Plasmanutfah, Perawatan dan Kegunaan pada Tanaman Tebu (Saccharum officinarum) - part IV
SAMPLING PHILOSOPHY
Struktur
genetik populasi tanaman yang dikembangkan dengan tehnik sampling sudah
dipertimbangkan. Ketika klonal tidak dikecualikan dalam pertimbangan ini maka
akan ada masalah – masalah lain.
1.
Populasi bisa
berupa campuran dari vegetative dan sexual propagules anjuran – anjuran ini,
koleksi vegetatif harus lebih intensif dari pada koleksi biji di suatu tempat,
bila genetif variability bisa dibandingkan.
2.
Material
vegetatif selalu makan tempat. Sampling yang luas dan banyak akan mempersulit
transportasi.
Pada
saat membuat formulasi sampling, harus ada pertimbangan antara genetik
variability dan besarnya populasi klonal.
Pada
tahun 1976, expedisi orang Indonesia dimana sitem sampling adalah kompromi
antara pencapan luasnya daerah yang terkaver dengan pendapatan sample dari
masing – masing lokasi yang dikunjungi (berding dan koiko, 1980), hal ini
meragukan, karena kita belum bisa menjangkau tempat sumber plasmanutfah,
terkosentrasi Indonesia, banyak terdapat S.
robustum atau E arundinaceus
dimana varian penotip yang terlihat tidak jelas, kelihatannya semuanya berasal
dari satu propagule yang berkembang secara lokal, atau semak yang tercampur
dengan klonal atau sexual propagule yang tidak terlihat varian penotip dalam
morfologi ?
Ketika
dilihat, semak yang terlihat seragam diambil sample, tapi ketika sample di
ulang yang diambil semak dari tempat yang berbeda disepanjang satu sungai,
tanpa menghiraukan morpologinya.
Pada
skala yang lebih besar, klon dari E. arundinaceus
di koleksi dari Kalimantan sampai Irian Jaya sebenarnya ada keseragaman dari
segi morfologi, sedangkan untuk S.
rebustum dan S. spontaneum
terlihat varian yang besar.
Secara
citologi juga terdapat sesuatu yang kontras antar spesis Erianthus arundinaceus terlihat hanya mempunyai 1. Cytotyne,
disebut 2n=60 (Mohan dan Sreenivasan. 1983). S. robustum terdapat 5 grup aneuploid dan 5 euploid pada 2 dasar
cytotype 2n= 60 dan 2n=80 (price, 1965).
Saccharum Spontaneum mempunyai jenis-jenis bentuj yang banyak demikian juga jumlah kromosom
bervariasi dari 2n = 40 sampai 2n = 128 (Panje dan Babu, 1960). Data yang tidak
dipublikasikan dari Roach (tabel 1) adalah perbedaan variability dari E arundinaceus dengan S. robustum dan S. spontaneum untuk 10 karekter quantitative.
Beberapa
pekerja ( J.D. Miller.B.T. Roach 1984) mengusulkan agar beberapa klon E. arundinaceus di buang saja dan
genetik yang representative bisa dipertahankan.
Dilingkungan
Merinya, dimana pembungaan tidak baik, ada pembungaan di daerah tertentu. Klon
dari Kalimantan berbunga sebelum klon yang di Sulawesi yang berbunga sebelum
dari Irian Jaya. Varian dari karakter quantitative ada antara keseragaman
morfologi.
Tabel 1. Varian penotip
pada karakter quantitative S. rebustum,
S. spontaneum dan E arundinaceus
Karakter
|
S. robustum
52 klon
|
S. spontaneum
125 klon
|
E. arundinaceus
73 klon
|
Ketegakan
|
84
|
-
|
40
|
Tillering
|
55
|
-
|
23
|
Diameter batang
|
35
|
40
|
8
|
Panjang batang
|
22
|
77
|
17
|
TCH
|
77
|
56
|
36
|
% serat (berat segar)
|
24
|
14
|
9
|
Brix
|
20
|
19
|
16
|
Pol
|
32
|
42
|
26
|
Jus (ash)
|
35
|
25
|
15
|
Lebar daun
|
25
|
47
|
13
|
Juga ada beberapa masalah pada expedisi
Indonesia, dan juga pada laporan pada hampir semua expedisinya, dimana variasi
populasi lokal antara S. robustum dan
S. spontaneum sangat besar
sekali, hal ini terjadi karena adanya pergaulan antara individu pada populasi
yang banyak, sehingga terdapat variasi yang nyata pada sumber yang tersedia.
