Budidaya Tanaman Tebu (Saccharum officinarum) - part I
Budidaya
tanaman tebu dipengaruhi oleh banyak faktor seperti iklim, bentuk tanah,
komposisi dan struktur tanah, irigasi dan drainase, varietas, hama dan
penyakit, manajemen dan ketersediaan tenaga trampil, serta cara panen.
Faktor-faktor ini mempengaruhi dengan cara yang berbeda–beda dan kadang juga
saling berinteraksi. Sebagai konsekwensinya, cara budidaya yang berbeda juga
diterapkan oleh suatu negara dalam memproduksi gula tergantung kondisi lokal
masing-masing. Bagian ini bertujuan untuk memberikan panduan yang secara umum
dilakukan dibanyak tempat, tetapi juga cara praktis lain yang menarik di suatu
tempat.
Untuk
beberapa tahun, lahan dibuka menggunakan kampak dan gergaji, dan seluruh lahan
tebu di Karibia, Amerika Utara dan Selatan, Asia dan Australia juga dibuka
menggunakan cara ini. Ini merupakan metode yang membosankan dan membutuhkan
banyak tenaga manusia, kemudian perubahan (transformasi) secara cepat terjadi
ketika buldozer dan traktor atau ripper digunakan. Pekerjaan ini dapat
dilakukan dengan cepat dan membutuhkan sedikit operator yang terampil dan kru
perawatan. Pohon ditebang, dirobohkan dan dibakar setelah kering. Area yang
telah dibuka dapat dibentuk agar drainase dapat dilakukan atau memberikan fasilitas
untuk irigasi.
Ketika
persiapan lahan dilakukan dengan tangan menggunkan cangkul, garpu atau bajak
hewan, tanah yang baik/diharapkan akan diperoleh jika pengerjaannya dilakukan
pada kelembaban yang cukup. Sekitar tahun 1900 ketika bajak dioperasikan dengan
tali dan melintasi lapangan dengan mesin uap yang banyak digunakan/diintroduksikan
ke sebagian besar negara. Pada tahun 1930, bajak dengan mesin uap mengantikan
teknologi tanpa olah tanah. Kedua cara ini, beberapa tahun terakhir, secara
pelan digantikan oleh traktor beroda. Traktor pertama menggunakan bahan bakar
petrolium atau energi paraffin dan akhirnya menggunakan mesin diesel. Implemen
dihubungkan dengan alat dan kontrol dengan pautan hidrolik dan dengan cara
demikian dapat mengurangi pemborosan.
SISTEM PENGOLAHAN
Walaupun
banyak perbedaan cara budidaya yang dikembangkan ketika tebu untuk
pertamakalinya ditanam dalam skala luas, secara umum dibawah suatu kondisi, ada
2 hal yang harus diperhatikan :
- Mereka harus mempertimbangkan kondisi iklim lokal dan
- Mereka tergantung pada ketersediaan tenaga kerja yang murah.
Didaerah
panas, memerlukan irigasi perlindungan tanah dan kelembabannya merupakan hal
penting, dan untuk daerah yang rendah drainase sangat diperlukan.
KONSERVASI TANAH DAN LAYOUT LAPANGAN
Konservasi
tanah bertujuan untuk melindungi tanah tempat tebu tumbuh dalam hubungannya
dengan menghasilkan keuntungan besar secara konsisten selama waktu yang
memungkinkan. Seluruh layout lapangan bertujuan untuk mencapai ini dan
merupakan alat yang digunakan oleh perencana tergantung pada USLE (Universal Soil Lois Equation) (SASEX,
1996). Definisi kehilangan tanah dibawah suatu kondisi dirumuskan sebagai :
Kehilangan tanah (A) = faktor
erosi karena hujan (R) * Faktor erodibilitas tanah (K)* Faktor topografi (LS) * Faktor manajemen tanaman (C) * Faktor
kebiasaan (P).
