Plasmanutfah, Perawatan dan Kegunaan pada Tanaman Tebu (Saccharum officinarum) - part I
GERMPLASM COLLETION,
MAINATENANCE, AND USE
I.
PLASMANUTFAH
DIFINISI UMUM
Divinisi
plasmanutfah adalah sebagai kumpulan material suatu tanaman dipakai atau tidak,
dimana dapat digunakan sebagai perbaikan atau sekedar untuk diamati, dan dapat
diaplikasi pada tanaman tebu. Koleksi plasmanutfah berfungsi sebagai sumber
bahan genetik
Masing-masing
spesis perlu didiscripsikan tentang variabel, demikian juga ekologi dan
distribusi geografis program koleksi. Konservasi sumber genetik adalah untuk
meningkatkan kualitas tanaman. Mempelajari klasifikasi genetika, daerah asal,
jenis luar tanaman, dan spesis luar yang dipelajari dengan modifikasi adalah
tepat untuk tanaman tebu. masalah konservasi plasmanutfah berbeda pada tiap
klas.
Konservasi
pada kultivar lanjutan atau klon pada tebu hanya memiliki sedikit dukungan. Biasanya pusat pemuliaan tebu menahan cultivar
pengganti mereka sampai saatnya menggantikan yang komersial, lebih dari 200
hibrida buatan yang bersejarah yang telah diakui ISSCT, dikoleksi untuk hitungan
dunia.
Belum
dapat dipastikan daerah asal dari tanaman tebu. Setidaknya menurut Frankel and
Soule (1981) klon dari Melanesia (Saccharum
offcinarum) dan klon S. Barberi
dan S. Sinense di tanam di India
Utara dan Cina Selatan mereka bisa dibedakan berdasarkan namanya dan perbedaan
adaptasi. Belum bisa dipastikan apakah
jenis-jenis genetik yang ada sehubungan dengan pengurus lingkungan klon pada
grup– grup ini telah di budidayakan dalam waktu yang lama dan sekarang
digunakan sebagai suber gen. S. Spontaneum
dan S. Robustum bisa disamakan dengan
tebu jenis liar Miscanthus spp, Erianthus (sect Ripidium spp,
Sclerostachya spp dan Narenga spp,
sesuai untuk klasifikasi terakhir buku ini, yang diberi nama Erianthus (Sect Ripidium) and
menggantikan Narenya spp) dan
kemudian total definisi dari sumber genetik yang diberikan, namun dikategorikan
sebagai jenis liar yang tidak digunakan oleh manusia.
Pelestarian
plasmanutfah dapat diklasifikasikan secara luas dalam 2 kategori besar, yaitu working colection dan sumber genetik
namun karena untuk tanaman tebu dimana setiap kebun bila di tanam akan membutuhkan
biaya tinggi, maka biasanya working
colection adalah juga merupakan sumber genetik, karena ini lebih praktis.
DEFINISI PLASMANUTFAH DAN KONTEKS PEMULIAAN TEBU
Saccharum termasuk klas rumput rumputan, Graminae bisa dilihat pada bab 2 buku
ini dan anggota – anggota dari Saccharum secara detail telah dijelaskan. Kepentingan
plasmanutfah untuk pemulia tebu adalah pada Saccharum
Complex, oleh Mukherjee (1957) dan di revisi oleh Daniels dkk (1975) ini
terdapat dalam bab 2 buku ini. Genera lain yang juga penting adalah Saccharastre, sedang genus Imperata Cyr terdapat 9 spesis yang terdistribusi
di belahan bumi timur, tropical dan subtropis, beberapa spesis juga ditemukan
di Amerika tropis dan subtropis Amerika Selatan. Persilangan antara Saccharum dan Imperata di temukan oleh Janaki Ammad, 1991).
E ccollopus Steud terdistribusi di India sampai China ke Jepang Miscanthidium Stap, genus kecil dengan 6 pssies terbatas di Afrika
Selatan (adati dan Shiotani, 1962) tapi turunan dari persilangan dengan Saccharum
telah dilaporkan (Brett, 1954).
Pada
kelompok Eulaliastrae, Eulalia Kunth
dan Microstegium Nees, Eulalias
terdiri dari sekitar 20 spesies di iklim Asia Timur dan beberapa spesies di
Afrika. Microstegium sekitar 15
spesies, terdistribusi secara luas di daerah tropis hingga daerah tropis panas
seperti Asia Tenggara dan Caucacus, dan juga beberapa di Afrika Selatan (Adati
dan Shiotani, 1962). Grassl (1972) memperkirakan Eulalia dan Microstegium
mempunyai jenis – jenis dalam jumlah besar yang berguna bagi para pemulia tebu.
Spodiopogon Trin, mempunyai sekitar 10 spesies, terbesar luas dari India dan Burma terus
ke Cina terus ke Jepang. Spodiopogon,
Eccoilopus, dan Eulalia, kemudian
menjadi koleksi di dunia, tapi tidak banyak digunakan.