Tidak
ada data objective untuk variability diantara spesis liar di semak-semak
seperti klo Saccharum. Walau 50-100
sampel tiap daerah direkomendasikan sebanyak diperbanyakan populasi secara
sexual, terlalu luas untuk kondisi ini. Dia menganjurkan 10-20 sampel per
kilometer bujur sangkar.
Pengalaman
expedisi terbatas untuk tanam tebu (breeding dan koike, 1980 : Krishnamurti dan
Koike, 1982), masih tentang sampling yang intensive, mungkin ke intensifan
sampel dapat dipenuhi kelak, bila plasmanutfah dari setiap daerah bagian secara
spesifik bisa dipenuhi. Sampling dari spesis yang dibudidayakan seperti S. Officinarum, berbeda dengan sampling
spesis liar pada genus yang sama, dan sedikit berbeda pada sampling yang
dikembangkan secara sexual.
Pada
kasus S. Officinarum, perbanyakan
klon bisa ditemukan di kebun-kebun klon ini sudah dikenali secara ciri-ciri
luar dan sudah punya nama, dan sudah tersebar luas, namun pada point terbuka
mereka masih sama dengan yang lain, dimana, tidak ada perubahan dinamika
genetika secara populasi tentang respons terhadap lingkungan dan tekanan
patogen.
Pada
sistem cocok tanam Swedia, klonal individu yang baik diperbanyak untuk tanam
berikutnya, kesempatan untuk variasi generasi berikut dengan menggabungkan klon
yang ada dikebun dan seleksi secara alam yang berkecambah. Grassl (1977)
memberi contoh, S. Officinarum
berasal dari hibrida antara 2 tau 3 individu yang berbeda dari jumlah populasi
yang berbeda antara S. Robustusm, S Officinarum
belum bertahan di luar cocok tanam. Sebab itu sampling plasmanutfah S. Officinarum praktis lebih sederhana
jika dibandingkan dengan sampling S.
Robustum dan S. Spontaneum.
Pada
saat melakukan koleksi 1914. New Guinea di anggap sebagai daerah asal dari S. Officinarum, tapi koleksi terbatas
untuk penyakit fiji. Dan bagaimana kondisi saat ini ? apakah klon disana masih
tahan ? perkecambahan klon baru bisa terinfeksi lebih berat, konsekuensinya
mungkin 1 dari sedikit tempat dimana S.
Officinarum berinteraksi dengan tekanan patogenik.
MAINTENACE
SITUASI SAAT INI
Koleksi
dunia untuk material Saccharum complex
dan genera yang berhubungan telah dipelihara oleh ISSCT dengan persetujuan USDA
/ARS di Canal Point dan Miami Florida, dan oleh Sugarcane Breeding Institut di Cannanore dan Coimbatore, India.
Outline sejarah world collection, dan detil lokasi juga operasional sudah
dibuat (balasundaram dkk, 1980).
Material
dari World collection, termasuk 200 hibrida buatan, seperti ditegaskan oleh
ISSCT, dapat diubah dengan bebas. Semua koleksi dipelihara tiap tahun juga
diambil kesimpulan. Bahan vegetatif dari klon world Colection yang dikapalkan
menurun pada tahun belakangan ini, mungkin disebabkan beberapa penyakit pada
pertumbuhan di daerah – daerah material ini dapat di lihat pada Tabel 2
dibawah ini
Tabel 2. Pemasukan klonal di world Colection dari
material Saccarum Complex yang dipelihara di India dan United state.