Ø Kehilangan
total (A) merupakan total tanah yang hilang dari berbagai kondisi dan akan
berbeda nilai untuk masing-masing tipe tanah. Ini dinyatakan dalam ton/tahun.
Faktor yang mempengaruhi dapat dikelola secara hati-hati ketika hal ini sangat
terbatas.
Ø Bagian
yang menjelaskan faktor erosi karena hujan (R) adalah jumlah hujan yang turun
pada sebagian badai yang memberikan sebuah estimasi luas dari kerusakan dan
intensitasnya. Kekuatan yang interaktif terjadi pada saat hujan adalah butiran
hujan dan aliran air. Mulsa yang menutupi atau sampah dan row yang pantas dan
derajad drainase dapat mengurangi efek kehilangan tanah.
Ø Faktor
erodibilitas tanah (K) tergantung pada komposisi penyusun tanah (persentase
pasir, lempung, lumpur). Struktur tanah, kandungan bahan organik dan
permeabilitas tanah. Struktur yang miskin, permeabel, tanah berpasir dengan
kandungan bahan organik lebih mudah tererosi daripada struktur tanah lempung
dengan kandungan bahan organik sedang sampai tinggi.
Ø Faktor
topografi (LS) merupakan sebuah fungsi kemiringan dan panjang slope,
peningkatan derajat kemiringan mempengaruhi
ketesediaan air yang dapat menyebabkan tersebar dan pergerakan partikel tanah.
Ø Faktor
manajemen tanaman (C) mempunyai nilai yang berbeda tergantung cara yang
dilakukan seperti sampah, pembakaran tebu, penanaman dalam jalur dan pengolahan
tanah minimum, juga waktu pelaksanaan seperti penanaman yang berhubungan dengan
curah hujan yang tinggi. Penerapan cara ini juga penting dalam konservasi
kelembaban tanah selama fase pertumbuhan tebu.
Ø Faktor
kebiasaan (P) dengan dikurangi dengan melakukan konservasi seperti penentuan
row sesuai kontur tanah dan menggunakan terasering.
Faktor
manajemen tanaman dan faktor kebiasaan merupakan faktor yang sangat ditentukan
oleh petani tetapi konservasi kerja secara mekanik sangat penting untuk
mengontrol kelebihan air pada tanah sebelum hal itu menyebabkan kerusakan yang
serius dan mendukung untuk melindungi velositas tanah pada suatu lahan yang
dapat dilakukan tanpa membahayakan pekerjaan meliputi :
Ø Aliran
air yang deras dari tempat tinggi dialihkan aliran airnya sebelum masuk ke
lahan.
Ø Tanah
miring dapat ditanami agar dapat mengumpulkan air yang dapat menyebabkan run-off (aliran permukaan) dan
mengalihkan menjadi aliran air yang stabil.
Ø Saluran
air mungkin telah ada secara alami atau dibuat dan menggunakan penutup
vegetatif
Waktu
ketika erosi menjadi sangat berbahaya adalah selama pembajakan atau lahan belum
ditanami. Ini dapat diminimalkan atau dibatasi untuk suatu periode ketika
intensitas hujan yang tinggi tidak terjadi.
Drainase
tanah sama pentingnya dengan konservasi tanah dalam hubungannya menjaga
produktivitas karena hal ini berhubungan dengan irigasi pada tebu, subjek ini
akan dipaparkan pada bagian yang lain.
Pengaruh
konservasi tanah dan kelembaban pada cara budidaya yang berbeda akan dibahas
pada bagian lain.
PENANAMAN DALAM BARIS
Cara
budidaya yang secara umum dilakukan adalah penanaman dalam baris, ketika tebu
ditanam dalam baris baik itu didasar maupun digundulkannya.
