus
diakui, bahwa keislamannya telah menjadi perisai dan benteng pelindung bagi
kaum muslimin lainnya. Lebih dari itu menjadi daya tarik tersendiri bagi
kabilah-kabilah Arab yang ada di sekitar jazirah Arab untuk lebih mengetahui
agama islam lebih mendalam.
Sejak memeluk
islam, Hamzah telah berniat untuk membaktikan segala keperwiraan, keperkasaan,
dan juga jiwa raganya untuk kepentingan da'wah islam. Karena itu tidaklah
mengherankan jika Rasulullah menjulukinya dengan sebutan "Asadullah"
yang berarti singa Allah.
Pasukan kaum
muslimin yang pertama kali di kirim oleh Rasulullah dalam perang Badar, di
pimpin langsung oleh Sayyidina Hamzah, Si Singa Allah, dan Ali bin Abu Thalib
menunjukkan keberaniannya yang luar biasa dalam mempertahankan kemuliaan agama
islam, hingga akhirnya kaum muslimin berhasil memenangkan perang tersebut
secara gilang gemilang. Banyak korban dari kaum kafir Quraisy dalam perang
tersebut, dan tentunya mereka tidak mau menelan begitu saja. Maka mereka mulai
mempersiapkan diri dan menghimpun segala kekuatan untuk menuntut balas
kekalahan yang mereka alami sebelumnya.
Akhirnya tibalah
saatnya perang Uhud di mana kaum kafir Quraisy disertai beberapa kafilah Arab
lainnya bersekutu untuk menghancurkan kaum muslimin. Sasaran utama perang
tersebut adalah Rasulullah dan Hamzah bin Abdul Muthalib. Dan mereka memiliki
rencana yang keji terhadap Hamzah yaitu dengan menyuruh seorang budak yang
mahir dalam menggunakan tombak dan organ hatinya akan di ambil dan akan di
makan oleh Hindun yang memiliki dendam sangat membara karena ayahnya dibunuh
oleh Hamzah pada Perang Badar
Sedangkan Washyi
bin Harb diberikan tugas yang maha berat yaitu membunuh Hamzah dan akan
dijanjikan kepadanya imbalan yang besar pula yaitu akan dimerdekakan dari
perbudakan. Akhirnya kedua pasukan tersebut bertemu dan terjadilah pertempuran
yang dahsyat, sementara Sayyidina Hamzah berada di tengah-tengah medan
pertempuran untuk memimpin sebagian kaum muslimin. Ia mulai menyerang ke kiri
dan ke kanan.
Seluruh pasukan
kaum muslimin maju dan bergerak serentak ke depan, hingga akhirnya dapat
diperkirakan kemenangan berada di pihak kaum muslimin. Dan seandainya pasukan
pemanah yang berada di atas bukit Uhud tetap patuh pada perintah Rosulullah
untuk tetap berada di sana dan tidak meninggalkannya untuk memungut harta
rampasan perang yang berada di lembah Uhud, niscaya kaum muslimin akan dapat
memenangkan pertempuran tersebut.
Di saat mereka
sedang asyik memungut harta benda musuh islam yang tertinggal, kaum kafir
Quraisy melihatnya sebagai peluang dan berbalik menduduki bukit Uhud dan mulai
melancarkan serangannya dengan gencar kepada kaum muslimin dari atas bukit
tersebut. Tentunya penyerangan yang mendadak ini pasukan muslim terkejut dan
kocar-kacir dibuatnya. Melihat itu semangat Hamzah semakin bertambah berlipat
ganda. Ia kembali menerjang dan menghalau serangan kaum Quraisy.
Sementara itu
Wahsyi terus mengintai gerak gerik Hamzah, setelah menebas leher Siba' bin
Abdul Uzza dengan lihai-nya. Maka pada saat itu pula, Wahsyi mengambil ancang-ancang
dan melempar tombaknya dari belakang yang akhirnya mengenai pinggang bagian
bawah Hamzah hingga tembus ke bagian muka di antara dua pahanya. Lalu Ia
bangkit dan berusaha berjalan ke arah Wahsyi, tetapi tidak berdaya dan akhirnya
roboh sebagai syahid.
Usai peperangan,
Rasulullah dan para sahabatnya bersama-sama memeriksa jasad dan tubuh para
syuhada yang gugur. Sejenak beliau berhenti, menyaksikan dan membisu seraya air
mata menetes di kedua belah pipinya. Tidak sedikitpun terlintas di benaknya bahwa
moral bangsa arab telah merosot sedemikian rupa, hingga dengan teganya berbuat
keji dan kejam terhadap jasad Hamzah. Dengan keji mereka telah merusak jasad
dan merobek dada Sayyidina Hamzah dan mengambil hatinya. Kemudian Rasulullah
mendekati jasad Sayyidina Hamzah bin Abdul Muthalib, Singa Allah, Seraya
bersabda,
"Tak pernah
aku menderita sebagaimana yang kurasakan saat ini. Dan tidak ada suasana apapun
yang lebih menyakitkan diriku dari pada suasana sekaran ini."
Setelah itu
Rasulullah dan kaum muslimin menshalatkan jenazah pamannya dan para syuhada
lainnya satu persatu. Pertama Sayyidina Hamzah dishalatkan lalu di bawa lagi
jasad seorang syahid untuk dishalatkan, sementara jasad Sayyidina Hamzah tetap
dibiarkannya disitu. Lalu jenazah itu di angkat, sedangkan jenazah Sayyidina
Hamzah tetap di tempat. Kemudian di bawa jenazah yang ketiga dan dibaringkannya
di samping jenazah Sayyidina Hamzah. Lalu Rasulullah dan para sahabat lainnya
menshalatkan mayat itu. Demikianlah Rasulullah menshalatkan para syuhada Uhud
satu persatu, hingga jika di hitung Maka Rasulullah dan para sahabat telah
menshalatkan Sayyidina Hamzah sebanyak tujuh puluh kali.
Abdurahman bin
Auf menyebutkan bahwa ketika perang Badar, Hamzah berperang disamping
Rasulullah dengan memegang 2 bilah pedang. Diriwayatkan dari Jabir bahwa ketika
Rasulullah shallallahu alaihi wassalam melihat Hamzah terbunuh, maka beliau
menagis. Ia wafat pada tahun 3 H, dan Rasulullah Shallallahu alaihi wasalam
dengan “Sayidus Syuhada”.
Hamzah syahid
pada Perang Uhud, ia dibunuh oleh Wahsyi bin Harb seorang budak Ethiopia milik
Hindun binti Utbah, istri dari Abu Sufyan bin Harb. Ayah Hindun dibunuh oleh
Hamzah pada Perang Badar, kemudian Hindun menjanjikan kebebasan untuk Wahsyi
bila ia mampu membalaskan dendamnya dengan membunuh Hamzah.
Sumber :
Comments