Kel. Plasmanutfah Miami b Canal point b Cannanore c
Saccharum
officinarum 546 169 632
S. robustum 97 62 38
S. Spontaneum 266 118 415
S. barberi 6 32 43
S. Sinense 18 9 -
Eccoilopus 2 1 -
Erianthus (sect. Ripidium) 172 161 22
Miscanthus 8 14 -
Pennisetum 5 2 -
Imperata 9 5 -
Narenga / sclerotachya 11 6 2
Hibrida buatan e 174 168 1,728
Tidak teraplikasi 381 2.404 529
Total 1,787 f 3,237 3,438
a.
Dipelihara
oleh C. Breeding India dan pertanian United State
b.
Daftar dari
Miami dan Canal Point tidak terlalu bagus
c.
Koleksi S. Spontaneum di pelihara di Coimbafore
d.
SBI.
Coimbabore, yang baru didirikan di kebun dataran tinggi untuk memelihara
Miscanthus spp di Wellington Barat Ghats
e.
Dibuat
ketentuan untuk mencantumkan 200 hibrida buatan, 25 diantaranya menjadi sejarah
penting hanya 103 di rancang untuk di sebar pada Mei 1985, 200 klon ini juga
ada di USDA /ARS atau komersil India, bukan bagian dari world Colection.
f.
Total di
Miami termasuk yang belum di klasifikasikan atau klon hibrida dan Canal Point
CP dan komersial asing yang tidak layak di distribusi.
ISSCT
World Collection di kenal sebagian primory Collection. Ada tambahan 11 dikenal
sebagai secondary Collection, artinya mereka bebas dalam world Collection tapi
masing-masing mempunyai material yang unik.
Berding
dan Koike (1980) mempertahankan pengurangan yang serius pada USDA Word
Collection yang di tempatkan di Miami 1976. Mereka membuat daftar yang sudah
berumur 4 tahun yang layak untuk USDA dari 1260 klon yang dikoleksi antara
periode 1875 – 1957, tinggal 338 atau 27 % yang sisa, disebabkan oleh penekanan
Walker (1980) yang membuat batasan dimana tebu yang sudah dilepas tidak pernah
lagi akan masuk ke program breeding.
Contohnya,
beberapa tebu nobel pada koleksi awal yang dibuang, dari potensi tebu,
komersial, pada hal bisa saja beberapa diantaranya mempunyai nilai potensi pada
aspek lain di breeding. Analisa pada daftar USDA world Colection menunjukkan
pengurangan yang terus menerus pada plasma nutfah. Dari 338 klon yang didaftar
USDA pada tahun 1976, saat ini tersisa 305. 33 klon tambahan juga hilang
koleksi sejak tahun 1957 yang dikumpulkan sekitar 1203 klon sekarang tinggal
567 yang terlihat di USDA atau sekitar 53 %. Bisa saja keadaan ini overtimasi,
atau kekurangan motivasi mungkin sebaik tekhnik dan konservasi plasmanutfah
tebu, tanaman tebu tercatat dengan baik secara internasional. Maintenace dan
dokumentasi dapat ditemukan apabila dibutuhkan.
Pemeliharaan
material klonal penuh dengan kesulitan untuk membuat terbaik resiko penyakit
pada material kolonal lebih tinggi dari pada perbanyakan melalui reproduksi,
pada tebu pemeliharaan dengan tepe yang berbeda juga sulit. Contohnya S.
Officinarum tidak bisa di tumbuhkan dengan baik bersamaan dengan tebu
komersil. Beberapa cara dari kebun nobel memang tersedia. Masalah juga ada
seperti saat memelihara Mischanthus pada ddataran rendah umumnya.
Perlakuan tambahan dan perhatian khusus juga mendukung keberhasilan dalam
merawat spesis liar Saccharum complex.
Pemeliharaan
di world Collection Miami di suatu lokasi batu kapur harus digantikan karena
tidak sesuai dengan sebagian besar material tebu, karena daya tahan tebu
menurun dan gampang terserang penyakit dan gejala detisiensi.