Tanaman
yanag ditanam di dasar secara normal mempunyai lubang yang tidak terlalu dalam
atau gundukan yang tinggi. Metode ini secara luas digunakan untuk penanaman
menggunakan mesin dan juga cocok untuk panen
dengan mesin. Pada alur yang dangkal atau inter-row
mudah terkena erosi permukaan, dan kita tidak bisa menghindarinya/menjaganya.
Secara normal, baris disesuaikan dengan kontur tanah. Dilapangan, bentuk dasarnya
adalah baris pendek diminimalkan, tetapi kesempatan pada row langsung akan
diperoleh ketika bentuk lahan diubah dilapangan. Baris dimana tanaman tebu
dtanam pada tempat yang datar menghasilkan vegetasi yang menjadi penghambat
kehilangan tanah dan aliran permukaan (run-off),
tetapi kehilangan yang nyata dapat terjadi diantara tunggul terutama pada tanaman ratoon yang
tua.
Tebu
ditanam pada kasuran dengan beberapa alasan:
Ø Untuk
mencegah erosi permukaan dan aliran untuk melindungi struktur tanah
Ø Untuk
membuat kedalaman yang besar dari tanah, cocok untuk tanah dingin dan tanah
yang miskin drainase.
Ø Untuk
memfasilitasi irigasi, khususnya irigasi alur dan lebih khusus lagi untuk
irigasi tetes.
Ø Hama
(seperti larva yang tinggal di tanah) lebih memilih kondisi lembab seperti yang
diperoleh pada alur.
Ø Untuk
mempermudah pengoperasian mesin (machinnery)
agar roda traktor melintasi alur dan dapat mengurangi jumlah tunggul yang
rusak, membuat jarak roda agar sesuai dengan lebar inter-row.
Ø Untuk
memudahkan operasi grab loader dan chopper harvesting pada saat panen.
Menanam
tebu dalam alur tidak selalu dilakukan, terutama ketika irigasi alur
diterapkan, germinasi yang rendah terjadi karena tidak cukupnya kelembaban
tanah yang berhubungan dengan tebu yang ditanam pada kasus ini, “ alur tengah”
akan dibelah setelah germinasi dan menempatkan tanah disekitar dan diatas
tanaman yang rusak pada alur, ini memungkinkan untuk mendapatkan alur yang
diinginkan. Ini dapat dirusak dan punggung tempat tumbuh tanaman dan ini
dilakukan dengan hati-hati dan sebelum tanaman tumbuh tinggi.
Lebar
alur bervariasi, selalu dilakukan antara 0,15–0,25 pada tanaman ratoon dan
antara 0,5–0,8 m lebarnya. Setelah ratooning, alur mungkin akan dikonstruksi
ulang untuk memenuhi beberapa kriteria yang diinginkan.
Panjang
row tanaman bervariasi dan dapat dideterminasikan dengan memperoleh konservasi
yang bagus. Row pada umumnya maksimal 200 m pada tanah ringan sampai 400 m pada
tanah berat. Row yang sangat panjang dapat diperoleh pada tanah yang cocok dengan
kondisi kemiringan dan row antara 500-1000 m digunakan pada areal yang sangat
landai, tanah vertisol di Ord River,
Australia bagian barat dan Nakambala, Zambia. Row yang panjang memudahkan
aplikasi mesin, tetapi mengakibatkan konservasi tanah yang terbatas. Ada yang tidak memuaskan
ketika pengoperasian membutuhkan tenaga kerja intensif karena manajemen tenaga
kerja sulit dilakukan.
Gradien
row ditentukan oleh klasifikasi tanah, bentuk tanah, keseragaman kemiringan,
metode irigasi dan panjang row.Tipe gradian jarang yang lebih tinggi dari 2-2.5
%, kecuali pada row yang pendek, dimana diperoleh tanah yang datar.