PERBAIKAN GENETIK DAN DASAR GENETIK TANAMAN TEBU
Ada
2 peristiwa yang dipakai sebagai petunjuk pada perkembangan genetika tebu.
Pertama ditemukannya reproduksi sexual dan kemudian ditemukannya keuntungan
interspesifik hibridisasi. Interspesifik hibridisasi pada tebu telah ada sejak adanya hibrida.
Pembuahan
pada bunga tebu pertama kali ditemukan oleh J.W Parris di Barbados (1954)
kemudian secara independen oleh Sotwedel di Jawa 1885, dan Harison dan Bovell
di Barbados.
Soltwedel,
dalam penelitiannya pada tebu yang tahan terhadap penyakit sereh di Jawa
dilakukan hibrida interspesific antara tebu unggulan dan S. Spontaneum pada 1887 konsep ini ditemukan olehnya, namun saat
itu belum berhasil pada 1890 – 1911 Soltwedel, Warker dan Wilbrink berhasil
memperluas hibrida interspesifik Jeswint dan Van Harreveld memperluas pada
persilangan S. Offcinarum dan S. Spontaneum menghasilkan POJ 2878
(1921).
Keberhasilan
ini mengahiri pengumpulan klon S.
Officinarum sebagai peningkatan komersil. S. Spontaneum di buat sebagai sumber gen untuk tebu liar hingga 5
dekade berikutnya.
KOLEKSI
Ada
4 alasan mengapa ada koleksi plasmanutfah sebagai tanaman tebu
- Mendapatkan pengganti klon komersilal
- Menyediakan tetua untuk pemuliaan klon terbaik
- Mengisi kekosongan dari taxnomy
- Mendapatkan gen yang representative dan secara geografis.
Untuk
poin no1, tidak lagi valid sejak hibrida interspesifik diperkenalkan oleh
pemulia Belanda tahun 1928 dilakukan expedisi untuk material lain diluar S. Officinarum walau mereka kemudian
mengoleksi tebu – tebu liar, expedisi ini gencar sehingga tahun1950.
Keuntungan
untuk ditemukannya S. Officinarum, yaitu
untuk menyelidiki hibrida komersial yang menjadi penghasil sukrosa.
Untuk
saat ini alasan koleksi cenderung untuk poin-poin 2 dan 3 sedang logikanya
tetap untuk poin-poin 1 namun no 3 juga bukannya kurang penting. Dengan
pengetahuan element material yang ada untuk bisa digunakan seoptimalnya untuk
mewujudkan poin 4 perlu penekanan lebih.
Dengan
maraknya gangguan dan perusakan alam semakin sulit untuk mendapatkan koleksi
dan informasi plasmanutfah tebu. Sebagai contoh hal ini dirasakan pada saat
expedisi Spontaneum yang mungkin dari India dengan mencoba mengumpulkan dan mempelajari
tentang Spontaneum dan sejenisnya.
PENYEBARAN AWAL TEBU
Penyebaran
tebu oleh manusia tercatat dalam sejarah, bukti ini ditulis sebagai hipotesa
mengenai asal dan penyebaran tebu di dunia Barat, telah mempelajari tebu sejak
327 BC sejak Alexander mengkompayekannya. Saat itu tebu disebut “ Honey Bearing
Reed” kemudian tebu menyebar ke Timur Tengah, arab dan 10 abad kemudian sudah
diperhitungkan di daerah Spanyol kemudian Canary Island.
Colombus
membawa tebu ke Hipaniola pada pelayarannya yang kedua 1443 klon yang dibawah
adalah hibrida dari S. barberi dan S. Offiicinarum yang kemudian menjadi
basis industri. Industri di subtropika berawal di India yang menurut sejarahnya
membudidayakan klon S. barberi X S Sinense.
Sedangkan di jawa adalah S. Officinarum
Imigran dari Cina yang awalnya membuat industri (1400).
Tulisan
awal memcatat bahwa klon tebu yang ada seperti milik Rumpt yang ada di Herbarium Amboinense 741-53 dia
mendiskripsikan 3 jenis S. Offcinarum
dari Jawa, tapi tanaman tebu tidak terkenal di nusantara. Wallace hanya mengatakan
bahwa tebu ada dipulau Aru pada tahun 1860 setelah sekitar 6 tahun
perjalanannya di Nusantara pada awal penyebarannya, terbukti dari koleksi klon
oleh pemulia Belanda selama 1880 an.
Kemudian
menyebar melalui Indonesia, Pilipina, Malaysia, Indocina, Jepang dan
Bengladesh. Migrasi penting lain dari New Guinea dan kepulauannya ke timur
melalui Melanesia dan polynesia. New coledonia mempunyai penyebaran luas tebu
nobel pada zaman French (1855) kepulaan bagian Timur dilaporkan banyak tebu
nobel ditemukan pada saat pelayanan pertama demikian juga di Hawaii ditemukan
tebu nobel ketika Cook mendarat di sana.