Masalah
pemeliharaan tebu, tidaklah terlalu unik hal ini bisa dilihat dari contoh pada
saat National Plant Germplasm Commitee di USA melakukan uji mengenai
pemeliharaan pada plasmanutfah buah-buahan dan kacang (dalam klonal besar). 12
tempat yang direncanakan, pertama beroperasi dimulai di Corvallis Orengoh 1981.
Kedua di Davis, California, dimulai pada 1980 dan ketiga di rencanakan di
Genewa, New York 1982.
Di
Corvalis di buat fasilitas 1.700 M2 Screen house, 900 m2 green house untuk
isolasi tanaman klon baru, index virus dan perbanyakan. Sebanyak 1691 aksesi
diterima pada tahun pertama, termasuk 1345 kultifor buah pir (John dan West
wood, 1982). Pemeliharaan tebu tidak seserumit ini di bandingkan dengan diatas.
Hal penting yang kita perlukan adalah suatu lahan (lingkungan) dimana tanaman
tidak terlalu stress (extrim) dan bisa meminimalkan serangan serangga dan
masalah-masalah penyakit (John dan Westwood, 1982).
Untuk
tanaman tebu, kriteria ini bisa masukdi Cannora, tapi kurang memuaskan di Miami
ini perlu untuk para breeder tebu untuk tebu untuk mendukung U.S National
Germplasm mendapatkan material klonal. Sebelum memutuskan apa yang harus
disiapkan untuk membuat kebun plasmanutfah.
Konsep
perawatan intensive dan semiintersive
dalam kondisi yang optimal sangat penting agar pengurangan aksesi dapat
dibendung, tidak ada gunanya melanjutkan pengumpulan bila pemeliharaan tidak
memadai. Namun boleh melanjutkan pengoleksian tapi perhatian lebih di fokuskan
dalam pemeliharaan yang benar. Semua ini telah disebutkan secara detail oleh
IBPGR.
Roach
(1984) membuat 3 penelitian dari koleksian-koleksian ini 2 pada kebanyakan
lembaga, penekanan pada pemeliharaan 2 mereka tidak representatif pada Saccarum
complex : 3 konservasi plasmanutfah dan dokumentasinya kelihatannya tidak
merndapat prioritas pada sebagian besar lembaga, ini terbukti dari daftar klon
yang tidak bisa di pertahankan jumlahnya.
Sisi
lain dari masalah penyusutan material di world Collection di USDA / ARS Canal
Point dan Gral Gables, Florida, koleksi 9 percuma bila tidak ada perbaikan
katalog, ini menjadi komitmen pada pemeliharaan dan evaluasi.
IBPGR
memarkan untuk memprioritaskan Saccharum complex kemudian
pemeliharaannya supaya tidak terjadi gen yang sangat dibutuhkan untuk breeding
ada beberapa yang sulit di terima, adanya pengurangan ini di beberapa bagian
dari World Collection, dan yang lain juga kurang representative.
Kesulitan
lain juga ada yaitu dalam melakukan pengurangan, sebab lingkungan yang
diinginkan Saccharum complex ada berbeda-berbeda element.
Perhatian
khusus harus diberikan pada perawatan, materi klonal harus di rawat secara
intensive dan kondisi optimum untuk mengurangi kehilangan, katalog dalam
pertukaran informasi pada koleksi juga harus di tata. Apabila pemeliharaan dari
semua material ini sudah ideal, maka sumber-sumbernya akan dibatasi.
Untuk
world Colection, harus melakukan evaluasi untuk 2 tujuan yaitu :
-
Penggunaan plasmanutfah harus terbatas bila masuk
kekurangan data avaluasi.
-
Keputusan
secara logika untuk membuang suatu aksesi tidak bisa dilakukan kalau data evaluasinya
tidak ada.
DESIDING WHAT TO MAINTAIN
Ada
4 hal yang jadi pertimbangan dalam mengambil keputusan, apa saya yang akan
dipelihara pada plasmanutfah.