Jarak
row merupakan suatu hal yang secara pokok mempengaruhi hasil pada jarak yang
berbeda dan faktor manajemen. Banyak percobaan menunjukkan bahwa ketika stress
kelembaban tejadi, hasil tebu meningkat sejalan dengan penurunan row, dengan
batasan yang mengikutinya. Di Afrika Selatan (SASEX, 1996) sebagai contoh,
terjadi peningkatan 3 % pada hasil tanaman setiap penurunan jarak row 300 mm
dari 2 m–0,6 m. Dalam prakteknya, jarak row 1 m menutup areal terhadap berbagai
alat akan diperoleh tetapi jarak row antara 1,5-1,8 m dapat dilakukan dengan
operasi mesin. Di daerah yang dingin, kondisi pertumbuhan melambat pada areal
miring ketika kanopi menutup dengan cepat pada tanah yang mudah tererosi, dan
ketika varietas yang ditanam mempunyai daun yang tegak. Jarak yang menutup
lebih cocok, ketika kondisi pertumbuhan lebih bagus, tanah dangkal atau hujan
rendah, jarak yang tidak lebar akan lebih dipilih pada kondisi pertumbuhan yang
bagus, ketika konopi daun terbentuk dengan cepat, irigasi dapat dilakukan dan
operasi mesin tinggi row yang lebih lebar akan lebih cocok.
Pada
jarak row yang lebih lebar, tebu ditanam pada double atau triple row. Ini
seperti pada pemasangan tiang listrik atau penanaman nanas. Bentuk row itu akan
menguntungkan pemanenan. Jika lebar inter-row antara 1,8 m.
Pemecahan
ini dapat mengurangi kerusakan didalam row akibat mesin panen dan mengurangi
pemadatan tanah yang dekat dangan row. Penutup konopi yang terjadi secara
lambat, merupakan salah satu kerugian dari penggunaan jarak yang lebar yaitu
efektivitas dalam pengendalian gulma.
Peningkatan
hasil dari jarak row yang tertutup relatif kecil dan membutuhkan tambahan
biaya, seperti membutuhkan bibit yang lebih banyak dan mebutuhkan waktu tanam
yang lebih besar juga dan banyak row yang perlu disiangi dan disemprot.
DASAR BUMBUNGAN
Kecukupan
saluran air pada tanah yang datar di daerah yang mempunyai curah hujan tinggi
di banyak negara dilakukan dengan menanam tebu pada dasar bumbungan dengan
saluran yang dalam. Dasar ini mempunyai lebar yang bervariasi. Lebar sekitar
6-7 m, lebar saluran 0,6 m dan dalamnya 0,45 m. Bumbungan ini dipelihara dengan
mouldboard ploughs (bajak singkal)
atau discs traveling sepanjang dasar dan
membentuk alur dengan mengirisnya kearah pusat. Jika bumbungan menjadi sangat
berat maka mouldboard atau disc diganti dengan chisel tines pada pengoperasian yang pertama. Ukuran operasi
kultivasi pada tanah lempungan yang berat.
Ø Membajak
dan membongkar tunggul serta memecah tanah.
Ø Harrow dan re-harrow, jika mungkin, setelah interval 10 hari untuk hasil yang
bagus.
Ø Membuat
parit mengunakan implemen yang cocok untuk membuka kembali saluran.
Ø Membuat
alur tanaman sepanjang 1,5 m.
Seluruh
kultivasi ini dilakukan pada musim kering. Dimana irigasi permukaan cukup, tebu
ditanam pada alur, sepanjang bumbungan, ditutup dengan tanah dengan memecah
ongokan tanah dan bentuk bumbungan pada dasar diperbaiki lagi. Pada dasar
bumbungan dapat dengan mudah dilakukan irigasi (sprinkler irrigation) dan sebuah permukaan yang drainasenya baik
merupakan tempat tumbuh yang baik pula bagi tebu. Pada daerah non-irigasi akan
dilakukan dengan menunggu datangnya hujan pada awal musim sebelum dapat
ditanami.
Tipe
dasar bumbungan, sebelum dan sesudah tanam terlihat pada Gambar 1.