Boganville
terdapat tebu yang dibawa dan Otaheite ke Mauritius pada tahun 1767, walaupun
tidak disebutkan dalam tulisannya, sedangkan masuknya ke Cossigny dan jawa ke
Mauritius dengan sejumlah klon yang terdistribusi pada 1789. Kehadiran tebu di
Mauritius melalui Cossigny ke Mauritius guadalope dan Cayenne. Kemudian masuk
kembali dengan klon – klon yang hampir sama oleh Bligh, ketika dia bawa 4 klon
dari Pasifik selatan ke Jamaikapada 1793 pada 1798 untuk merespon berkurangnya
produksi, de vasieur melakukan expedisi dengan tujuan mencari bibit tebu yang
baru.
Sejarah
lengkap tentang peredaran tebu untuk 100 tahun berikutnya di dokumentasikan
oleh Deer (1949).
ORGANIZED COLLECTION TO 1921
Brandes
(1956) menjabarkan peredaran tebu nobel dari Tanna dan Mew Coledonia ke Reunion
pada periode 1853-1873 Mauritius
mendapatkan koleksi pada 1870 Veillard dan Planch mendiscripsikan sekitar 40
klon dari utara New Caledonia pada 1863 60 klon berbeda dari kebun melalui New Caledonia
didiskripsikan oleh Greslan 1884.
Mengelsdorf
(1946) memasukkan klon baru untuk industri di Hawaii pertama dari Tahiti 1843,
tidak berhasil. kedua 1854 juga dari Tahiti berhasil dan segera menggantikan
yang asli Hawaii. 17 klon dari mauritius yang didistribusikan pada 1884, dan
kira-kira pada tahun yang sama masuk 5 klon dari Queensland.
Stone
pada 1875 membuat catatan pertama dari Ne Guinea, klon – klon ini dari lahan
dekat dengan Port Moresby. Dia kembalikan 8 klon ke Brisbane.
Daniel
(1967 b) merinci observasi dan koleksi tebu di Fiji penanaman besar besaran
untuk di makan (kunyah) di teliti oleh Lockerby pada 1808 pada 1873. Ranken
mencatat lebih dari 20 klon. Horne pada 1877 mengirim 24 klon, melalui ke
pulauan ke Mauritius dimana mereka mendapat kesuksesan. horne juga mencatat
penemuan Fiji merah dan hijau di Mauritius pada 1877. 1967 Daniel merinci
koleksi Horne.
Oleh
karena masalah penyakit soreh di jawa, pemulia Belanda menganjurkan untuk
mengoleksi material lain selain S.
Officinarum. Soltwedel sebelum meninggal, mengumpulkan material lain, klon
tebu dari beberapa pulau di kepulauan Malaysia, tidak dirinci apa saja yang
dikoleksi tapi disebutkan termasuk diantaranya tebu liar.
Pada
tahun 1890, kobus pergi ke India dan menghasilkan S. barberi dan S. Sinense
dan setelah dikarantina, sejumlah tebu dimasukkan ke Jawa pada 1895 salah satu
Chunne disilangkan dengan tebu nobel pada 1897.
Cowley,
disponsori oleh Q AS, mengoleksi dari pantai selatan New Guinea (1892) 40 klon
yang dikembalikan mati karena fumigasi, 11 klon lagi didapatkan pada kunjungan
1893 tapi tidak ada yang berstatus komersial.
Pada
1895, Tryoh mengoleksi di pantai Selatan antara Port Moresby dan Milne Bay 66
klon tambah sekitar 6 klon yang lain didapatkan sebagian sebagai klon komersil
unggul yang terkenal Badila.
Dari
tahun 1908 sampai 1921, CSR Ltd mensponsori 3 expedisi koleksik New Guinea.
Pada 1908 Dennis dan Blaxland mengoleksi di Louisslade dan D’ Entrecasteaux dan
pulau Trobriand dan kebagian utara tanah dataran telah terkumpul 123 klon, tapi
sebagian besar dibuang karena rentan penyakit Fiji.
Pada
1912, Wells disponsori oleh BSES, mengoleksi dari lereng selatan dari Owen Stanley Range, di barat Laut dari Port
Moresby dari 158 klon yang dikoleksi hanya 119 yang punya nama dan tidak ada
yang berhasil jadi komersil.
Pada
expedisi CSR yang kedua tahun 1914 Corne dan baker mengumpulkan dari sekitar
Hydrographer Ranger di pertengahan timur laut dan menghasilkan 133 klon.
Sampling pada region ini tidak memadai, sebagian besar koleksi pada tahun 1908
s/d 1914 hilang. Bremer’s (1925) membuktikan bahwa pemulia belanda mengumpulkan
material klon dari kepulauan nusantara koleksi permulaan ini di rinci oleh Berding
dan Koike (1980).
Expedisi
ke 3 CSR pada 1921, Chinnery mengoleksi dari bagian Mr. Obree dan menghasilkan
40 klon. Joubert juga pada 1921 mengoleksi 18 klon dari pulau Tabar dan pulau New
Irehand. Tidak ada klon yang bisa menjadi komersial namun berguna sebagai
tetua.
Comments