TUJUAN KOLEKSI PLASMANUTFAH
Alasan
untuk menanam plasmanutfah dapat berubah ubah, dalam penekanan yang
berbeda-beda. Pengumpulan awal pada expedisi adalah untuk mencari material yang
baru digunakan untuk tujuan komersial, disini klon yang tidak memenuhi syarat
tidak akan di pertahankan pada interatur tanaman tebu, banyak nama-nama tebu
nobel yang sudah pernah dicoba tapi kemudian di buang plasmanutfah tebu untuk
kebun pabrik gula, tidak terlalu banyak yang dipelihara.
Penemuan
pembuahan pada tebu telah membawa deminsi baru bagi pengoleksian tebu-tebu yang
tidak layak menjadi komersil, tapi mempunyai kelebihan yang spesifik, tetap
dipertahankan, namun dengan berkembangnya pengetahuan, mungkin ini tidak
terlalu menarik bagi pada breeder. Dengan adanya hibrida interspesifik, maka
penting juga untuk memelihara spesis liar dan kerabatnya ini dimasukkan saja ke
World Collection, karena kecil kemungkinan yang lain untuk bisa menampung
koleksi dalam jumlah besar di kebun –kebun tebu.
Bisa
juga beberapa koleksi adalah material yang spesifik yang digunakan untuk
pelajaran taxonomy dan evolusi tapi ini akan dikurangi bila para peneliti tidak
membutuhkannya lagi.
SIFAT KOLEKSI
Pengoleksian,
pemeliharaan beriringan dengan program cane breeding secara umum koleksi tidak
terlalu besar. Koleksi biasanya lebih dari satu masa tanam tapi belum, tentu
untuk jangka waktu yang lama.
TINGKAT KESULITAN PERAWATAN
Ini
akan dipengaruhi oleh jangka waktu conservasi dan tergantung dan sifat dari
material itu dan lokasi dan fasilitas perkebunan. Contoh ; khususnya klon dari S.
Officinarum jauh lebih banyak hilang dari pada S. Spontaneum
pada lingkungan yang ada di World Collection Miami sedangkan di world
Collection Cannori, koleksi S. Officinarum tidak ada yang hilang.
DEGREE OFF CHARACTERIZATION OR USE
Material
yang memiliki karekteristik baik yang bisa dipakai dalam breeding atau tujuan
lain harus di rawat lebih intensive dari pada yang lain.
Sampai
saat ini, peraturan di 2 world Collection masis merawat semua aksesi klonal,
ini meragukan apabila dilanjutkan ke tujuan yang sebenarnya, pada saat yang
sama jumlah klon baru meningkat disini ada 3 pilihan :
Ø Hanya satu sample klon yang dirawatberdasarkan
geografi dan keragaman genetik. Membuat perbedaan genetika ada sangat
dibutuhkan dalam mendapatkan karakter teetentu.
Ø Melakukan pengurangan pada in-country atau
in.situ, kehilangan dari pengurangan ini tidak akan lebih besar dari pada
pemindahan tanaman ke lingkungan yang tidak sesuai sebagai contoh pemeliharaan
tebu nobel di Miami atau Mischanthus di dataran tinggi di Creech dan Reitz
(1971) pertimbangan pergembangan in-country dan In-situ dilakukan pada musim
dan daerah yang berbeda. Baru-bar ini yayasan World Wildlife telah memulai
pengumpulan dana untuk menunjang program konservasi internasional, tujuannya
terutama untuk membantu pelestarian sumber genetik bagi tanaman termasuk jenis
primitive untuk kepentingan masa yang akan datang. IBPGR termasuk salah satu
konsultannya pelestarian tanaman di setiap daerah dan tujuan lain untuk
mengembangkan pelestarian di kebun-kebun cagar alam. (Davis 1985), para breeder
tebu bisa memantau perkembangannya.
Ø Menerima bahwa fungsi plasmanutfah lebih
mengutamakan pelestarian gen dari pada pelestarian genotip, bila ini diterima,
akan lebih sedikit pilihan yang tersedia.
Comments