Dalam
teori, chisel (pemahat) membuat tanda
kultivasi tanah sedalam 0,45 pada lekukan yang sama pada permukaan bumbungan.
Kelebihan hujan atau irigasi menapis sepanjang lapisan dan karena bumbungan, masukan
ke saluran terjadi pada semua sisi. Dalam prakteknya dapat terjadi erosi tanah,
terutama pada sisi dasar dan frekuensi pembersihan saluran lebih mudah. Karena
hal ini juga menyebabkan row disisi luar tanaman tebu adalah 0,6 m bagian dari
pusat, seluruh pertumbuhan tebu terbatas. Walaupun demikian, dasar bumbungan
dapat dengan mudah dalam membuat drainase pada tanah lempung berat dan
digunakan di Afrika Timur dan Selatan yang mempunyai kondisi seperti ini.
SISTEM DI GUYANA
Di
Guyana, tebu tumbuh pada daerah sempit sepanjang pantai. Area yang diolah
sepanjang 13 km dari Samudera Atlantik dan sebagian besar dibawah permukaan
laut. Ini artinya curah hujan tahunannya adalah 2340 mm, dan ini juga mempunyai
musim kering yang jelas. Tanah lempung berat, tanah salin (kandungan garam
tinggi) ditemukan dekat dengan pantai tetapi mereka menurun pada tanah kegaraman.
Lebih jauh dari pantai dan sungai tanah lempung berat digantikan oleh tanah
gambut yang masam. Sulit untuk mengolah lahan yang mempunyai jalan yang sangat
banyak, seperti rawa-rawa, dimana air dari berbagai tempat dikumpulkan agar
bisa digunakan sebagai sarana transportasi dan irigasi di daerah tersebut
selama musim kering.
Hanya
dengan sistem yang kompleks mengenai saluran, dykes dan kanal budidaya tebu dapat dilakukan. Insinyur kolonial
Belanda mengusahakan daerah rendah untuk dapat ditanam. Secara luas, membangun
tembok laut untuk melindungi pantai dari pengenangan, dan tumpukan ini akan
melindungi areal. Drainase air dilakukan dengan memompa air ke sungai atau ke laut
ketika mungkin dilakukan dengan membuka pintu air ditempat yang rendah. Saluran
darinase dibuat di sepanjang areal dan menerima air dari saluran dalam areal.
Dipangkal yang berlawanan, dan pada tempat yang lebih tinggi, sebagai kanal
untuk transportasi dan irigasi (jalan tengah), cabang (kanal yang menyilang)
dibuat mengelilingi lahan. Lebar 11,3 m dibuat dasar bendungan disekitar
masing-masing areal, ini akan mencegah air pada level yang tinggi pada kanal
mengalir kelahan, kecuali jika dibutuhkan dan air irigasi dari areal ke kanal
drainase. Bumbungan pada areal, dasar bendungannya mempunyai lebar yang
bervariasi (selalau 7,3 m dari pusat ke pusat) yang diikutioleh pipa/saluran.
Dasarnya mengalir dari jalan tengah yang lain ke garis samping (layout Inggris) atau dari cabang kanal
ke cabang kanal yang lain (layout Belanda).
Tebu ditanam pada row sepanjang 1,8 m dengan melintasi dasar. Tipe layout
Inggris dan Belanda digambarkan pada Gambar 2.
Urutan
pengolahan lahan ketika akan direplanting
adalah :
Ø Pembajakan
untuk membongkar tunggul dan membongkar gulungan
Ø Harrow
untuk meningkatkan kemiringan tanah.
Ø Membuka
kembali saluran dengan mesin
Ø Memindahkan
tanah dari saluran ke pusat kasuran untuk melengkapi gulu dan.
Ø Harrow
dengan gigi untuk membuka bongkahan tanah dan memperhalus permukaan kasuran.
Lahan
mungkin akan di bawah berada permukaan hingga kedalaman 0,30-0,45 untuk periode
yang bervariasi dari 3-6 bulan (diikuti penggenangan) setelah air dikeluarkan
dan tebu ditanam. Lahan kosong yang digenangi dapat memperbaiki tekstur tanah
yang akan menjadi lebih friabel,
mengurangi gulma lahan kering dan meningkatkan kandungan nitrogen tanah. Hal
ini dapat disimpulkan bahwa sebuah garis dari ton besi, dibangun dengan
mereduksi kondisi dengan pengenangan areal yang belum ditanami yang akan
terjadi oksidasi menjadi ferric bebas
ketika air bergerak, melindungi remah-remah tanah ini semua sangat mungkin
untuk meningkatkan pada tanah miring. Dengan pengenangan pada lahan kosong,
dapat meningkatkan hasil sampai dengan 40 % lebih selama siklus tanaman 3-4
tahun, peningkatan ini merupakan kompensasi dari kehilangan hasil selama 1
tahun dalam satu siklus.
FLORIDA DAN MOZAMBIQUE
Kesulitan
yang sama seperti yang terjadi di Guyana juga ditemui pada tempat lain seperti
Florida dan Mozambique. Di Florida, tebu tumbuh pada tanah rawa yang
dikeringkan dari rawa Everglade,
dengan menginstalasi sistem drainase yang ekstensif dan manajemen yang bagus.
Tanah “Muck” dapat mengandung bahan
organik yang tinggi, pada beberapa tempat lebih dari 60 % dan kesuburan yang
diperoleh dapat berguna bagi produksi tanaman yang tidak pasti tinggi rendah (jika
tidak unik).
Kesulitan
dalam mengkombinasikan perlindungan terhadap banjir dengan membuat sistem
drainase juga terjadi di Mozambique, dimana tebu tumbuh pada tanah vertisol
pada delta sungai Zambesi dan Komati dilindungi dengan bangunan tembok
tinggi mengelilingi areal penanaman tebu. Masalah drainase pada tanah yang
sangat datar telah dipecahkan, pada seluruh tempat seluruh air drainase dipompa
keluar dari tanah yang tertutup dan di buang ke sungai.
LOUISIANA
BANKS ( TEPI SUNGAI LOUISIANA)
Di
Louisiana, pertumbuhan tebu secara bagus terjadi pada tempat rendah yang datar,
dengan persediaan air yang tinggi dibawah curah hujan yang tinggi, dimana dapat
diterima dengan membangun sistem bumbungan dan alur pada kultivasi dilahan yang
dibentuk pada bentuk penggung kura-kura. Bumbungan tempat tebu tumbuh
tingginya 0.45 m, dan interrow 1.8 m.
Masing-masing alur mempunyai saluran aliran air dari alur ke bagian yang lebih
rendah dari pada salurannya sedalam 20 m atau lebih, dimana dengan aliran ke
kanan dari pada saluran ini akan mengalir kesisi lain lahan ke tempat yang
lebih rendah dimana dapat mengalir secara paralel dengan saluran yang ditambahkan
pada bentuk punggung kura-kura. Saluran di area akan mengalir ke area kanal
drainase.
Manfaat
terbesar dari sistem tepi sungai Louisiana (disebut punggung bukit dan alur)
ini dapat mengakibatkan semua stadia produksi gula dapat dilakukan secara
mekanisasi. Traktor dapat melompati row dan dikemudikan dengan berbagai
implemen dapat dibawa untuk seluruh pengoperasian di lapangan. Sebuah gambaran
unik dari sistem tepi sungai Louisiana adalah penggunaan traktor yang maksimal.
Mereka dapat menggunakan mata bajak untuk memperlihatkan tebu agar dapat
meningkatkan tingkat erosi sungai pada level yang diinginkan dan dalam waktu
yang sama dapat mengendalikan gulma. Cara budidaya ini maupun yang lain
menunjukkan bahwa saluran quarter harus dibuka kembali dengan cepat.
Comments